LAPORAN PENDAHULUAN ABSES
Oleh
Hendika Safitri, S.Kep
1710106011
Pembimbing Akademik Pembimbing Akademik
(Ns. Yuanita Ananda, M.Kep) (Ns. Meta Rikandi, M.Kep)
CI Klinik
(Ns. Rilin Varleni, S.Kep)
PROGRAM STUDI NERS
2017
Laporan Pendahuluan
ABSES
A.
Defenisi
Abses
(Latin: abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati)
yang terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi
(biasanya oleh bakteri atau parasit) atau karena adanya benda asing (misalnya
serpihan, luka peluru, atau jarum suntik). Proses ini merupakan reaksi
perlindungan oleh jaringan untuk mencegah penyebaran/perluasan infeksi ke
bagian tubuh yang lain. Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala
berupa kantong berisi nanah. (Siregar, 2004).
Abses
adalah pengumpulan nanah yang terlokalisir sebagai akibat dari infeksi yang
melibatkan organisme piogenik, nanah merupakan suatu campuran dari jaringan
nekrotik, bakteri, dan sel darah putih yang sudah mati yang dicairkan oleh
enzim autolitik. (Morison, 2003)
B.
Etiologi
Menurut Siregar (2004) suatu infeksi bakteri bisa
menyebabkan abses melalui beberapa cara:
a. Bakteri masuk ke bawah kulit akibat
luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak steril
b. Bakteri menyebar dari suatu infeksi
di bagian tubuh yang lain
c. Bakteri yang dalam keadaan normal
hidup di dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan gangguan, kadang bisa
menyebabkan terbentuknya abses.
Peluang terbentuknya suatu abses
akan meningkat jika :
1. Terdapat kotoran atau benda asing di
daerah tempat terjadinya infeksi
2. Daerah yang terinfeksi mendapatkan
aliran darah yang kurang
3. Terdapat gangguan sistem kekebalan bakteri tersering penyebab abses adalah Staphylococus
Aureus
C. Klasifikasi
1. Abses
Ginjal
Abses
ginjal yaitu peradangan ginjal akibat infeksi. Ditandai dengan pembentukan
sejumlah bercak kecil bernanah atau abses yang lebih besar yang disebabkan oleh
infeksi yang menjalar ke jaringan ginjal melalui aliran darah.
2. Abses
Perimandibular
Bila
abses menyebar sampai di bawah otot-otot pengunyahan, maka akan timbul
bengkak-bengkak yang keras, di mana nanah akan sukar menembus otot untuk
keluar, sehingga untuk mengeluarkan nanah tersebut harus dibantu dengan operasi
pembukaan abses.
3. Abses
Rahang gigi
Radang
kronis, yang terbungkus dengan terbentuknya nanah pada ujung akar gigi atau
geraham. Menyebar ke bawah selaput tulang (sub-periostal) atau di bawah
selaput lendir mulut (submucosal) atau ke bawah kulit (sub-cutaneus).
Nanah bisa keluar dari saluran pada permukaan gusi atau kulit mulut (fistel).
Perawatannya bisa dilakukan dengan mencabut gigi yang menjadi sumber
penyakitnya atau perawatan akar dari gigi tersebut.
4. Abses
Sumsum Rahang
Bila
nanah menyebar ke rongga-rongga tulang, maka sumsum tulang akan terkena radang
(osteomyelitis). Bagian-bagian dari tulang tersebut dapat mati dan kontradiksi
dengan tubuh. Dalam hal ini nanah akan keluar dari beberapa tempat (multiple
fitsel).
5. Abses
dingin (cold abcess)
Pada
abses ini, karena sedikitnya radang, maka abses ini merupakan abses menahun
yang terbentuk secara perlahan-lahan. Biasanya terjadi pada penderita
tuberkulosis tulang, persendian atau kelenjar limfa akibat perkijuan yang
luas.
6. Abses hati
Abses
ini akibat komplikasi disentri amuba (Latin: Entamoeba histolytica), yang
sesungguhnya bukan abses, karena rongga ini tidak berisi nanah, melainkan
jaringan nekrotik yang disebabkan oleh amuba. Jenis abses ini dapat dikenali
dengan ditemukannya amuba pada dinding abses dengan pemeriksaan histopatologis
dari jaringan.
7. Abses
(Lat. abscessus)
Rongga
abnormal yang berada di bagian tubuh, ketidaknormalan di bagian tubuh,
disebabkan karena pengumpulan nanah di tempat rongga itu akibat proses radang
yang kemudian membentuk nanah. Dinding rongga abses biasanya terdiri atas sel
yang telah cedera, tetapi masih hidup. Isi abses yang berupa nanah tersebut
terdiri atas sel darah putih dan jaringan yang nekrotik dan mencair. Abses
biasanya disebabkan oleh kuman patogen misalnya: bisul.
D.
Patofisiologi
Jika
bakteri masuk ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi suatu infeksi.
Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan
sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh
dalam melawan infeksi, bergerak kedalam rongga tersebut, dan setelah menelan
bakteri, sel darah putih akan mati, sel darah putih yang mati inilah yang
membentuk nanah yang mengisi rongga tersebut.
Akibat
penimbunan nanah ini, maka jaringan di sekitarnya akan terdorong. Jaringan pada
akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas. Abses dalam
hal ini merupakan mekanisme tubuh mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut.
Jika suatu abses pecah di dalam tubuh, maka infeksi bisa menyebar kedalam tubuh
maupun dibawah permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses. (Utama, 2001)
Pathway Abses
Bakteri
↓
peradangan← jaringan sel terinfeksi
↓ ↓
demam sel darah putih mati
↓ ↓
hipertemi b.d jaringan menjadi abses
penyakit berisi PUS
↓
pecah
↓
Nyeri
Akut b.d agen injuri biologi
↓
Kerusakan
Intergritas kulit b.d trauma jaringan.
↓
Resiko
infeksi b.d ketidak adekuatan pertahanan
sekunder (leucopenia)
Sumber : Utama, 2001
E.
Manifestasi Klinis
Abses bisa
terbentuk diseluruh bagian tubuh, termasuk paru-paru, mulut, rektum, dan otot.
Abses yang sering ditemukan didalam kulit atau tepat dibawah kulit terutama
jika timbul diwajah. Gejala dari abses tergantung kepada lokasi dan pengaruhnya
terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalanya bisa berupa (Smeltzer & Bare, 2001)
:
a. Nyeri
b. Nyeri tekan
c. Teraba hangat
d. Pembengakakan
e. Kemerahan
f. Demam
Suatu abses yang terbentuk tepat
dibawah kulit biasanya tampak sebagai benjolan. Adapun lokasi abses antar lain
ketiak, telinga, dan tungkai bawah. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat
benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis. Suatu abses di dalam
tubuh, sebelum menimbulkan gejala seringkali terlebih tumbuh lebih besar. Abses
dalam mungkin lebih menyebarkan infeksi keseluruh tubuh.
F.
Pemerikasaan Penunjang
1. Hasil pemeriksaan leukosit
menunjukan peningkatan sel darah putih
2. Untuk menentukan lokasi abses
dilakukan pemeriksaan rontgen, USG, CT, SCAN, atau MRL
3. Pemeriksaan dahak atau abses paru (dahak
dari aspirasi trantrakeal, transtrolakal, atau blasan/ sikatan bronkus
G.
Penatalaksanaan
1. Drainase abses dengan menggunakan
pembedahan biasanya diindikasikan apabila abses telah berkembang dari
peradangan serosa yang keras menjad tahap paus yang lebih lunak
2. Karena sering kali abses disebabkan
oleh bakteri staphylococcus aureus, antibiotic
H.
Komplikasi
Komplikasi mayor dari abses adalah penyebaran abses ke
jaringan sekitar atau jaringan yang jauh dan kematian jaringan setempat yang
ekstensif (gangren). Pada sebagian besar bagian tubuh, abses jarang dapat
sembuh dengan sendirinya, sehingga tindakan medis secepatnya diindikasikan
ketika terdapat kecurigaan akan adanya abses. Suatu abses dapat menimbulkan
konsekuensi yang fatal. Meskipun jarang, apabila abses tersebut mendesak
struktur yang vital, misalnya abses leher dalam yang dapat menekan trakea.
(Siregar, 2004)
I.
Discharge planning
1. Berhenti merokok
2. Membiasakan hidup bersih
3. Makan makanan yang banyak mengandung
vitamin dan hindari minuman yang beralkohol
4. Bersihkan luka dengan benar dan
hindari untuk memencet abses
5. Periksakan kedokter segera jika
terdapat luka yang parah atau yang beresiko menimbulkan infeksi atau abses
6. Istirahat yang cukup
J.
Askep Teoritis Abses
1.
Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001, hal.17).
Menurut Smeltzer & Bare (2001), Pada pengkajian keperawatan, khususnya
sistem integumen, kulit bisa memberikan sejumlah informasi mengenai status
kesehatan seseorang dan merupakan subjek untuk menderita lesi atau terlepas.
Pada pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki, kulit merupakan hal
yang menjelaskan pada seluruh pemeriksaan bila bagian tubuh yang spesisifik
diperiksa. Pemeriksaan spesifik mencakup warna, turgor, suhu, kelembaban, dan
lesi atau parut. Hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
a. Riwayat Kesehatan
Hal – hal yang perlu dikaji di antaranya
adalah :
1)
Abses di kulit atau dibawah kulit sangat mudah
dikenali, sedangkan abses dalam seringkali sulit ditemukan.
2)
Riwayat trauma, seperti tertusuk jarum yang tidak
steril atau terkena peluru.
3)
Riwayat infeksi ( suhu tinggi ) sebelumnya yang secara
cepat menunjukkan rasa sakit diikuti adanya eksudat tetapi tidak bisa dikeluarkan.
b. Pemeriksaan
Fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan :
1) Luka terbuka
atau tertutup
2) Organ /
jaringan terinfeksi
3) Massa
eksudat
4) Peradangan
5) Abses
superficial dengan ukuran bervariasi
6) Rasa sakit
dan bila dipalpasi akan terasa fluktuaktif.
c. Pemeriksaan
laboratorium dan diagnostic
1)
Hasil pemeriksaan leukosit menunjukan peningkatan
jumlah sel darah putih.
2)
Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dilakukan
pemeriksaan rontgen, USG, CT, Scan, atau MRI.
Intervensi Keperawatan
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
NOC
|
NIC
|
1
|
Nyeri Akut b.d agen injuri biologi
|
👫 Pain level
👫 Pain control
👫 Comvort level
Kriteria Hasil :
1. Mampu mengontrol nyeri
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
manajemen nyeri
3. Mampu mengenali (skala,
intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri)
4. Menyatakan rasa nyeman setelah
myeri berkurang
|
Pain Management
1.
Lakukan
pengkajian nyeri secara komprehesif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, dan faktor presipitas.
2.
Observasi
reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3.
Gunakan
komunikasi terapeutik untuk mengetahui nyeri pasien
4.
Berikan
analgetik untuk mengurangi rasa nyeri
5.
Kalaborasikan
dengan dokter
Analhesic administration :
1.
Tentukan
lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum diberikan obat
2.
Cek
instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
3.
Pilih
analgesik yang tepat
4.
Evaluasi
efektifitas analgensik, tanda dan gejala
|
2
|
Hipertermi b.d penyakit
|
Thermoregulation
Kriteria hasil :
1.
Suhu
tubuh dalam rentang normal
2.
Nadi
dan RR dalam rentang normal
|
Fever treatment :
1.
Monitor
suhu sesering mungkin
2.
Monitor
TD
3.
Kaloborasi
cairan intravena
|
3
|
Kerusakan Intergritas kulit b.d
trauma jaringan
|
👫 Tissue integrity : skin and mucous
👫 Membranes
👫 Hemodyalis akses
Kriteria hasil :
1.
Integritas
kulit bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperature, hidrasi,
pigmentasi)
2.
Perfusi
jaringan baik
|
Pressure management
1.
Hindari
kerutan pada tempat tidur
2.
Jaga
kebersihan kulit agar tetap bersih
|
4
|
Resiko infeksi b.d ketidak
adekuatan pertahanan sekunder (leucopenia)
|
👫 Knowledge infection control
Kriteria hasil :
Klien bebas dari tanda gejala infeksi
|
Infection control (kontrol
infeksi)
1.
Berikan
terapi antibiotik bila perlu
2.
Monitor
tanda dan gejala infeksi
|
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif
H.A& Kusuma H. 2015. Aplikasi asuhan keparawatan berdasarkan diagnosa medis
& NANDA NIC-NOC. Jilid 1. Mediaction Jogja. Jogjakarta
Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC, Jakarta
Soeparman & Waspadji (1990),
Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP
FKUI, Jakarta.
Water Hack Burns 2lb of Fat OVERNIGHT
BalasHapusOver 160k men and women are utilizing a simple and SECRET "water hack" to lose 2 lbs each night as they sleep.
It is scientific and works with everybody.
You can do it yourself by following these easy steps:
1) Take a drinking glass and fill it half glass
2) Now learn this awesome hack
and be 2 lbs thinner as soon as tomorrow!