SECTIO
CAESSAREA
Disusun oleh:
HENDIKA SAFITRI
DOSEN PEMBIMBING : Ns. Revi Neini Ikbal,
M. Kep
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES ALIFAH PADANG
2016
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini sebagai tugas mata kuliah komunikasi keperawatan, dengan
judul “Sectio Caessarea“. Kami telah
menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin. Namun
tentunya sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan kekurangan.
Harapan kami, semoga bisa menjadi koreksi di masa mendatang agar lebih baik
lagi dari sebelumnya.
Tak lupa ucapan terimakasih kami
sampaikan kepada Dosen Pembimbing atas bimbingan, dorongan dan ilmu yang telah
diberikan kepada kami. Sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktunya dan insyaAllah sesuai yang kami harapkan. Dan kami
ucapkan terimakasih pula kepada rekan-rekan dan semua pihak yang terkait dalam
penyusunan makalah ini.
Padang, 20 Maret 2016
Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................
i
DAFTAR
ISI........................................................................................................
ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
.................................................................................................
1
B. Tujuan................................................................................................................
2
BAB II : TINJAUAN TEORI
A. definisi sectio caesaria.....................................................................................
3
B. etiologi sectio caesaria......................................................................................
3
C. indikasi sectio caesaria......................................................................................
3
D. tujuan sectio caesaria........................................................................................
4
E. jenis-jenis sectio caesaria..................................................................................
5
F. komplikasi sectio caesaria.................................................................................
6
G. prognosis sectio caesaria.....................................................................................7
H. patofisiolagi sectio caesaria...............................................................................7
I. pemeriksaan penunjang sectio caesaria...............................................................8
J. penatalaksanaan medis post sectio caesaria.............................................................8
BAB III JURNAL.................................................................................................
9
BAB IV PEMBAHASAN...................................................................................
16
BAB V: PENUTUP
A.
Kesimpulan......................................................................................................... 21
B. Saran
.................................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sectio caesarea
berarti bahwa bayi dikeluarkan dari uterus yang utuh melalui operasi abdomen.Di
negara-negara maju, angka sectio caesarea meningkat dari 5 % pada 25 tahun yang
lalu menjadi 15 %. Peningkatan ini sebagian disebabkan oleh “mode”, sebagian
karena ketakutan timbul perkara jika tidak dilahirkan bayi yang sempurna,
sebagian lagi karena pola kehamilan, wanita menunda kehamilan anak pertama dan
membatasi jumlah anak (Jones, 2002).
Menurut statistik
tentang 3.509 kasus sectio caesarea yang disusun oleh Peel dan Chamberlain,
indikasi untuk sectio caesaria adalah disproporsi janin panggul 21%, gawat
janin 14%, plasenta previa 11% pernah sectio caesaria 11%, kelainan letak janin
10%, pre eklamsi dan hipertensi 7% dengan angka kematian ibu sebelum dikoreksi
17% dan sesudah dikoreksi 0,5% sedangkan kematian janin 14,5%(Winkjosastro,
2005).
Menurut Andon dari
beberapa penelitian terlihat bahwa sebenarnya angka kesakitan dan kematian ibu
pada tindakan operasi sectio caesarea lebih tinggi dibandingkan dengan
persalinan pervaginam. Angka kematian langsung pada operasi sesar adalah 5,8
per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kesakitan sekitar 27,3 persen
dibandingkan dengan persalinan normal hanya sekitar 9 per 1000 kejadian.
WHO (World Health
Organization) menganjurkan operasi sesar hanya sekitar 10-15 % dari jumlah
total kelahiran. Anjuran WHO tersebut tentunya didasarkan pada analisis
resiko-resiko yang muncul akibat sesar. Baik resiko bagi ibu maupun bayi.
(Nakita, 2008).
Pada tahun 2007-2008
jumlah persalinan dengan tindakan section caesarea di Rumah Sakit Umum Meuraxa
Banda Aceh berjumlah 145 kasus dari 745 persalinan keseluruhannya atau 19,46 %.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa angka tersebut sudah melebihi batas
yang ditetapkan oleh WHO yaitu 10-15 % (Iqbal, 2002).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami tentang tindakan section
caesaria.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi dari section caesaria.
b. Mengetahui berbagai etiologi dari section caesaria.
c. Mengetahui berbagai indikasi dari section
caesaria.
d. Mengetahui tujuan dari section caesaria.
e. Mengetahui berbagai jenis-jenis dari section
caesaria.
f. Mengetahui berbagai komplikasi dari section
caesaria.
g. Mengetahui prognosis dari section caesaria.
h. Mengetahui patofisiolagi dari section caesaria.
i.
Mengetahui
berbagai pemeriksaan penunjang dari section caesaria.
j.
Mengetahui penatalaksanaan
medis post section caesaria.
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
A. Definisi
Sectio
caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut
dan dinding uterus. (Sarwono , 2005)
Sectio
caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding
uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut juga histerotomia untuk
melahirkan janin dari dalam rahim. (Mochtar, 1998)
B. Etiologi
Indikasi
klasik yang dapat dikemukakan sebagai dasar section caesarea adalah :
a.
Prolog labour sampai neglected labour.
b.
Ruptura uteri imminen
c.
Fetal distress
d.
Janin besar melebihi 4000 gr
e.
Perdarahan antepartum
(Manuaba, I.B, 2001)
C. Indikasi
Operasi
sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan
resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-halyang perlu
tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal (
Dystasia).
a)
Fetal
distress
b)
His
lemah / melemah
c)
Janin
dalam posisi sungsang atau melintang
d) Bayi besar ( BBL
e)
≥4,2
kg )
f)
Plasenta
previa4
g)
Kalainan
letak
h)
Disproporsi
cevalo-pelvik ( ketidakseimbangan antar ukuran kepaladan panggul)
i)
Rupture
uteri mengancam
j)
Hydrocephalus
k)
Primi
muda atau tua
l)
Partus
dengan komplikasi
m)
Panggul
sempit
n)
Problema
plasenta
Indikasi yang menambah tingginya angka persalinan
dengan sectio adalah :
a. Malpersentasi janin
1.
Letak lintang
Bila
terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea adalah jalan /cara yang
terbaik dalam melahirkan janin dengan segala letak lintang yang janinnya hidup
dan besarnya biasa. Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong
dengan sectio caesarea walaupun tidak ada perkiraan panggul sempit. Multipara
dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan cara lain.
2. Letak belakang
Sectio
caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang bila panggul sempit,
primigravida, janin besar dan berharga.
b. Plasenta previa sentralis dan lateralis
c. Presentasi lengkap bila reposisi tidak berhasil.
d.
Gemeli menurut Eastman, sectio cesarea dianjurkan bila janin pertama letak
lintang atau presentasi bahu, bila terjadi interior (looking of the twins),
distosia karena tumor, gawat janin dan sebagainya.
e. Partus lama
f. Partus tidak maju
g. Pre-eklamsia dan hipertensi
h. Distosia serviks
D. Tujuan Sectio Caesarea
Tujuan
melakukan sectio caesarea (SC) adalah untuk mempersingkat lamanya perdarahan
dan mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen bawah rahim. Sectio caesarea
dilakukan pada plasenta previa totalis dan plasenta previa lainnya jika
perdarahan hebat. Selain dapat mengurangi kematian bayi pada plasenta previa,
sectio caesarea juga dilakukan untuk kepentingan ibu, sehingga sectio caesarea
dilakukan pada placenta previa walaupun anak sudah mati.
E. Jenis - Jenis Operasi
Sectio Caesarea (SC)
a. Abdomen (SC Abdominalis)
1. Sectio Caesarea Transperitonealis
Sectio
caesarea klasik atau corporal : dengan insisi memanjang pada corpus uteri. Sectio caesarea profunda : dengan insisi pada segmen
bawah uterus.
2. Sectio caesarea ekstraperitonealis
Merupakan
sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis dan dengan demikian tidak
membuka kavum abdominalis.
b. Vagina (sectio caesarea vaginalis)
Menurut arah sayatan
pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan apabila :
-
Sayatan
memanjang (longitudinal)
-
Sayatan
melintang (tranversal)
-
Sayatan
huruf T (T Insisian)
c. Sectio Caesarea Klasik (korporal)
Dilakukan dengan
membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10cm.
Kelebihan :
1. Mengeluarkan
janin lebih memanjang
2. Tidak
menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik
3. Sayatan
bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan :
1.
Infeksi
mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada reperitonial yang baik.
2.
Untuk
persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan.
3.
Ruptura
uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering terjadi dibandingkan dengan luka
SC profunda. Ruptur uteri karena luka bekas SC klasik sudah dapat terjadi pada
akhir kehamilan, sedangkan pada luka bekas SC profunda biasanya baru terjadi
dalam persalinan. Untuk mengurangi kemungkinan
ruptura uteri, dianjurkan supaya ibu yang telah mengalami SC jangan terlalu
lekas hamil lagi. Sekurang -kurangnya dapat istirahat selama 2 tahun.
Rasionalnya adalah memberikan kesempatan luka sembuh dengan baik. Untuk tujuan
ini maka dipasang akor sebelum menutup luka rahim.
d. Sectio Caesarea (Ismika Profunda)
Dilakukan dengan
membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim kira-kira 10cm
Kelebihan :
1.
Penjahitan
luka lebih mudah
2.
Penutupan
luka dengan reperitonialisasi yang baik
3.
Tumpang
tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan isi uterus ke rongga
perineum
4.
Perdarahan
kurang
5.
Dibandingkan
dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri spontan lebih kecil
Kekurangan :
Luka
dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga dapat menyebabkan arteri
uteri putus yang akan menyebabkan perdarahan yang banyak. Keluhan utama pada
kandung kemih post operatif tinggi.
F. Komplikasi
a. Infeksi Puerperalis
Komplikasi
ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa
nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis, sepsis dan
lain-lain. Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada
gejala - gejala infeksi intrapartum atau ada faktor - faktor yang merupakan
predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya setelah ketuban pecah,
tindakan vaginal sebelumnya). Bahaya infeksi dapat diperkecil dengan pemberian
antibiotika, tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali, terutama SC klasik
dalam hal ini lebih berbahaya daripada SC transperitonealis profunda.
b. Perdarahan
Perdarahan
banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria uterina ikut
terbuka atau karena atonia uteri
c. Komplikasi - komplikasi lain seperti :
1.
Luka
kandung kemih
2.
Embolisme
paru – paru
G. Prognosis (Sarwono,2005)
Dulu
angka morbiditas dan mortalitas untuk ibu dan janin tinggi. Pada masa sekarang,
oleh karena kemajuan yang pesat dalam teknik operasi, anastesi, penyediaan
cairan dan darah, indikasi dan antibiotika angka ini sangat menurun. Angka
kematian ibu pada rumah-rumah sakit dengan fasilitas operasi yang baik dan oleh
tenaga-tenaga yang cekatan adalah kurang dari 2 per 1000. Nasib janin yang
ditolong secara sectio caesarea sangat tergantung dari keadaan janin sebelum
dilakukan operasi. Menurut data dari negara-negara dengan pengawasan antenatal yang
baik dan fasilitas neonatal yang sempurna, angka kematian perinatal
sekitar 4-7 %
H. Patofisiologi
Adanya
beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi tidak
dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan
lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam,
partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan
malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan
pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
Dalam
proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan pasien
mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas.
Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak
mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul
masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya
informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post operasi
akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses
pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga
menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf -
saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin
dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses
pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op,
yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah risiko infeksi.
I.
Pemeriksaan
Penunjang
1. Hemoglobin
atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar pra operasi dan
mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
2. Leukosit
(WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
3. Tes
golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
4. Urinalisis
/ kultur urine
5. Pemeriksaan
elektrolit
J. Penatalaksanaan Medis Post SC
a. Pemberian cairan
b. Diet
c. Mobilisasi
d. Kateterisasi
e. Pemberian obat-obatan :
1.
Antibiotik
Cara
pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap institusi
2.
Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
a)
Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
b)
Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
c)
Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
3.
Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan
vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan caboransia seperti
neurobian I vit. C
f. Perawatan luka
Kondisi
balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah harus
dibuka dan diganti
g. Perawatan rutin
Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah, nadi,dan
pernafasan. (Manuaba, 1999).
TELAAH
JURNAL
NO
|
ISI JURNAL
|
PEMBAHASAN
|
1.
|
Latar Belakang :
Setiap wanita menginginkan
persalinannya berjalan lancardan dapat melahirkan bayi dengan sempurna. Ada
dua persalinan yaitu persalinan lewat vagina dan persalinan caesar atau
sectio caesar yaitu tindakan operasi untuk mengeluarkan bayi melalui insisi
pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh
serta berat janin diatas 500 gram ( wiknjosatro, 2007 )..
|
|
2.
|
Metode :
Jenis penelitian yang digunakan
adalah deskriptif untuk menggambarkan angka kejadian caesarea. Populasi dalam penelitian ini adalah selurh ibu hamil
yang telah dilakukan persalinan sectio
caesarea di RSUD Liun Kendge Tahuna sebanyak 330 ib hamil. Sampel dalam
penelitian ini dalah seluruh ibu hamil yang telah dilakukan tindakan operasi sectio caesarea di RSUD Liun Kendge
Tahuna dengan indikasi persalinan tidak maju, gawat janin, preklampsia dan
panggul sempit sebanyak 167 ibu. Data sampel yang digunakan data sekunder
dari medical record pada bulan januari sampai agustus 2013. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan desember sampai blan januari 2014.
|
|
3.
|
Hasil :
Dari
hasil analisis univariat dihasilkan distribusi, frekuensi, dan karakteristik responden
dari variabel independen (gawat janin, partus tak maju, preeklampsia, dan
panggul
sempit) dan variabel dependen (sectio caesarea)
|
|
4.
|
Kesimpulan :
Berdasarkan
hasil penelitian terdapat 4 faktor yang paling berperan dalam
peningkatan
angka kejadian sectio caesarea di RSUD Liun Kendage Tahuna pada tahun
2013, diantara lain dari faktor janin yaitu gawat janin, dan dari faktor ibu
yaitu persalinan tidak maju, preeklampsia serta panggul sempit..
|
|
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk
mempersingkat lamanya perdarahan dan mencegah terjadinya robekan serviks dan
segmen bawah Rahim maka perlu dilakukan section caesarea. Sectio caesarea
dilakukan pada plasenta previa totalis dan plasenta previa lainnya jika
perdarahan hebat. Selain dapat mengurangi kematian bayi pada plasenta previa,
sectio caesarea juga dilakukan untuk kepentingan ibu, sehingga sectio caesarea
dilakukan pada placenta previa walaupun anak sudah mati.
B. Saran
Hendaknya petugas
kesehatan dalam menentukan tindakan persalinan dengan sectio caesarea terhadap
seorang ibu yang akan melahirkan tetap berpedoman pada indikasi yang
dipersyaratkan atau sesuai dengan ketentuan medis.
DAFTAR
PUSTAKA
Kasdu,Dini2003.Operasi
Caesar Masalah dan Solusinya, Jakarta : Puspa Swara
Bobak. 2005. Buku
Ajar Keperawatan Maternitas edisi 4. Jakarta : EGC.
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan edisi 31.
Jakarta : EGC.
Cunningham, Gary F. 2006. Obstetri Williams edisi 21
volume 1. Jakarta : EGC. Hal 466
Barbara
C. Long (1996), Perawatan Medikal Bedah I, Bandung : Yayasan IKAPI
Brunner
& Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Sarwono,
Prawiroharjo,. 2005. Ilmu Kandungan, Cetakan ke-4. Jakarta : PT Gramed
Tidak ada komentar:
Posting Komentar