KATA PENGANTAR
Syukur
alhamdulillah penyusun ucapkan kehadirat allah swt, karena berkat limpahan
rahmat dan hidayahnya sehingga tugas makalah "Peran Perawat Dalam Management Bencana" dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penyusun menyadari bahwa tugas
ini belumlah sempurna kiranya penyusun mengharapkan kritik dan saran pada
pembaca agar bisa menyempurnakan makalah ini. Semoga ini bisa bermanfaat bagi
kita semua.
Padang,21 September 2015
Penulis
i
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR ...............................................................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
....................................................................................................................1
B.
Rumusan Masalah…………………………………………………………………………1
C.
Tujuan………………………………………………………………………………...…...1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian Komunikasi........................................................................................................2
B.
Prinsip-prinsip
Komunikasi.................................................................................................2
C.
Komponen-komponen dalam
Komunikasi..........................................................................2
D.
Faktor yang Mempengaruhi
Komunikasi............................................................................3
E.
Pentingnya Komunikasi
dalam Pelayanan Kesehatan.........................................................4
F.
Komunikasi intensif teman sejawat....................................................................................11
G.
Komunikasi pada anak.......................................................................................................12
BAB IV PENUTUP
A.
Kesimpuan .........................................................................................................................16
B.
Saran
..................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….………...………...17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Profesi keperawatan bersifat luwes
dan mencakup segala kondisi, dimana perawat tidak hanya terbatas pada pemberian
asuhan dirumah sakit saja melainkan juga dituntut mampu bekerja dalam kondisi
siaga tanggap bencana. Situasi penanganan antara keadaan siaga dan keadaan
normal memang sangat berbeda, sehingga perawat harus mampu secara skill dan
teknik dalam menghadapi kondisi seperti ini.
Kegiatan pertolongan medis dan perawatan dalam keadaan siaga
bencana dapat dilakukan oleh proesi keperawatan. Berbekal pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki seorang perawat bisa melakukan pertolongan siaga
bencana dalam berbagai bentuk. Dalam penulisan makalah ini akan dijelaskan
pentingnya peran perawat dalam situasi tanggap bencana, bentuk dan peran yang
bisa dilakukan perawat dalam keadaan tanggap bencana.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah, yaitu:
1.
Bagaimana definisi dari bencana?
2.
Bagaimana fase-fase bencana?
3.
Bagaimana kelompok rentan Bencana?
4.
Bagaimana paradigma penanggulangan bencana?
5.
Bagaimana pengurangan risiko bencana?
6.
Bagaimana peran perawat dalam
tanggap bencana?
7.
Bagaimana jenis kegiatan siaga bencana?
8.
Bagaimana managemen bencana?
9.
Bagaimana peran perawat dalam
managemen Bencana?
C.
Tujuan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui definisi dari bencana.
2.
Menjelaskan Fase-fase bencana.
3.
Mengetahui Kelompok rentan Bencana.
4.
Mengetahui
Paradigma penanggulangan Bencana.
5.
Mengetahui Pengurangan Risiko
Bencana.
6.
Mengetahui Peran perawat Dalam
tanggap Bencana.
7. Mengetahui Jenis KEgiatan siaga
Bencana.
8.
Mengetahui Managemen Bencana.
9.
Mengetahui peran perawat dalam
managemen Bencana.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Bencana
Definisi Bencana menurut WHO (2002) adalah setiap kejadian yang menyebabkan kerusakan
gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia, atau memburuknya derajat kesehatan
atau pelayanan kesehatan dalam skala tertentu yang memerlukan respon dari luar
masyarakat dan wilayah yang terkena. Bencana dapat juga didefinisikan sebagai
situasi dankondisi yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
Jenis-jenis
bencana:
1. Bencana
alam (natural disaster), yaitu kejadian-kejadian alami seperti banjir,
genangan, gempa bumi, gunung meletus dan lain sebagainya.
2. Bencana
ulah manusia (man-made disaster), yaiut kejadian-kejadian karena perbuatan
manusia seperti tabrakan pesawat udara atau kendaraan, kebakaran, ledakan,
sabotase dan lainnya.
Bencana
berdasarkan cakupan wilayahnya terdiri atas:
1. Bencan
Lokal, bencana ini memberikan dampak pada wilayah sekitarnya yang berdekatan,
misalnya kebakaran, ledakan, kebocoran kimia dan lainnya.
2. Bencana
regional, jenis bencan ini memberikan dampak atau pengaruh pada area geografis
yang cukup luas dan biasanya disebabkan leh faktor alam seperti alam, banjir,
letusan gunung dan lainnya.
B.
Fase-fase
bencana
Menurut Barbara santamaria
(1995),ada tiga fase dapat terjadinya suatu bencana yaitu :
1. Fase
pre impact merupakan warning phase,tahap awal dari
bencana.Informasi didapat dari badan satelit dan meteorologi cuaca.Seharusnya
pada fase inilah segala persiapan dilakukan dengan baik oleh pemerintah,lembaga
dan masyarakat.
2. Fase
impact Merupakan fase terjadinya klimaks bencana.inilah saat-saat dimana
manusia sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup.fase impact ini terus
berlanjut hingga tejadi kerusakan dan bantuan-bantuan yang darurat dilakukan.
3. Fase
post impact merupakan saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan dari fase
darurat.Juga tahap dimana masyarakat mulai berusaha kembali pada fungsi
kualitas normal.Secara umum pada fase post impact para korban akan mengalami
tahap respons fisiologi mulai dari penolakan (denial),marah (angry),tawar
–menawar (bargaing),depresi (depression),hingga penerimaan (acceptance).
Permasalahan dalam penanggulangan
bencana
Secara umum masyarakat
Indonesia termasuk aparat pemerintah didaerah memiliki keterbatasan
pengetahuan tentang bencana seperti berikut :
1. Kurangnya
pemahaman terhadap karakteristik bahaya
2. Sikap
atau prilaku yang mengakibatkan menurunnya kualitas SDA
3. Kurangnya
informasi atau peringatan dini yang mengakibatkan ketidaksiapan
4. Ketidakberdayaan
atau ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bahaya
C.
Kelompok rentan bencana
Kerentanan
adalah keadaan atau sifat (perilaku) manusia atau masyarakat yang menyebabkan
ketidakmampuan menghadapi bahaya atau ancaman dari potensi bencana untuk
mencegah, menjinakkan, mencapai kesiapan dan menanggapi dampak bahaya tertentu.
Kerentanan
terbagi atas:
1.
Kerentanan fisik, kerentanan yang dihadapi masyarakat dalam menghadapi ancaman
bahaya tertentu, misalnya kekuatan rumah bagi masyarakat yang tinggal di daerah
rawan gempa.
2. Kerentanan
ekonomi, kemampuan ekonomi individu atau masyarakat dalam pengalokasian sumber
daya untuk pencegahan serta penanggulangan bencana.
3. Kerentanan
social, kondisi social masyarakat dilihat dari aspek pendidikan, pengetahuan
tentang ancaman bahaya dan rsiko bencana.
4. Kerentanan
lingkungan, keadaan disekitar masyarakat tinggal. Misalnya masyarakat yang
tinggal di lereng bukit atau pegunungan rentan terhadap ancaman bencana tanah
longsor.
D.
Paradigma
Penanggulanngan Bencana
Konsep penanggulangan bencana telah
mengalami pergeseran paradigm dari konfensional yakni anggapan bahwa bencana
merupakan kejadian yang tak terelakan dan korban harus segera mendapatkan
pertolongan, ke paradigm pendekatan holistic yakni menampakkan bencana dalam
tatak rangka menejerial yang dikenali dari bahaya, kerentanan serta kemampuan
masyarakat. Pada konsep ini dipersepsikan bahwa bencana merupakan kejadian yang
tak dapat dihindari, namun resiko atau akibat kejadian bencana dapat
diminimalisasi dengan mengurangi kerentanan masyarakat yang ada dilokasi rawan
bencan serta meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pencegahan dan penangan
bencana.
E.
Pengurangan
Risiko Bencana
Tahapan
penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi:
1. Pra
bencana, pada tahapan ini dilakukan kegiatan perencanaan penanggulangan
bencana, pengurangan risiko bencana, pencegahan, pemaduan dalam perencanaan
pembangunan, persyaratan analisis risiko bencana, penegakan rencana tata ruang,
pendidikan dan peletahihan serta penentuan persyaratan standar teknis
penanggulangan bencana (kesiapsiagaan, peringatan dini dan mitigasi bencana).
2. Tanggap
darurat, tahapan ini mencakup pengkajian terhadap loksi, kerusakan dan sumber
daya; penentuan status keadan darurat; penyelamatan dan evakuasi korban,
pemenuhan kebutuhan dasar; pelayanan psikososial dan kesehatan.
3. Paska
bencana, tahapan ini mencakup kegiatan rehabilitasi (pemulihan daerah bencana,
prasaranan dan saran umum, bantuan perbaikan rumah, social, psikologis,
pelayanan kesehatan, keamanan dan ketertiban) dan rekonstruksi (pembangunan,
pembangkitan dan peningkatan sarana prasarana termasuk fungsi pelayanan
kesehatan.
F.
Perawat
sebagai profesi
Perawat
adalah salah satu profesi di bidang kesehatan , sesuai dengan makna dari
profesi maka seseorang yang telah mengikuti pendidikan profesi keperawatan
seyogyanya mempunyai kemampuan untuk memberikan pelayanan yang etikal dan
sesuai standar profesi serta sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya baik
melalui pendidikan formal maupun informal, serta mempunyai komitmen yang tinggi
terhadap pekerjaan yang dilakukannya (Nurachmah, E 2004)
Perry
& Potter (2001), mendifinisikan bahwa seorang perawat dalam tugasnya harus
berperan sebagai:kolaborator, pendidik, konselor,change agent dan peneliti. Keperawatan
mempunyai karakteristik profesi yaitu memiliki body of knowledge yang berbeda
dengan profesi lain, altruistik, memiliki wadah profesi, mempunyai standar dan
etika profesi, akontabilitas, otonomi dan kesejawatan (Leddy & Pepper, 1993
dalam Nurachmah, E, 2004)
Berdasarkan karakteristik di atas maka pelayanan keperawatan merupakan pelayanan profesional yang manusiawi untuk memenuhi kebutuhan klien yang unik dan individualistik diberikan oleh tenaga keperawatan yang telah dipersiapkan melalui pendidikan lama dan pengalaman klinik yang memadai. Perawat harus memiliki karakteristik sikap caring yaitu competence,confidence, compassion, conscience and commitment (ANA, 1995 dalam Nurachmah, 2004). Pelayanan keperawatan yang optimal dapat dicapai jika perawat sudah profesional.
Berdasarkan karakteristik di atas maka pelayanan keperawatan merupakan pelayanan profesional yang manusiawi untuk memenuhi kebutuhan klien yang unik dan individualistik diberikan oleh tenaga keperawatan yang telah dipersiapkan melalui pendidikan lama dan pengalaman klinik yang memadai. Perawat harus memiliki karakteristik sikap caring yaitu competence,confidence, compassion, conscience and commitment (ANA, 1995 dalam Nurachmah, 2004). Pelayanan keperawatan yang optimal dapat dicapai jika perawat sudah profesional.
Peran
perawat
Peran
adalah seperangkat perilaku yang diharapkan secara sosial yang berhubungan
dengan fungsi individu pada berbagai kelompok sosial. Tiap individu mempunyai
berbagai peran yang terintegrasi dalam pola fungsi individu. Peran adalah
seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap kedudukannya
dalam sistem ( Zaidin Ali , 2002,). Menurut Gaffar (1995) peran perawat adalah
segenap kewenangan yang dimiliki oleh perawat untuk menjalankan tugas dan
fungsinya sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.
G.
Peran
Perawat Dalam Tanggap Bencana
Pelayanan
keperawatan tidak hanya terbatas diberikan pada instansi pelayanan kesehatan
seperti rumah sakit saja. Tetapi, pelayanan keperawatan tersebut juga sangat
dibutuhkan dalam situasi tanggap bencana.
Perawat
tidak hanya dituntut memiliki pengetahuan dan kemampuan dasar praktek
keperawatan saja, Lebih dari itu, kemampuan tanggap bencana juga sangat
di butuhkan saaat keadaan darurat. Hal ini diharapkan menjadi bekal bagi
perawat untuk bisa terjun memberikan pertolongan dalam situasi bencana. Namun,
kenyataan yang terjadi di lapangan sangat berbeda, kita lebih banyak melihat
tenaga relawan dan LSM lain yang memberikan pertolongan lebih dahulu
dibandingkan dengan perawat, walaupun ada itu sudah terkesan lambat.
H.
Jenis
Kegiatan Siaga Bencana
Kegiatan
penanganan siaga bencana memang berbeda dibandingkan pertolongan medis dalam
keadaan normal lainnya. Ada beberapa hal yang menjadi perhatian penting.
Berikut beberapa tnidakan yang bisa dilakukan oleh perawat dalam situasi
tanggap bencana:
1.
Pengobatan
dan pemulihan kesehatan fisik
Bencana alam yang menimpa suatu
daerah, selalu akan memakan korban dan kerusakan, baik itu korban meninggal,
korban luka luka, kerusakan fasilitas pribadi dan umum, yang mungkin akan
menyebabkan isolasi tempat, sehingga sulit dijangkau oleh para relawan. Hal
yang paling urgen dibutuhkan oleh korban saat itu adalah pengobatan dari
tenaga kesehatan. Perawat bisa turut andil dalam aksi ini, baik berkolaborasi
dengan tenaga perawat atau pun tenaga kesehatan profesional, ataupun juga
melakukan pengobatan bersama perawat lainnya secara cepat, menyeluruh dan
merata di tempat bencana. Pengobatan yang dilakukan pun bisa beragam, mulai
dari pemeriksaan fisik, pengobatan luka, dan lainnya sesuai dengan profesi
keperawatan.
2.
Pemberian
bantuan
Perawatan
dapat melakukan aksi galang dana bagi korban bencana, dengan menghimpun dana
dari berbagai kalangan dalam berbagai bentuk, seperti makanan, obat obatan,
keperluan sandang dan lain sebagainya. Pemberian bantuan tersebut bisa
dilakukan langsung oleh perawat secara langsung di lokasi bencana dengan
memdirikan posko bantuan. Selain itu, Hal yang harus difokuskan dalam
kegiatan ini adalah pemerataan bantuan di tempat bencana sesuai kebutuhan yang
di butuhkan oleh para korban saat itu, sehinnga tidak akan ada lagi para korban
yang tidak mendapatkan bantuan tersebut dikarenakan bantuan yang menumpuk
ataupun tidak tepat sasaran.
3.
Pemulihan
kesehatan mental
Para
korban suatu bencana biasanya akan mengalami trauma psikologis akibat kejadian
yang menimpanya. Trauma tersebut bisa berupa kesedihan yang mendalam, ketakutan
dan kehilangan berat. Tidak sedikit trauma ini menimpa wanita, ibu ibu, dan
anak anak yang sedang dalam massa pertumbuhan. Sehingga apabila hal ini terus
berkelanjutan maka akan mengakibatkan stress berat dan gangguan mental bagi
para korban bencana. Hal yang dibutukan dalam penanganan situasi seperti ini
adalah pemulihan kesehatan mental yang dapat dilakukan oleh perawat. Pada orang
dewasa, pemulihannya bisa dilakukan dengan sharing dan mendengarkan segala
keluhan keluhan yang dihadapinya, selanjutnya diberikan sebuah solusi dan
diberi penyemangat untuk tetap bangkit. Sedangkan pada anak anak, cara yang
efektif adalah dengan mengembalikan keceriaan mereka kembali, hal ini mengingat
sifat lahiriah anak anak yang berada pada masa bermain. Perawat dapat
mendirikan sebuah taman bermain, dimana anak anak tersebut akan mendapatkan
permainan, cerita lucu, dan lain sebagainnya. Sehinnga kepercayaan diri mereka
akan kembali seperti sedia kala.
4.
Pemberdayaan
masyarakat
Kondisi masyarakat di sekitar daerah
yang terkena musibah pasca bencana biasanya akan menjadi terkatung katung tidak
jelas akibat memburuknya keaadaan pasca bencana., akibat kehilangan harta benda
yang mereka miliki. sehinnga banyak diantara mereka yang patah arah dalam
menentukan hidup selanjutnya. Hal yang bisa menolong membangkitkan keadaan
tersebut adalah melakukan pemberdayaan masyarakat. Masyarakat perlu mendapatkan
fasilitas dan skill yang dapat menjadi bekal bagi mereka kelak. Perawat dapat
melakukan pelatihan pelatihan keterampilan yang difasilitasi dan berkolaborasi
dengan instansi ataupun LSM yang bergerak dalam bidang itu. Sehinnga diharapkan
masyarakat di sekitar daerah bencana akan mampu membangun kehidupannya kedepan
lewat kemampuan yang ia miliki.
Untuk
mewujudkan tindakan di atas perlu adanya beberapa hal yang harus dimiliki oleh
seorang perawat, diantaranya:
1.
Perawatan harus memilki skill keperawatan yang baik.
Sebagai
perawat yang akan memberikan pertolongan dalam penanaganan bencana, haruslah
mumpunyai skill keperawatan, dengan bekal tersebut perawat akan mampu
memberikan pertolongan medis yang baik dan maksimal.
2.
Perawat harus memiliki jiwa dan sikap kepedulian.
Pemulihan
daerah bencana membutuhkan kepedulian dari setiap elemen masyarakat termasuk
perawat, kepedulian tersebut tercemin dari rasa empati dan mau berkontribusi
secara maksimal dalam segala situasi bencana. Sehingga dengan jiwa dan semangat
kepedulian tersebut akan mampu meringankan beban penderitaan korban bencana.
3.
Perawatan harus memahami managemen siaga bencana
Kondisi
siaga bencana membutuhkan penanganan yang berbeda, segal hal yang terkait harus
didasarkan pada managemen yang baik, mengingat bencana datang secara tak
terduga banyak hal yang harus dipersiapkan dengan matang, jangan sampai
tindakan yang dilakukan salah dan sia sia. Dalam melakukan tindakan di daerah
bencana, perawat dituntut untuk mampu memilki kesiapan dalam situasi apapun
jika terjadi bencana alam. Segala hal yang berhubungan dengan peralatan bantuan
dan pertolongan medis harus bisa dikoordinir dengan baik dalam waktu yang
mendesak. Oleh karena itu, perawat harus mengerti konsep siaga bencana.
I.
Managemen
Bencana
Ada 3
aspek mendasar dalam management bencana, yaitu:
1.
Respons terhadap bencana
2.
Kesiapsiagaan menghadapi bencana
3.
Mitigasi efek bencana
Managemen
siaga bencana membutuhkan kajian yang matang dalam setiap tindakan yang akan
dilakukan sebelum dan setelah terjun kelapangan. Ada beberapa hal yang bisa dijadikan
pedoman, yaitu:
1.
Mempersiapkan bentuk kegiatan yang akan dilakukan
Setelah mengetahui sebuah kejadian
bencana alam beserta situasi di tempat kejadian, hal yang terlebih dahulu
dilakukan adalah memilih bentuk kegiatan yang akan diangkatkan, seperti
melakukan pertolongan medis, pemberian bantuan kebutuhan korban, atau menjadi
tenaga relawan. Setelah ditentukan, kemudian baru dilakukan persiapan mengenai
alat alat, tenaga, dan juga keperluan yang akan dibawa disesuaikan dengan alur
dan kondisi masyarakat serta medan yang akan ditempuh.
2.
Melakukan tindakan yang telah direncanakan sebelumnya.
Hal ini merupakan pokok kegiatan
siaga bencana yang dilakukan, segala hal yang dipersiapkan sebelumnya,
dilakukan dalam tahap ini, sampai jangka waktu yang disepakati.
3.
Evaluasi kegiatan
Setiap selesai melakukan kegiatan,
perlu adanya suatu evaluasi kegiatan yang dilakukan, evaluasi bisa dijadikan
acuan, introspeksi, dan pedoman melakukan kegiatan selanjutnya. Alhasil setiap
kegiatan yang dilakukan akan berjalan lebih baik lagi dari sebelumnya.
J. Peran perawat dalam managemen bencana
1.
Peran perawat dalam fase pre-impect
a. Perawat mengikuti pendidikan dan
pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam penanggulangan
ancaman bencana.
b. Perawat ikut terlibat dalam berbagai
dinas pemerintahan, organisasi lingkungan, palang merah nasional, maupun
lembaga-lembaga pemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi
persiapan menghadapi ancaman bencana.
c. Perawat terlibat dalam program
promosi kesehatan untuk meningkatkan kesiapan masyarakat dalam mengahdapi
bencana.
2.
Peran perawat dalam fase impact
a. Bertindak
cepat
b.
Don’t promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti dengan maksud
memberikan harapan yang besar pada korban yang selamat.
c. Berkonsentrasi
penuh pada apa yang dilakukan
d.
Kordinasi dan menciptakan kepemimpinan
e. Untuk jangka panjang,
bersama-sama pihak yang tarkait dapat mendiskusikan dan merancang master plan
of revitalizing, biasanya untuk jangka waktu 30 bulan pertama.
3.
Peran perawat dalam fase post impact
a. Bencana tentu
memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, fisikologi korban
b. Stress fisikologi yang
terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi post traumatic stress disorder
(PTSD) yang merupakan sindrom dengan 3 kriteria utama. Pertama, gejala trauma
pasti dapat dikenali. Kedua, individu tersebut mengalami gejala ulang traumanya
melalui flashback, mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa yang memacuhnya. Ketiga,
individu akan menunjukan gangguan fisik. Selain itu, individu dengan PTSD dapat
mengalami penurunan konsentrasi, perasaan bersalah dan gangguan memori.
c. Tim kesehatan bersama
masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja sama dengan unsure lintas
sektor menangani maslah keehatan masyarakat paska gawat darurat serta
mempercepat fase pemulihan (recovery) menuju keadaan sehat dan aman.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Bencana
alam merupakan sebuah musibah yang tidak dapat diprediksi kapan
datangnya. Apabila bencana tersebut telah datang maka akan menimbulkan
kerugian dan kerusakan yang membutuhkan upaya pertolongan melalui tindakan
tanggap bencana yang dapat dilakukan oleh perawat.
B.
Saran
Sebagai
seorang calon perawat diharapkan bisa turut andil dalam melakukan kegiatan
tanggap bencana. Sekarang tidak hanya dituntut mampu memiliki kemampuan
intelektual namun harus memilki jiwa kemanusiaan melalui aksi siaga bencana.
DAFTAR PUSTAKA
Efendi,Ferry.Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
praktik dalam keperawatan.Jakarta.Penerbit Salemba Medika, 2009.
Kholid,
Ahmad S.Kep, Ns. Prosedur Tetap Pelayanan Medik Penanggulangan Bencana.
http://dc126.4shared.com/doc/ZPBNsmp_/preview.html. Diakses tanggal 15 November 2012
Mepsa,Putra.2012.Peran Mahasiswa
Keperawatan Dalam Tanggap Bencana.20http://fkep.unand.ac.id/images/peran mahasiswa
keperawatan dalam tanggapbencana.docx. Diakses tanggal 15 November 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar