kembang api


star

Rabu, 23 Maret 2016

PERUBAHAN FISIK YANG TERJADI PADA LANSIA



PERUBAHAN FISIK YANG TERJADI PADA LANSIA




DISUSUN OLEH :

                 HENDIKA SAFITRI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES ALIFAH PADANG
TH 2016



KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan petunjuk dan ilmu dalam penulisan makalah ini. Shalawat dan salam tidak lupa penulis kirimkam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.
          Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik, yang mana makalah ini berjudul “PERUBAHAN FISIK YANG TERJADI PADA LANSIA”.
Penulis juga tidak luput dari kesalahan dalam penulisan makalah ini, untuk itu bagi pihak yang membaca, penulis mengharapkan kritik dan sarannya yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Mudah – mudahan makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat menambah wawasan pembaca makalah ini.



                                                                                                                            Padang, 21 Maret 2016


                                                                                                                                      Kelompok 3


DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................i.
Daftar Isi...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
      A.    Latar Belakang.................................................................................................1
      B.     Rumusan Masalah............................................................................................2
      C.     Tujuan..............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
      A.    Pengertian Proses Menua.................................................................................3
      B.     Perubahan yang Terjadi Pada Lansia...............................................................3
BAB III PENUTUP
      A.    Kesimpulan.....................................................................................................14
      B.     Saran...............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA



BAB I

PENDAHULUAN

       A.    Latar Belakang
Manusia dalam hidupnya akan mengalami serangkaian perkembangan dengan periode berurutan, mulai dari periode parental hingga lansia. Setiap masa yang dilalui merupakan tahap-tahap yang saling berkaitan dan tidak dapat diulang kembali. Hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu, akan memberikan pengaruh terhadap tahap selanjutnya. Salah satu tahap yang akan dilalui oleh individu tersebut adalah masa lanjut usia (lansia). Masa lansia adalah masa perkembangan terakhir dalam hidup manusia yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikis, dan sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki masa lansia mengalami beberapa perubahan, seperti 1) perubahan pada penampilan wajah, tangan, dan kulit, seseorang yang pada masa mudanya dianggap cantik, atau tampan akan merasa kehilangan daya tariknya jika memasuki masa tua, 2) perubahan pada bagian dalam tubuh, seperti fungsi otak yang menurun, hati, jantung, dan limpa, 3) perubahan panca indera, seperti penglihatan, penciuman, perasa, dan pendengaran, 4) perubahan seksualitas di dalam performa seksual, dan 5) perubahanmotorik antara lain berkurangnya kecepatan, kekuatan, dan belajar keterampilan baru (Hurlock, 1991).
Hurlock (1991)menyebutkan bahwa perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada lansia dapat menyebabkan perubahan pada kondisi psikisnya.Salah satu contohnya perubahan motorik pada lansia, yang mengakibatkan dirinya tidak dapat mengerjakan aktivitas sebaik pada masa muda dulu, sehingga menyebabkan lansia menjadi rendah diri dan menarik diri dari lingkungan sosialnya.Selain perubahan di atas, lansia juga mengalami perubahan sosioemosi.Bentuk-bentuk perubahan yang terjadi, seperti 1) kepribadian pada masa lansia, 2) bekerja dan masa pensiun, 3) hubungan konsensual dan 4) ikatan keluarga non marital. Melihat masalah-masalah yang potensial, seperti yang sudah dipaparkan di atas, maka perlu diperoleh suatu cara untuk mencegah atau mengurangi beban dari masalahtersebut, untuk mempertahankanharapan hidup pada lansia. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh lansia adalah dengan mencapai kesejahteraan psikologis (psychological well-being) yang optimal. Psychological well-being adalah suatu kondisi psikologis individu sehat,yang ditandai dengan berfungsinya aspek-aspek psikologis positif dalam proses mencapai aktualisasi diri.Psychological well-being terdiri dari enam dimensi, yaitu penerimaan diri (self-acceptance), hubungan positif dengan orang lain (positif relation with others), kemandirian (autonomy), penguasaan terhadap lingkungan (environtmental mastery), tujuan hidup (purpose in life), dan pertumbuhan pribadi (personal growth)(Ryff & Keyes, 1995).
Psychological well-beingatau kebahagiaan pada lansia bergantung dipenuhi. Psychological well-beingatau kebahagiaan pada lansia bergantung dipenuhi atau tidaknya “tiga A” dari kebahagiaan (three A’s of happiness) yaitu acceptance (penerimaan), affection (kasih sayang), dan achievement (pencapaian) (Hurlock, 1991),dan dijelaskannya bahwa jika lansia tidak dapat mencapai ketiga hal tersebut akan memunculkan perasaan rendah diri, merasa diabaikan oleh keluarga, dan menganggap prestasi masa lalu tidak memenuhi harapan. Selain itu, jika lansia tidak memiliki psychological well-beingyang optimal,akan menghambat penyesuaian diri dengan orang lain (Bradburn&Noil, dalam Lou & Gui, 2011).

      B.     Rumusan Masalah
             1.      Apa pengertian proses menua?
             2.      Apa saja perubahan yang terjadi pada lansia?

      C.    Tujuan
            1.      Mengetahui pengertian proses menua
            2.      Mengetahui perubahan yang terjadi pada lansia




BAB II
PEMBAHASAN
       A.    Pengertian Proses Menua
Proses menua adalah proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan (Nugroho, 2008). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan suatu proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh (Atun, 2010). Proses ini merupakan proses yang terus menerus berlangsung secara alamiah, selain aspek fisiologis yang mengalami perubahan pada lansia, fungsi kognitif lansia juga mengalami penurunan (Nugroho, 2008).

      B.     Perubahan yang Terjadi Pada Lansia
Kesehatan lansia memerlukan perhatian khusus dikarenakan banyak perubahan yang terjadi sehingga kondisinya tidak lagi seperti manusia dewasa. Perubahan-perubahan itu seringkali mendorong lansia untuk menjadi lebih rapuh dibanding anak-anak ataupun manusia dewasa. Perubahan yang terjadi ini merupakan proses fisiologis usia tua. Adapun perubahan karakteristik pada lansia mencakup :
    1.      Perubahan Fisik
Perubahan fisik yang terjadi pada lansia digolongkan menjadi perubahan yang dapat terlihat dan tidak dapat terlihat. Perubahan yang dapat terlihat antara lain berkurangnya elastisitas kulit, kulit menjadi berkeriput, rambut yang memutih, tubuh yang terlihat lebih pendek, dan bungkuk. Sedangkan perubahan fisik yang kurang terlihat pada lansia meliputi (1) penurunan berat otak akibat menurunnya jumlah sel neuron, dan menyebabkan keterlambatan respon, (2) penurunan fungsi alat indra, yang sering menghambat aktivitas lansia, (3) penurunan kekuatan otot dan keseimbangan tubuh (4) penurunan fungsi seksual, dimana terjadi penurunan libido, dan menopause pada wanita sehingga secara hormonal akan mempengaruhi perubahan tubuh, (5) dan cenderung mengalami 13 penurunan fungsi kognitif. Lansia dengan penurunan status kognitif ini sering berakhir sebagai penderita Alzheimer dan Parkinson. Perubahan fisik meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen.
        a.      Sistem pernafasan pada lansia.
·         Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.
·         Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga potensial terjadi penumpukan sekret.
·         Penurunan aktivitas paru ( mengembang & mengempisnya ) sehingga jumlah udara pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan, kalau pada pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.
·         Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan normal 50m²), Ù menyebabkan terganggunya prose difusi.
·         Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu prose oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua kejaringan.
·         CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.
·         kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus alium dari saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi.
\
       b.      Sistem persyarafan.
·         Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.
·         Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
·         Mengecilnya syaraf panca indera.
·         Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia.
        i.            Penglihatan
·         Kornea lebih berbentuk skeris.
·         Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
·         Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).
·         Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap.
·         Hilangnya daya akomodasi.
·         Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang.
·         Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada skala.
      ii.            Pendengaran
·         Presbiakusis (gangguan pada pendengaran)
Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.
·         Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.
·         Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya kreatin.
    iii.            Pengecap dan penghidu.
·         Menurunnya kemampuan pengecap.
·         Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan selera makan berkurang.
    iv.            Peraba
·         Kemunduran dalam merasakan sakit.
·         Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.
 
c. Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut.
·         Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
·       Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya
·         Kehilangan elastisitas pembuluh darah.
Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur keduduk ( duduk ke berdiri ) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg ( mengakibatkan pusing mendadak ).
·         Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (normal ± 170/95 mmHg ).

d. Sistem genito urinaria.
·      Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria ( biasanya + 1 ) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
·         Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya retensi urin.
·         Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.
·         Atropi vulva.
·         Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali terhadap perubahan warna.
·         Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus.

 e. Sistem endokrin / metabolik pada lansia.
·         Produksi hampir semua hormon menurun.
·         Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah.
·         Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.
·         Menurunnya aktivitas tiriod Ù BMR turun dan menurunnya daya pertukaran zat.
·         Menurunnya produksi aldosteron.
·         Menurunnya sekresi hormon bonads : progesteron, estrogen, testosteron.
·         Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari sumsum tulang serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa (stess).

 f. Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut.
·         Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk
·         Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit.
·         Esofagus melebar.
·         Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam lambung menurun, waktu mengosongkan menurun.
·         Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.
·         Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ).
·         Liver ( hati ), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.

  g. Sistem muskuloskeletal.
·         Tulang kehilangan densikusnya Ù rapuh.
·         resiko terjadi fraktur.
·         kyphosis.
·         persendian besar & menjadi kaku.
·         pada wanita lansia > resiko fraktur.
·         Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.
·         Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek ( tinggi badan berkurang ).
        i.            Gerakan volunter / gerakan berlawanan.
      ii.            Gerakan reflektonik / Gerakan diluar kemauan sebagai reaksi terhadap rangsangan pada lobus.
    iii.            Gerakan involunter / Gerakan diluar kemauan, tidak sebagai reaksi terhadap suatu perangsangan terhadap lobus
    iv.            Gerakan sekutu / Gerakan otot lurik yang ikut bangkit untuk menjamin efektifitas dan ketangkasan otot volunter.

 h. Perubahan sistem kulit & karingan ikat.
·         Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
·         Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan adiposa
·         Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak begitu tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi.
·         Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran darah dan menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen.
·         Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan penyembuhan luka luka kurang baik.
·         Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.
·         Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna rambut kelabu
·         Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang menurun.
·         Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun.
·         Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak rendahnya akitfitas otot

 i. Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan sexual.
·         Perubahan sistem reprduksi.
        i.            selaput lendir vagina menurun/kering.
      ii.            menciutnya ovarium dan uterus.
    iii.            atropi payudara.
    iv.            testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara berangsur berangsur.
      v.            dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik.
·         Kegiatan sexual.
Sexualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan yang berhubungan dengan alat reproduksi. Setiap orang mempunyai kebutuhan sexual, disini kita bisa membedakan dalam tiga sisi : 1) fisik, Secara jasmani sikap sexual akan berfungsi secara biologis melalui organ kelamin yang berhubungan dengan proses reproduksi, 2) rohani, Secara rohani Ù tertuju pada orang lain sebagai manusia, dengan tujuan utama bukan untuk kebutuhan kepuasan sexualitas melalui pola pola yang baku seperti binatang dan 3) sosial, Secara sosial Ù kedekatan dengan suatu keadaan intim dengan orang lain yang merupakan suatu alat yang apling diharapkan dalam menjalani sexualitas.
Sexualitas pada lansia sebenarnya tergantung dari caranya, yaitu dengan cara yang lain dari sebelumnya, membuat pihak lain mengetahui bahwa ia sangat berarti untuk anda. Juga sebagai pihak yang lebih tua tampa harus berhubungan badan, msih banyak cara lain unutk dapat bermesraan dengan pasangan anda. Pernyataan pernyataan lain yang menyatakan rasa tertarik dan cinta lebih banyak mengambil alih fungsi hubungan sexualitas dalam pengalaman sex.

      2.      Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial pada lansia berhubungan erat dengan perubahan gaya hidup. Hal ini terutama diakibatkan karena banyaknya waktu luang setelah pensiun (tidak bekerja). Lansia yang sebelumnya bekerja seringkali merasa kehilangan identitas dirinya setelah masa pensiun.
Beberapa gejala psikologis yang menonjol ketika menopause adalah mudah tersinggung, sukar tidur, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar, tegang (tension), cemas dan depresi. Ada juga lansia yang kehilangan harga diri karena menurunnya daya tarik fisik dan seksual, mereka merasa tidak dibutuhkan oleh suami dan anak-anak mereka, serta merasa kehilangan femininitas karena fungsi reproduksi yang hilang.  Beberapa keluhan psikologis yang merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu:
·         Ingatan Menurun
Gelaja ini terlihat bahwa sebelum menopause wanita dapat mengingat dengan mudah, namun sesudah mengalami menopause terjadi kemunduran dalam mengingat, bahkan sering lupa pada hal-hal yang sederhana, padahal sebelumnya secara otomatis langsung ingat.
·         Kecemasan
Banyak ibu-ibu yang mengeluh bahwa setelah menopause dan lansia merasa menjadi pencemas. Kecemasan yang timbul  sering dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan. Misalnya kalau dulu biasa pergi sendirian ke luar kota sendiri, namun sekarang merasa cemas dan khawatir, hal itu sering juga diperkuat oleh larangan dari ana-anaknya. Kecemasan pada Ibu-ibu lansia yang telah menopause umumnya bersifat relatif, artinya ada orang yang cemas  dan dapat tenang kembali, setelah mendapatkan semangat/dukungan dari ornag di sekitarnya; namun ada juga yang terus-menerus cemas, meskipun orang-orang disekitarnya telah memberi dukungan. Akan tetapi banyak juga ibu-ibu yang mengalami menopause namun tidak mengalami perubahan yang berarti dalam kehidupannya. Menopause rupanya mirip atau sama juga dengan masa pubertas yang dialami seorang remaja sebagai awal berfungsinya alat-alat reproduksi, dimana ada remaja yang cemas, ada yang khawatir namun ada juga yang biasa-biasa sehingga tidak menimbulkan gejolak.
Adapun simtom-simtom psikologis adanya kecemasan bila ditinjau dari beberapa aspek, menurut Blackburn and Davidson (1990 :9) adalah sebagai berikut :
·         Suasana hati yaitu keadaan yang menunjukkan ketidaktenangan psikis, seperti: mudah marah, perasaan sangat tegang.
·         Pikiran yaitu keadaan pikiran yang tidak menentu, seperti: khawatir, sukar konsentrasi, pikiran kosong, membesar-besarkan ancaman, memandang diri sebagai sangat sensitif, merasa tidak berdaya.
·         Motivasi yaitu dorongan untuk mencapai sesuatu, seperti : menghindari situasi, ketergantungan yang tinggi, ingin melarikan diri, lari dari kenyataan.
·         Perilaku gelisah yaitu keadaan diri yang tidak terkendali seperti : gugup, kewaspadaan yang berlebihan, sangat sensitif dan agitasi.
·         Reaksi-reaksi biologis yang tidak terkendali, seperti : berkeringat, gemetar, pusing, berdebar-debar, mual, mulut kering.
Gangguan kecemasan dianggap berasal dari suatu mekanisme pertahanann diri yang dipilih secara alamiah oleh makhluk hidup bila menghadapi sesuatu yang mengancam dan berbahaya.Kecemasan yang dialami dalam situasi semacam itu memberi isyarat kepada makhluk hidup agar melakukan tindakan mempertahankan diri untuk menghindari atau mengurangi bahaya atau ancaman.Menjadi cemas pada tingkat tertentu dapat dianggap sebagai bagian dari respon normal untuk mengatasi masalah sehari-hari.Bagaimana juga, bila kecemasan ini berlebihan dan tidak sebanding dengan suatu situasi, hal itu dianggap sebagai hambatan dan dikenal sebagai masalah klinis.
·         Mudah Tersinggug
       Gejala ini lebih mudah terlihat dibandingkan kecemasan.Wanita lebih mudah tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang sebelumnya dianggap tidak menggangu. Ini mungkin disebabkan dengan datangnya menopause maka wanita menjadi sangat menyadari proses mana yang sedang berlangsung dalam dirinya. Perasaannya menjadi sangat sensitif terhadap sikap dan perilaku orang-orang di sekitarnya, terutama jika sikap dan perilaku tersebut dipersepsikan sebagai menyinggung proses penerimaan yang sedang terjadi dalam dirinya
·         Stress
       Tidak ada orang yang bisa lepas sama sekali dari rasa was-was dan cemas, termasuk para lansia menopause. Ketegangan perasaan atau stress selalu beredar dalam lingkungan pekerjaan, pergaulan sosial, kehidupan rumah tangga dan bahkan menyelusup ke dalam tidur. Kalau tidak ditanggulangi stress dapat menyita energi, mengurangi produktivitas kerja dan menurunkan kekebalan terhadap penyakit, artinya kalau dibiarkan dapat menggerogoti tubuh secara diam-diam.
       Namun demikian stress tidak hanya memberikan dampak negatif, tapi bisa juga memberikan dampak positif. Apakah kemudian dampak itu positif atau negatif, tergantung pada bagaimana individu memandang dan mengendalikannya. Stress adalah suatu keadaan atau tantangan yang kapasitasnya diluar kemampuan seseorang oleh karena itu, stress sangat individual sifatnya. Respon orang terhadap sumber stress sangat beragam, suatu rentang waktu bisa tiba-tiba jadi pencetus stress yang temporer. Stress dapat juga bersifat kronis misalnya konflik keluarga. Reaksi kita terhadap pencetus stress dapat digolongkan dalam dua kategori psikologis dan fisiologis.
      Di tingkat psikologis, respon orang terhadap sumber stress tidak bisa diramalkan, sebagaimana perbedaan suasana hati dan emosi kita dapat menimbulkan beragam reaksi, mulai dari hanya ekspresi marah sampai akhirnya ke hal-hal lain yang lebih sulit untuk dikendalikan. Di tingkat psikologis, respon orang terhadap sumber stress ini tergantung pada beberapa faktor, termasuk keadaan emosi pada saat itu dan sikap orang itu dalam menanggapi stress tersebut.
·         Depresi
      Dari penelitian-penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan Eropa diperkirakan 9% s/d 26% wanita dan 5% s/d 12% pria pernah menderita penyakit depresi yang gawat di dalam kehidupan mereka. Setiap saat, diperkirakan bahwa 4,5% s/d 9,3% wanita dan 2,3% s/d 3,2% pria akan menderita karena gangguan ini. Dengan demikian secara kasar dapat dikatakan bahwa wanita dua kali lebih besar kemungkinan akan menderita depresi daripada pria.
Wanita yang mengalami depresi sering merasa sedih, karena kehilangan kemampuan untuk bereproduksi, sedih karena kehilangan kesempatan untuk memiliki anak, sedih karena kehilangan daya tarik. Wanita merasa tertekan karena kehilangan seluruh perannya sebagai wanita dan harus menghadapi masa tuanya.
       Depresi dapat menyerang wanita untuk satu kali, kadang-kadang depresi merupakan respon terhadap perubahan sosial dan fisik yang sering kali dialami dalam fase kehidupan tertentu, akan tetapi beberapa wanita mungkin mengembangkan rasa depresi yang dalam yang tidak sesuai atau proporsional dengan lingkungan pribadi mereka dan mungkin sulit dihindarkan.
       Simton-simton psikologis adanya depresi bila ditinjau dari beberapa aspek, menurut Marie Blakburn dan Kate Davidson (1990:5) adalah sebagai berikut :
·         Suasana hati, ditandai dengan kesedihan, kecemasan, mudah marah.
·         Berpikir, ditandai dengan mudah hilang konsentrasi, lambat dan kacau dalam berpikir, menyalahkan diri sendiri, ragu-ragu, harga diri rendah.
·         Motivasi, ditandai dengan kurang minat bekerja dan menekuni hobi, menghindari kegiatan kerja dan sosial, ingin melarikan diri, ketergantungan tinggi pada orang lain.
·         Perilaku gelisah terlihat dari gerakan yang lamban, sering mondar-mandir, menangis, mengeluh.
·         Simton biologis, ditandai dengan hilang nafsu makan atau nafsu makan bertambah, hilang hasrat sesksual, tidur terganggu,  gelisah.

Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia.  Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut :
·         Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
·         Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.
·         Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.
·         Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.
·         Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.

      3.      Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan
Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri. Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model kepribadiannya seperti yang telah diuraikan pada point tiga di atas.
Dalam kenyataan ada menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang merasa senang memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang seolah-olah acuh terhadap pensiun (pasrah). Masing-masing sikap tersebut sebenarnya punya dampak bagi masing-masing individu, baik positif maupun negatif. Dampak positif lebih menenteramkan diri lansia dan dampak negatif akan mengganggu kesejahteraan hidup lansia. Agar pensiun lebih berdampak positif sebaiknya ada masa persiapan pensiun yang benar-benar diisi dengan kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan diri, bukan hanya diberi waktu untuk masuk kerja atau tidak dengan memperoleh gaji penuh.
Persiapan tersebut dilakukan secara berencana, terorganisasi dan terarah bagi masing-masing orang yang akan pensiun. Jika perlu dilakukan assessment untuk menentukan arah minatnya agar tetap memiliki kegiatan yang jelas dan positif. Untuk merencanakan kegiatan setelah pensiun dan memasuki masa lansia dapat dilakukan pelatihan yang sifatnya memantapkan arah minatnya masing-masing. Misalnya cara berwiraswasta, cara membuka usaha sendiri yang sangat banyak jenis dan macamnya.
Model pelatihan hendaknya bersifat praktis dan langsung terlihat hasilnya sehingga menumbuhkan keyakinan pada lansia bahwa disamping pekerjaan yang selama ini ditekuninya, masih ada alternatif lain yang cukup menjanjikan dalam menghadapi masa tua, sehingga lansia tidak membayangkan bahwa setelah pensiun mereka menjadi tidak berguna, menganggur, penghasilan berkurang dan sebagainya.

      4.      Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kdang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil.
Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang memiliki keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak punya keluarga atau sanak saudara karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seringkali menjadi terlantar.


BAB III
PENUTUP
      A.    Kesimpulan
Proses menua adalah proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan (Nugroho, 2008). Kesehatan lansia memerlukan perhatian khusus dikarenakan banyak perubahan yang terjadi sehingga kondisinya tidak lagi seperti manusia dewasa. Perubahan-perubahan itu seringkali mendorong lansia untuk menjadi lebih rapuh dibanding anak-anak ataupun manusia dewasa.

     B.     Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia, serta bisa melakukan tindakan yang sesuai dengan perubahan yang terjadi pada lansia.




DAFTAR PUSTAKA

       Nugroho,wahyudi.2000.Perawatan Usia Lanjut.jakarta;EGC

       Nugroho, Wahjudi SKM.2000.Keperawatan Gerontik Edisi 2 Cetakan 1.Jakarta:EGC

       Nugroho, Wahjudi SKM.2008.Keperawatan Gerontik Edisi32 Cetakan 1.Jakarta:EGC

       Darmojo, Boedi, Martono Hadi.1999.Ilmu Kesehatan Usia Lanjut.F.K.U.I



 


 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar