PERUBAHAN
FISIK YANG TERJADI PADA LANSIA
DISUSUN OLEH :
HENDIKA
SAFITRI
PROGRAM
STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES
ALIFAH PADANG
TH
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan
kepada Allah SWT, yang telah memberikan petunjuk dan ilmu dalam penulisan
makalah ini. Shalawat dan salam tidak
lupa penulis kirimkam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Gerontik, yang mana makalah ini berjudul “PERUBAHAN FISIK YANG TERJADI PADA
LANSIA”.
Penulis juga tidak luput dari kesalahan dalam
penulisan makalah ini, untuk itu bagi pihak yang membaca, penulis mengharapkan
kritik dan sarannya yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Mudah –
mudahan makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat menambah wawasan pembaca
makalah ini.
Padang,
21 Maret 2016
Kelompok
3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................i.
Daftar Isi...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang.................................................................................................1
B.
Rumusan
Masalah............................................................................................2
C.
Tujuan..............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Proses
Menua.................................................................................3
B.
Perubahan yang Terjadi
Pada Lansia...............................................................3
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan.....................................................................................................14
B.
Saran...............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manusia
dalam hidupnya akan mengalami serangkaian perkembangan dengan periode
berurutan, mulai dari periode parental hingga lansia. Setiap masa yang dilalui
merupakan tahap-tahap yang saling berkaitan dan tidak dapat diulang kembali.
Hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu, akan memberikan pengaruh
terhadap tahap selanjutnya. Salah satu tahap yang akan dilalui oleh individu
tersebut adalah masa lanjut usia (lansia). Masa lansia adalah masa perkembangan
terakhir dalam hidup manusia yang disertai adanya penurunan kondisi fisik,
psikis, dan sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Secara umum kondisi
fisik seseorang yang telah memasuki masa lansia mengalami beberapa perubahan,
seperti 1) perubahan pada penampilan wajah, tangan, dan kulit, seseorang yang
pada masa mudanya dianggap cantik, atau tampan akan merasa kehilangan daya
tariknya jika memasuki masa tua, 2) perubahan pada bagian dalam tubuh, seperti
fungsi otak yang menurun, hati, jantung, dan limpa, 3) perubahan panca indera,
seperti penglihatan, penciuman, perasa, dan pendengaran, 4) perubahan
seksualitas di dalam performa seksual, dan 5) perubahanmotorik antara lain
berkurangnya kecepatan, kekuatan, dan belajar keterampilan baru (Hurlock,
1991).
Hurlock
(1991)menyebutkan bahwa perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada lansia
dapat menyebabkan perubahan pada kondisi psikisnya.Salah satu contohnya
perubahan motorik pada lansia, yang mengakibatkan dirinya tidak dapat
mengerjakan aktivitas sebaik pada masa muda dulu, sehingga menyebabkan lansia
menjadi rendah diri dan menarik diri dari lingkungan sosialnya.Selain perubahan
di atas, lansia juga mengalami perubahan sosioemosi.Bentuk-bentuk perubahan
yang terjadi, seperti 1) kepribadian pada masa lansia, 2) bekerja dan masa
pensiun, 3) hubungan konsensual dan 4) ikatan keluarga non marital. Melihat
masalah-masalah yang potensial, seperti yang sudah dipaparkan di atas, maka
perlu diperoleh suatu cara untuk mencegah atau mengurangi beban dari
masalahtersebut, untuk mempertahankanharapan hidup pada lansia. Salah satu cara
yang dapat dilakukan oleh lansia adalah dengan mencapai kesejahteraan
psikologis (psychological well-being) yang optimal. Psychological well-being
adalah suatu kondisi psikologis individu sehat,yang ditandai dengan
berfungsinya aspek-aspek psikologis positif dalam proses mencapai aktualisasi
diri.Psychological well-being terdiri dari enam dimensi, yaitu penerimaan diri
(self-acceptance), hubungan positif dengan orang lain (positif relation with
others), kemandirian (autonomy), penguasaan terhadap lingkungan (environtmental
mastery), tujuan hidup (purpose in life), dan pertumbuhan pribadi (personal
growth)(Ryff & Keyes, 1995).
Psychological
well-beingatau kebahagiaan pada lansia bergantung dipenuhi. Psychological
well-beingatau kebahagiaan pada lansia bergantung dipenuhi atau tidaknya “tiga
A” dari kebahagiaan (three A’s of happiness) yaitu acceptance (penerimaan),
affection (kasih sayang), dan achievement (pencapaian) (Hurlock, 1991),dan
dijelaskannya bahwa jika lansia tidak dapat mencapai ketiga hal tersebut akan
memunculkan perasaan rendah diri, merasa diabaikan oleh keluarga, dan
menganggap prestasi masa lalu tidak memenuhi harapan. Selain itu, jika lansia
tidak memiliki psychological well-beingyang optimal,akan menghambat penyesuaian
diri dengan orang lain (Bradburn&Noil, dalam Lou & Gui, 2011).
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian proses menua?
2. Apa
saja perubahan yang terjadi pada lansia?
C.
Tujuan
1. Mengetahui
pengertian proses menua
2. Mengetahui
perubahan yang terjadi pada lansia
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Proses Menua
Proses
menua adalah proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu
tertentu tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan (Nugroho, 2008). Menua
bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan suatu proses berkurangnya daya tahan
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh (Atun,
2010). Proses ini merupakan proses yang terus menerus berlangsung secara
alamiah, selain aspek fisiologis yang mengalami perubahan pada lansia, fungsi
kognitif lansia juga mengalami penurunan (Nugroho, 2008).
B.
Perubahan
yang Terjadi Pada Lansia
Kesehatan
lansia memerlukan perhatian khusus dikarenakan banyak perubahan yang terjadi
sehingga kondisinya tidak lagi seperti manusia dewasa. Perubahan-perubahan itu
seringkali mendorong lansia untuk menjadi lebih rapuh dibanding anak-anak
ataupun manusia dewasa. Perubahan yang terjadi ini merupakan proses fisiologis
usia tua. Adapun perubahan karakteristik pada lansia mencakup :
1.
Perubahan
Fisik
Perubahan
fisik yang terjadi pada lansia digolongkan menjadi perubahan yang dapat
terlihat dan tidak dapat terlihat. Perubahan yang dapat terlihat antara lain
berkurangnya elastisitas kulit, kulit menjadi berkeriput, rambut yang memutih,
tubuh yang terlihat lebih pendek, dan bungkuk. Sedangkan perubahan fisik yang
kurang terlihat pada lansia meliputi (1) penurunan berat otak akibat menurunnya
jumlah sel neuron, dan menyebabkan keterlambatan respon, (2) penurunan fungsi
alat indra, yang sering menghambat aktivitas lansia, (3) penurunan kekuatan
otot dan keseimbangan tubuh (4) penurunan fungsi seksual, dimana terjadi
penurunan libido, dan menopause pada wanita sehingga secara hormonal akan
mempengaruhi perubahan tubuh, (5) dan cenderung mengalami 13 penurunan fungsi
kognitif. Lansia dengan penurunan status kognitif ini sering berakhir sebagai
penderita Alzheimer dan Parkinson. Perubahan fisik meliputi
perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh, diantaranya
sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan
tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan
integumen.
a. Sistem
pernafasan pada lansia.
·
Otot pernafasan kaku dan kehilangan
kekuatan, sehingga volume udara inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat
dan dangkal.
·
Penurunan aktivitas silia
menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga potensial terjadi penumpukan
sekret.
·
Penurunan aktivitas paru (
mengembang & mengempisnya ) sehingga jumlah udara pernafasan yang masuk
keparu mengalami penurunan, kalau pada pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.
·
Alveoli semakin melebar dan
jumlahnya berkurang ( luas permukaan normal 50m²), Ù menyebabkan terganggunya
prose difusi.
·
Penurunan oksigen (O2) Arteri
menjadi 75 mmHg menggangu prose oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak
terangkut semua kejaringan.
·
CO2 pada arteri tidak berganti
sehingga komposisi O2 dalam arteri juga menurun yang lama kelamaan menjadi
racun pada tubuh sendiri.
·
kemampuan batuk berkurang, sehingga
pengeluaran sekret & corpus alium dari saluran nafas berkurang sehingga
potensial terjadinya obstruksi.
\
b. Sistem persyarafan.
·
Cepatnya menurunkan hubungan
persyarafan.
·
Lambat dalam merespon dan waktu
untuk berfikir.
·
Mengecilnya syaraf panca indera.
·
Berkurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya syaraf pencium & perasa lebih sensitif terhadap
perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
Perubahan
panca indera yang terjadi pada lansia.
i.
Penglihatan
·
Kornea lebih berbentuk skeris.
·
Sfingter pupil timbul sklerosis dan
hilangnya respon terhadap sinar.
·
Lensa lebih suram (kekeruhan pada
lensa).
·
Meningkatnya ambang pengamatan sinar
: daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya
gelap.
·
Hilangnya daya akomodasi.
·
Menurunnya lapang pandang &
berkurangnya luas pandang.
·
Menurunnya daya membedakan warna
biru atau warna hijau pada skala.
ii.
Pendengaran
·
Presbiakusis
(gangguan pada pendengaran)
Hilangnya
kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara,
antara lain nada nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata
kata, 50 % terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.
·
Membran timpani menjadi atropi
menyebabkan otosklerosis.
·
Terjadinya pengumpulan serumen,
dapat mengeras karena meningkatnya kreatin.
iii.
Pengecap dan
penghidu.
·
Menurunnya kemampuan pengecap.
·
Menurunnya kemampuan penghidu
sehingga mengakibatkan selera makan berkurang.
iv.
Peraba
·
Kemunduran dalam merasakan sakit.
·
Kemunduran dalam merasakan tekanan,
panas dan dingin.
c. Perubahan cardiovaskuler pada usia
lanjut.
·
Katub jantung menebal dan menjadi
kaku.
· Kemampuan jantung memompa darah
menurun 1 % pertahun sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya
·
Kehilangan elastisitas pembuluh
darah.
Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur keduduk ( duduk ke berdiri ) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg ( mengakibatkan pusing mendadak ).
Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur keduduk ( duduk ke berdiri ) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg ( mengakibatkan pusing mendadak ).
·
Tekanan darah meningkat akibat
meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (normal ± 170/95 mmHg ).
d. Sistem genito urinaria.
· Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi
atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, penyaringan diglomerulo
menurun sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan
mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria ( biasanya + 1 ) ;
BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
·
Vesika urinaria / kandung kemih,
Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan
frekwensi BAK meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut
usia sehingga meningkatnya retensi urin.
·
Pembesaran prostat ± 75 % dimulai
oleh pria usia diatas 65 tahun.
·
Atropi vulva.
·
Vagina, Selaput menjadi kering,
elastisotas jaringan menurun juga permukaan menjadi halus, sekresi menjadi
berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali terhadap perubahan warna.
·
Daya sexual, Frekwensi sexsual
intercouse cendrung menurun tapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati
berjalan terus.
e. Sistem endokrin / metabolik pada
lansia.
·
Produksi hampir semua hormon
menurun.
·
Fungsi paratiroid dan sekesinya tak
berubah.
·
Pituitary, Pertumbuhan hormon ada
tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh darah dan berkurangnya produksi
dari ACTH, TSH, FSH dan LH.
·
Menurunnya aktivitas tiriod Ù BMR
turun dan menurunnya daya pertukaran zat.
·
Menurunnya produksi aldosteron.
·
Menurunnya sekresi hormon bonads :
progesteron, estrogen, testosteron.
·
Defisiensi hormonall dapat
menyebabkan hipotirodism, depresi dari sumsum tulang serta kurang mampu dalam
mengatasi tekanan jiwa (stess).
f. Perubahan sistem pencernaan pada usia
lanjut.
·
Kehilangan gigi, Penyebab utama
adanya periodontal disease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab
lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk
·
Indera pengecap menurun, Adanya
iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera pengecap (± 80 %),
hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis, asin,
asam & pahit.
·
Esofagus melebar.
·
Lambung, rasa lapar menurun
(sensitivitas lapar menurun ), asam lambung menurun, waktu mengosongkan
menurun.
·
Peristaltik lemah & biasanya
timbul konstipasi.
·
Fungsi absorbsi melemah ( daya
absorbsi terganggu ).
·
Liver ( hati ), Makin mengecil &
menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
g. Sistem muskuloskeletal.
·
Tulang kehilangan densikusnya Ù
rapuh.
·
resiko terjadi fraktur.
·
kyphosis.
·
persendian besar & menjadi kaku.
·
pada wanita lansia > resiko fraktur.
·
Pinggang, lutut & jari pergelangan
tangan terbatas.
·
Pada diskus intervertebralis menipis
dan menjadi pendek ( tinggi badan berkurang ).
i.
Gerakan volunter / gerakan
berlawanan.
ii.
Gerakan reflektonik / Gerakan diluar
kemauan sebagai reaksi terhadap rangsangan pada lobus.
iii.
Gerakan involunter / Gerakan diluar
kemauan, tidak sebagai reaksi terhadap suatu perangsangan terhadap lobus
iv.
Gerakan sekutu / Gerakan otot lurik
yang ikut bangkit untuk menjamin efektifitas dan ketangkasan otot volunter.
h. Perubahan sistem kulit & karingan
ikat.
·
Kulit keriput akibat kehilangan
jaringan lemak.
·
Kulit kering & kurang elastis
karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan adiposa
·
Kelenjar kelenjar keringat mulai tak
bekerja dengan baik, sehingga tidak begitu tahan terhadap panas dengan
temperatur yang tinggi.
·
Kulit pucat dan terdapat bintik
bintik hitam akibat menurunnya aliran darah dan menurunnya sel sel yang
meproduksi pigmen.
·
Menurunnya aliran darah dalam kulit
juga menyebabkan penyembuhan luka luka kurang baik.
·
Kuku pada jari tangan dan kaki
menjadi tebal dan rapuh.
·
Pertumbuhan rambut berhenti, rambut
menipis dan botak serta warna rambut kelabu
·
Pada wanita > 60 tahun rambut
wajah meningkat kadang kadang menurun.
·
Temperatur tubuh menurun akibat
kecepatan metabolisme yang menurun.
·
Keterbatasan reflek menggigil dan
tidak dapat memproduksi panas yang banyak rendahnya akitfitas otot
i. Perubahan
sistem reproduksi dan kegiatan sexual.
·
Perubahan sistem reprduksi.
i.
selaput lendir vagina
menurun/kering.
ii.
menciutnya ovarium dan uterus.
iii.
atropi payudara.
iv.
testis masih dapat memproduksi
meskipun adanya penurunan secara berangsur berangsur.
v.
dorongan sex menetap sampai usia
diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik.
·
Kegiatan sexual.
Sexualitas
adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan yang berhubungan
dengan alat reproduksi. Setiap orang mempunyai kebutuhan sexual, disini kita
bisa membedakan dalam tiga sisi : 1) fisik, Secara jasmani sikap sexual akan
berfungsi secara biologis melalui organ kelamin yang berhubungan dengan proses
reproduksi, 2) rohani, Secara rohani Ù tertuju pada orang lain sebagai manusia,
dengan tujuan utama bukan untuk kebutuhan kepuasan sexualitas melalui pola pola
yang baku seperti binatang dan 3) sosial, Secara sosial Ù kedekatan dengan
suatu keadaan intim dengan orang lain yang merupakan suatu alat yang apling
diharapkan dalam menjalani sexualitas.
Sexualitas
pada lansia sebenarnya tergantung dari caranya, yaitu dengan cara yang lain
dari sebelumnya, membuat pihak lain mengetahui bahwa ia sangat berarti untuk
anda. Juga sebagai pihak yang lebih tua tampa harus berhubungan badan, msih
banyak cara lain unutk dapat bermesraan dengan pasangan anda. Pernyataan
pernyataan lain yang menyatakan rasa tertarik dan cinta lebih banyak mengambil
alih fungsi hubungan sexualitas dalam pengalaman sex.
2.
Perubahan
Psikososial
Perubahan
psikososial pada lansia berhubungan erat dengan perubahan gaya hidup. Hal ini
terutama diakibatkan karena banyaknya waktu luang setelah pensiun (tidak
bekerja). Lansia yang sebelumnya bekerja seringkali merasa kehilangan identitas
dirinya setelah masa pensiun.
Beberapa
gejala psikologis yang menonjol ketika menopause adalah mudah tersinggung,
sukar tidur, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar, tegang (tension), cemas
dan depresi. Ada juga lansia yang kehilangan harga diri karena menurunnya daya
tarik fisik dan seksual, mereka merasa tidak dibutuhkan oleh suami dan
anak-anak mereka, serta merasa kehilangan femininitas karena fungsi reproduksi
yang hilang. Beberapa keluhan psikologis yang merupakan tanda dan gejala
dari menopause yaitu:
·
Ingatan Menurun
Gelaja ini
terlihat bahwa sebelum menopause wanita dapat mengingat dengan mudah, namun
sesudah mengalami menopause terjadi kemunduran dalam mengingat, bahkan sering
lupa pada hal-hal yang sederhana, padahal sebelumnya secara otomatis langsung
ingat.
·
Kecemasan
Banyak
ibu-ibu yang mengeluh bahwa setelah menopause dan lansia merasa menjadi
pencemas. Kecemasan yang timbul sering dihubungkan dengan adanya
kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah
dikhawatirkan. Misalnya kalau dulu biasa pergi sendirian ke luar kota sendiri,
namun sekarang merasa cemas dan khawatir, hal itu sering juga diperkuat oleh
larangan dari ana-anaknya. Kecemasan pada Ibu-ibu lansia yang telah menopause
umumnya bersifat relatif, artinya ada orang yang cemas dan dapat tenang
kembali, setelah mendapatkan semangat/dukungan dari ornag di sekitarnya; namun
ada juga yang terus-menerus cemas, meskipun orang-orang disekitarnya telah
memberi dukungan. Akan tetapi banyak juga ibu-ibu yang mengalami menopause
namun tidak mengalami perubahan yang berarti dalam kehidupannya. Menopause
rupanya mirip atau sama juga dengan masa pubertas yang dialami seorang remaja
sebagai awal berfungsinya alat-alat reproduksi, dimana ada remaja yang cemas,
ada yang khawatir namun ada juga yang biasa-biasa sehingga tidak menimbulkan
gejolak.
Adapun
simtom-simtom psikologis adanya kecemasan bila ditinjau dari beberapa aspek,
menurut Blackburn and Davidson (1990 :9) adalah sebagai berikut :
·
Suasana hati yaitu keadaan yang
menunjukkan ketidaktenangan psikis, seperti: mudah marah, perasaan sangat
tegang.
·
Pikiran yaitu keadaan pikiran yang
tidak menentu, seperti: khawatir, sukar konsentrasi, pikiran kosong,
membesar-besarkan ancaman, memandang diri sebagai sangat sensitif, merasa tidak
berdaya.
·
Motivasi yaitu dorongan untuk
mencapai sesuatu, seperti : menghindari situasi, ketergantungan yang tinggi,
ingin melarikan diri, lari dari kenyataan.
·
Perilaku gelisah yaitu keadaan diri
yang tidak terkendali seperti : gugup, kewaspadaan yang berlebihan, sangat
sensitif dan agitasi.
·
Reaksi-reaksi biologis yang tidak
terkendali, seperti : berkeringat, gemetar, pusing, berdebar-debar, mual, mulut
kering.
Gangguan
kecemasan dianggap berasal dari suatu mekanisme pertahanann diri yang dipilih
secara alamiah oleh makhluk hidup bila menghadapi sesuatu yang mengancam dan
berbahaya.Kecemasan yang dialami dalam situasi semacam itu memberi isyarat
kepada makhluk hidup agar melakukan tindakan mempertahankan diri untuk
menghindari atau mengurangi bahaya atau ancaman.Menjadi cemas pada tingkat
tertentu dapat dianggap sebagai bagian dari respon normal untuk mengatasi
masalah sehari-hari.Bagaimana juga, bila kecemasan ini berlebihan dan tidak
sebanding dengan suatu situasi, hal itu dianggap sebagai hambatan dan dikenal
sebagai masalah klinis.
·
Mudah Tersinggug
Gejala ini lebih mudah terlihat
dibandingkan kecemasan.Wanita lebih mudah tersinggung dan marah terhadap
sesuatu yang sebelumnya dianggap tidak menggangu. Ini mungkin disebabkan dengan
datangnya menopause maka wanita menjadi sangat menyadari proses mana yang
sedang berlangsung dalam dirinya. Perasaannya menjadi sangat sensitif terhadap
sikap dan perilaku orang-orang di sekitarnya, terutama jika sikap dan perilaku
tersebut dipersepsikan sebagai menyinggung proses penerimaan yang sedang
terjadi dalam dirinya
·
Stress
Tidak ada orang yang bisa lepas sama
sekali dari rasa was-was dan cemas, termasuk para lansia menopause. Ketegangan
perasaan atau stress selalu beredar dalam lingkungan pekerjaan, pergaulan
sosial, kehidupan rumah tangga dan bahkan menyelusup ke dalam tidur. Kalau
tidak ditanggulangi stress dapat menyita energi, mengurangi produktivitas kerja
dan menurunkan kekebalan terhadap penyakit, artinya kalau dibiarkan dapat
menggerogoti tubuh secara diam-diam.
Namun demikian stress tidak hanya
memberikan dampak negatif, tapi bisa juga memberikan dampak positif. Apakah
kemudian dampak itu positif atau negatif, tergantung pada bagaimana individu
memandang dan mengendalikannya. Stress adalah suatu keadaan atau tantangan yang
kapasitasnya diluar kemampuan seseorang oleh karena itu, stress sangat
individual sifatnya. Respon orang terhadap sumber stress sangat beragam, suatu
rentang waktu bisa tiba-tiba jadi pencetus stress yang temporer. Stress dapat
juga bersifat kronis misalnya konflik keluarga. Reaksi kita terhadap pencetus
stress dapat digolongkan dalam dua kategori psikologis dan fisiologis.
Di tingkat psikologis, respon orang terhadap sumber stress tidak bisa
diramalkan, sebagaimana perbedaan suasana hati dan emosi kita dapat menimbulkan
beragam reaksi, mulai dari hanya ekspresi marah sampai akhirnya ke hal-hal lain
yang lebih sulit untuk dikendalikan. Di tingkat psikologis, respon orang
terhadap sumber stress ini tergantung pada beberapa faktor, termasuk keadaan
emosi pada saat itu dan sikap orang itu dalam menanggapi stress tersebut.
·
Depresi
Dari penelitian-penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan Eropa
diperkirakan 9% s/d 26% wanita dan 5% s/d 12% pria pernah menderita penyakit
depresi yang gawat di dalam kehidupan mereka. Setiap saat, diperkirakan bahwa
4,5% s/d 9,3% wanita dan 2,3% s/d 3,2% pria akan menderita karena gangguan ini.
Dengan demikian secara kasar dapat dikatakan bahwa wanita dua kali lebih besar
kemungkinan akan menderita depresi daripada pria.
Wanita yang mengalami depresi sering
merasa sedih, karena kehilangan kemampuan untuk bereproduksi, sedih karena
kehilangan kesempatan untuk memiliki anak, sedih karena kehilangan daya tarik.
Wanita merasa tertekan karena kehilangan seluruh perannya sebagai wanita dan
harus menghadapi masa tuanya.
Depresi dapat menyerang wanita untuk
satu kali, kadang-kadang depresi merupakan respon terhadap perubahan sosial dan
fisik yang sering kali dialami dalam fase kehidupan tertentu, akan tetapi
beberapa wanita mungkin mengembangkan rasa depresi yang dalam yang tidak sesuai
atau proporsional dengan lingkungan pribadi mereka dan mungkin sulit
dihindarkan.
Simton-simton psikologis adanya depresi
bila ditinjau dari beberapa aspek, menurut Marie Blakburn dan Kate Davidson
(1990:5) adalah sebagai berikut :
·
Suasana hati, ditandai dengan
kesedihan, kecemasan, mudah marah.
·
Berpikir, ditandai dengan mudah
hilang konsentrasi, lambat dan kacau dalam berpikir, menyalahkan diri sendiri,
ragu-ragu, harga diri rendah.
·
Motivasi, ditandai dengan kurang
minat bekerja dan menekuni hobi, menghindari kegiatan kerja dan sosial, ingin
melarikan diri, ketergantungan tinggi pada orang lain.
·
Perilaku gelisah terlihat dari
gerakan yang lamban, sering mondar-mandir, menangis, mengeluh.
·
Simton biologis, ditandai dengan
hilang nafsu makan atau nafsu makan bertambah, hilang hasrat sesksual, tidur
terganggu, gelisah.
Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga
mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian
lansia. Beberapa perubahan
tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut
:
·
Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy),
biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai
sangat tua.
·
Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada
tipe ini ada kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada
masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada
dirinya.
·
Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada
tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan
keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika
pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana,
apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.
·
Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada
tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya,
banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama
sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.
·
Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada
lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit
dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.
3.
Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan
Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun.
Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua
atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya,
karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan,
jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri. Reaksi setelah orang memasuki
masa pensiun lebih tergantung dari model kepribadiannya seperti yang telah
diuraikan pada point tiga di atas.
Dalam kenyataan ada menerima, ada yang takut kehilangan, ada
yang merasa senang memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang seolah-olah acuh
terhadap pensiun (pasrah). Masing-masing sikap tersebut sebenarnya punya dampak
bagi masing-masing individu, baik positif maupun negatif. Dampak positif lebih
menenteramkan diri lansia dan dampak negatif akan mengganggu kesejahteraan
hidup lansia. Agar pensiun lebih berdampak positif sebaiknya ada masa persiapan
pensiun yang benar-benar diisi dengan kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan
diri, bukan hanya diberi waktu untuk masuk kerja atau tidak dengan memperoleh
gaji penuh.
Persiapan tersebut dilakukan secara berencana, terorganisasi
dan terarah bagi masing-masing orang yang akan pensiun. Jika perlu dilakukan
assessment untuk menentukan arah minatnya agar tetap memiliki kegiatan yang
jelas dan positif. Untuk merencanakan kegiatan setelah pensiun dan memasuki
masa lansia dapat dilakukan pelatihan yang sifatnya memantapkan arah minatnya
masing-masing. Misalnya cara berwiraswasta, cara membuka usaha sendiri yang
sangat banyak jenis dan macamnya.
Model pelatihan hendaknya bersifat praktis dan langsung
terlihat hasilnya sehingga menumbuhkan keyakinan pada lansia bahwa disamping
pekerjaan yang selama ini ditekuninya, masih ada alternatif lain yang cukup
menjanjikan dalam menghadapi masa tua, sehingga lansia tidak membayangkan bahwa
setelah pensiun mereka menjadi tidak berguna, menganggur, penghasilan berkurang
dan sebagainya.
4.
Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan,
gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan
kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat
berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan
keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan
aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing
atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk
berkomunikasi dengan orang lain dan kdang-kadang terus muncul perilaku regresi
seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna
serta merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya
seperti anak kecil.
Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya
lansia yang memiliki keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih
sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak
saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu memelihara (care) dengan penuh
kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak punya keluarga atau
sanak saudara karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak
punya anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan
sendiri, seringkali menjadi terlantar.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Proses
menua adalah proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu
tertentu tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan (Nugroho, 2008). Kesehatan
lansia memerlukan perhatian khusus dikarenakan banyak perubahan yang terjadi
sehingga kondisinya tidak lagi seperti manusia dewasa. Perubahan-perubahan itu
seringkali mendorong lansia untuk menjadi lebih rapuh dibanding anak-anak
ataupun manusia dewasa.
B.
Saran
Dengan
adanya makalah ini diharapkan mahasiswa mengetahui perubahan-perubahan yang
terjadi pada lansia, serta bisa melakukan tindakan yang sesuai dengan perubahan
yang terjadi pada lansia.
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho,wahyudi.2000.Perawatan Usia Lanjut.jakarta;EGC
Nugroho, Wahjudi SKM.2000.Keperawatan
Gerontik Edisi 2 Cetakan 1.Jakarta:EGC
Nugroho, Wahjudi SKM.2008.Keperawatan Gerontik Edisi32 Cetakan 1.Jakarta:EGC
Darmojo, Boedi, Martono Hadi.1999.Ilmu Kesehatan Usia Lanjut.F.K.U.I
Tidak ada komentar:
Posting Komentar