BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau hilangnya jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik, dan radiasi. Luka bakar merupakan salah satu jenis trauma yang
mempunyai angka morbiditas dan mortalitas tinggi yang memerlukan
penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok ) sampai fase lanjut.
Luka bakar pada penatalaksanaan antara anak dan dewasa pada prinsipnya sama
namun pada anak akibat luka bakar dapat menjadi lebih serius. Hal ini
disebabkan anak memiliki lapisan kulit yang lebih tipis, lebih mudah untuk
kehilangan cairan, lebih rentan untuk mengalami hipotermia (penurunan suhu
tubuh akibat pendinginan).
Luka bakar pada anak 65,7% disebabkan oleh air panas atau uap panas
(scald). Mayoritas dari luka bakar pada anak-anak terjadi di rumah
dan sebagian besar dapat dicegah. Dapur dan ruang makan merupakan
daerah yang seringkali menjadi lokasi terjadinya luka bakar. Anak yang memegang
oven, menarik taplak dimana di atasnya terdapat air panas, minuman panas atau
makanan panas.
Prognosis dan penangangan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan
luasnya permukaan luka bakar; dan penanganan sejak fase awal sampai
penyembuhan. Selain itu faktor letak daerah yang terbakar, usia, dan keadaan
kesehatan penderita juga turut menentukan kecepatan penyembuhan.
Oleh karena itu, semua orang khususnya orangtua, harus meningkatkan
pengetahuan mengenai luka bakar dan penanganannya, terutama pada anak-anak.
c. B. Rumusan
Masalah
a.
Apa itu luka bakar?
b.
Bagaimana etiologi luka bakar?
c.
Bagaimana patofisiologi luka bakar?
d.
Apa jenis – jenis luka bakar?
e.
Bagaimana penilaian derajat luka
bakar?
f.
Bagaimana metode menentukan luas
luka bakar?
g.
Apa saja komplikasi luas luka bakar?
h.
Bagaimana penatalaksanaan luka
bakar?
i.
Bagaimana asuhan keperawatan luka
bakar?
C. Tujuan
1.
Tujuan Umum
Tujuan umum peneliti adalah memberikan asuhan keperawatan pada pasien luka
bakar sesuai dengan diagnosa yang muncul.
2.
Tujuan Khusus
Secara khusus peneliti bertujuan agar mahasiswa :
a.
Menjelaskan pengertian tentang luka
bakar
b.
Menjelaskan etiologi luka bakar
c.
Menjelaskan patofisiologi luka bakar
d.
Menjelaskan apa saja jenis-jenis
luka bakar
e.
Menjelaskan bagaimana penilaian
derajat luka bakar
f.
Menjelaskan metode untuk menentukan luas
luka bakar
g.
Menjelaskan apa saja komplikasi luka
bakar
h.
Menjelaskan bagaimana
penatalaksanaan luka bakar
i.
Menjelaskan asuhan keperawatan pada
luka bakar
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Luka Bakar
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan oleh
energi panas atau bahan kimia atau benda-benda fisik yang menghasilkan efek
baik memanaskan atau mendinginkan. Luka bakar (combustio) adalah kerusakan atau
kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air
panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi ( Moenajat, 2001).
Luka bakar adalah luka yang disebabkan kontak dengan suhu tinggi seperti
api, air panas, bahkan kimia dan radiasi, juga sebab kontak dengan suhu rendah
(frosh bite). (Mansjoer 2000 : 365).
Apabila luka bakar digolongkan berdasarkan usia pasien dan jenis cedera
maka polanya adalah:
- Toddler lebih sering menderita luka bakar akibat tersiram air panas
- Anak-anak yang lebih besar lebih cenderung mengalami luka bakar akibat api
- ·20% dari semua kasus pediatrik dapat disebabkan oleh penganiaan anak (Herndon dkk,1996)
- Anak-anak yang bermain korek api atau pemantik api menyebbabkan 1 dari 10 kasus kebakaran rumah.
Luasnya destruksi jarinang ditentukan dengan mempertimbangkan
intensitas sumber panas, durasi kontak atau pajanan, konduktifitas jariangan
yang terkena, ddan kecepatan energi panas meresap kedalam kulit. Pajanan
singkat terhadap panas berintensitas tinggi akibat api dapat mengakibatkan luka
bakar yang sama dengan luka bakar akibat pajanan lama terhadap panas
berintensitas dalam air panas.( wong,2008)
2. Etiologi
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ketubuh.
Panas tersebut mungkin dipindankan melalui konduksi atau radiasi
elektromagnetik. Berbagai faktor dapat menjadi penyebab luka bakar. Beratnya
luka bakar juga dipengaruhi oleh cara dan lamanya kontak dengan sumber panas
(misal suhu benda yang membakar, jenis pakaian yang terbakar, sumber panas :
api, air panas dan minyak panas), listrik, zat kimia, radiasi, kondisi ruangan
saat terjadi kebakaran dan ruangan yang tertutup.Faktor yang menjadi penyebab beratnya luka bakar antara lain :
1.
Keluasan luka bakar
2.
Kedalaman luka bakar
3.
Umur pasien
4.
Agen penyebab
5.
Fraktur atau luka – luka lain yang
menyertai
6.
Penyakit yang dialami terdahulu
seperti diabetes, jantung, ginjal, dll
7.
Obesitas
8.
Adanya trauma inhalasi
3. Patofisiologi
Cedera panas
menghasilkan efek lokal dan efek sistemik yang berkaitan dengan luasnya
destruksi jaringan. Pada luka bakar suferfisial, kerusakan jaringan minimal.
pada luka bakar ketebalan/sebagian terjadi edema dan kerusakan kapiler yang
lebih parah. Dengan luka bakar mayor lebih dari 30% TBSA, terdapat respons sistemik
yang menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler, yang memungkinkan protein
plasma, cairan, dan elektroloit hilang. Pembentukan edema maksimal pada luka
kecil terjadi sekitas 8 sampai 12 jam setelah cedera. Setelah cedera yang lebih
besar, hipovolemia, yang dikaitkan dengan fenomena tersebut, akan melambatakan
laju pementukan edema, dengan efek maksimum terjadi pada 18 sampai 24 jam.
Respon
sistemik lainnya adalah anemia, yang disebabkan oleh penghancuran sel darah
merah secara langsung oleh panas, hemolisis sel darah merah yang cedera, dan
terjebaknya sel darah merah dalam trombi mikrovaskular sel-sel yang rusak. Penurunan
jumlah sel-sel darah merah dalam jangka-panjang dapat mengakibatkan pengurangan
masa hidup sel darah merah. Pada awalnya terdapat peningkatan aliran darah ke
jantung, otak, dan ginjal dengan penurunan aliran darah ke saluran
gastrointestinal. Terdapat peningkatan metabolisme untuk mempertahankan panas
tubuh, yang disediakan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi tubuh.(wong,2008)
Skema
berikut menyajikan mekanisme respon luka bakar terhadap injury pada anak dan
perpindahan cairan setelah injury thermal.
a.
Dalam 24 jam pertama
Luka Bakar
Meningkatnya permeabilitas kapiler
Hilangnya plasma, protein, cairan dan elektrolit dari volume sirkulasi
ke dalam rongga interstisial : hypoproteinemia, hyponatremia, hyperkalemia
Hipovolemi
Syok
b.
Mobilisasi kembali cairan setelah 24
jam
Edema jaringan yang terkena luka bakar
Compartment intravaskular
Hypervolemia, hypokalemia, hypernatremia
4. Jenis-jenis Luka Bakar
a)
Luka bakar listrik
Cedera listrik yang disebabkan oleh aliran listrik dirumah merupakan
insiden tertinggi pada anak-anak yang masih kecil, yang sering memasukkan bnda
konduktif kedalam colokan listrik dang menggigit atau mengisap
kabel listrik yang tersambung(herndon dkk,1996)
Disebabkan oleh kontak dengan sumber tenaga bervoltage tinggi akibat arus
listrik dapat terjadi karena arus listrik mengaliri tubuh karena adanya
loncatan arus listrik atau karena ledakan tegangan tinggi antara lain akibat
petir. Arus listrik menimbulkan gangguan karena rangsangsan terhadap saraf dan
otot. Energi panas yang timbul akibat tahanan jaringan yang dilalui arus
menyebabkan luka bakar pada jaringan tersebut. Energi panas dari loncatan arus
listrik tegangan tinggi yang mengenai tubuh akan menimbulkan luka bakar yang
dalam, arus bolak – balik menimbulkan rangsangan otot yang hebat berupa kejang
– kejang. Urutan tahanan jaringan dimulai dari yang paling rendah yaitu
saraf, pembuluh darah, otot, kulit, tendo dan tulang. Pada jaringan yang
tahanannya tinggi akan lebih banyak arus yang melewatinya, maka panas yang
timbul akan lebih tinggi. Karena epidermisnya lebih tebal, telapak tangan dan
kaki mempunyai tahanan listrik lebih tinggi sehingga luka bakar yang terjadi
juga lebih berat bila daerah ini terkena arus listrik.
Ada dua jenis luka bakar listrik:
1. Luka
bakar listrik kecil, yang biasanya ditimbulkan oleh gigitan kabel penyambung.
Cedera ini menyebabkan luka bakar mulut setempat, biasanya meliputi bibir atas
dan bawah, yang berhubungan langsung dengan kabel peyambung. Karena bukan
merupakan cedera konduksi ( tidak meluas keluar dari tempat cedera), anak tidak
perlu rawat inap dan perawatan ditujukan pada daerah cedera yang kelihatan. Pengobatan
dengan krem antibiotic sudah cukup.
2.. Karakteristik
luka bakar listri yang lebih penting adalah luka bakar kabel tegangan tinggi.
Penderuta harus dimandokkan tampa memandang luasnya daerah yang terbakar.
Sering terjadi cedera otot dalam yang tidak selalu dapat dilihat pada awal
terjadinya cedera luka bakar. Cedera ii biasanya barasal dari tegangan tinggi (
> 1000 volt). Misalnya pada anak kecil yang memanjat tiang listrik dank
arena keingintahuannya menyentuh kotak listrik atau secara tidak segaja
menyentuh kabel listrik tegangan tinggi. (Bherman,1996)
b)
Luka bakar kimia
Luka bakar akibat zat kimia
teramati pada populai pediatrik dan dapat menyebabkan luka bakar yang luas.
Tingkat keparahna cedera dikaitkan dengan agen kimia(asam, basa, atau senyawa
organik) dan durasi kontak. Mekanisme cedera berbada dengan luka bakar lainnya,
perbedaannya yaitu terdapat gangguan kimia dan perubahan kandungan fisik pada
area tubuh yang terkena.(wong,2008).
Luka bakar kimia dapat disebabkan
oleh zat asam, zat basa dan zat produksi petroleum. Luka bakar alkali lebih
berbahaya daripada oleh asam, karena penetrasinya lebih dalam sehingga
kerusakan yang ditimbulkan lebih berat. Sedang asam umumnya berefek pada
permukaan saja. Zat kimia dapat bersifat oksidator sepert kaporit, kalium
permanganate dan asam kromat. Bahan korosif seperti fenol dan fosfor putih juga
larutan basa seperti kalium hidroksida dan natrium hidroksida menyebabkan
denaturasi protein. Denaturasi akibat penggaraman dapat disebabkan oleh asam
formiat, asetat, tanat, flourat, dan klorida. Asam sulfat merusak sel karena
bersifat cepat menarik air. Beberapa bahan dapat menyebabkan keracunan
sistemik. Asam florida dan oksalat dapat menyebabkan hipokalsemia. Asam tanat,
kromat, pikrat dan fosfor dapat merusak hati dan ginjal kalau diabsorpsi tubuh.
Lisol dapat menyebabkan methemoglobinemia.
c)
Luka bakar radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe
injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri
atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran.
Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan
salah satu tipe luka bakar radiasi.
5. Penilaian Derajat Luka Bakar
Kedalaman luka bakar dapat dibagi ke dalam 4 kategori (lihat tabel 3) yang
didasarkan pada elemen kulit yang rusak.
1.
Superficial (derajat
I), dengan ciri-ciri sbb:
a.
Hanya mengenai lapisan epidermis
b.
Luka tampak pink cerah sampai merah
(eritema ringan sampai berat)
c.
Kulit memucat bila ditekan
d.
Edema minimal
e.
Tidak ada blister
f.
Kulit hangat/kering
g.
Nyeri / hyperethetic
h.
Nyeri berkurang dengan pendinginan
i.
Discomfort berakhir kira-kira dalam
waktu 48 jam
j.
Dapat sembuh spontan dalam 3-7 hari
2.
Partial thickness (derajat
II), dengan ciri sbb.:
a.
Partial tihckness dikelompokan
menjadi 2, yaitu superpicial partial thickness dan deep partial thickness
b.
Mengenai epidermis dan dermis
c.
Luka tampak merah sampai pink
d.
Terbentuk blister
e.
Edema
f.
Nyeri
g.
Sensitif terhadap udara dingin
h.
Penyembuhan luka :
- Superficial partial thickness : 14 – 21 hari
- Deep partial thickness : 21 – 28 hari (Namun demikian penyembuhannya bervariasi tergantung dari kedalaman dan ada tidaknya infeksi).
3.
Full thickness (derajat
III)
a.
Mengenai semua lapisan kulit, lemak
subcutan dan dapat juga mengenai permukaan otot, dan persarafan dan pembuluh
darah
b.
Luka tampak bervariasi dari berwarna
putih, merah sampai dengan coklat atau hitam
c.
Tanpa ada blister
d.
Permukaan luka kering dengan tektur
kasar/keras
e.
Edema
f.
Sedikit nyeri atau bahkan tidak ada
rasa nyeri
g.
Tidak mungkin terjadi penyembuhan
luka secara spontan
h.
Memerlukan skin graft
i.
Dapat terjadi scar hipertropik dan
kontraktur jika tidak dilakukan tindakan preventif.
6. Luas Luka Bakar
Berbagai metode dalam menentukan luas luka bakar :
1. Rumus Sembilan (Rule of Nines)
Estimasi
luas permukaan tubuh yang terbakar disederhanakan dengan menggunakan Rumus
Sembilan. Rumus Sembilan merupakan cara yang cepat untuk menghitung luas daerah
yang terbakar. Sistem tersebut menggunakan persentase dalam kelipatan sembilan
terhadap permukaan tubuh yang luas.
Merupakan
cara yang baik dan cepat untuk mengukur luas luka bakar pada orang dewasa.
Tubuh dibagi menjadi area 9%, dan total daerah yang terkena luka bakar dapat
dihitung. Tetapi cara ini tidak akurat pada anak-anak. Pada anak dan bayi
digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak jauh lebih besar
dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas permukaan
bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20
untuk anak. Untuk anak, kepala dan leher 15 %, badan depan dan belakang
masing-masing 20 %, ekstremitas atas kanan dan kiri masing-masing 10 %,
ekstremitas bawah kanan dan kiri masing-masing 15 %.
2.
Metode Lund and Browder
Metode yang
lebih tepat untuk memperkirakan luas permukaan tubuh yang terbakar adalah
metode Lund dan Browder yang mengakui bahwa persentase luas luka bakar pada
berbagai bagian anatomik, khususnya kepala dan tungkai, akan berubah menurut
pertumbuhan. Dengan membagi tubuh menjadi daerah-daerah yang sangat kecil dan
memberikan estimasi proporsi luas permukaan tubuh untuk bagian-bagian tubuh
tersebut, kita bisa memperoleh estimasi tentang luas permukaan tubuh yang
terbakar. Evaluasi pendahuluan dibuat ketika pasien tiba di rumah sakit dan
kemudian direvisi pada hari kedua serta ketiga paska luka bakar karena garis
demarkasi biasanya baru tampak jelas sesudah periode tersebut.
3. Metode
Telapak Tangan
Pada banyak pasien dengan luka bakar yang menyebar, metode yang dipakai
untuk memperkirakan persentase luka bakar adalah metode telapak tangan (palm
method). Lebar telapak tangan pasien kurang lebih sebesar 1% luas
permukaan tubuhnya. Lebar telapak tangan dapat digunakan untuk menilai luas
luka bakar.
7. Komplikasi
Anak yang mengalami cedera panas rentan mengalami komplikasii serius, baik
dari luka maupun dari perubahan sistemik akibat cedera. Ancaman yang paling
cepat mengancam jiawa anak berkaitan dengan gangguan jalan nafas dan syok.
Selam penyembuhan, infeksi-baik lokal maupun sepsis sitemik-merupkan komplikasi
utama. Angka kematian akibat trauma panas pada anak-anak meningkat seiring
dengan keparahan cedera dan menurun seiring dengan pertambahan usia.pada nak-anak
yang berusia lebih dari 3 tahun, angka mortalitas sama dengan dewasa.
Cedera pernafasan yang tidak teralalu tampak adalah inhalasi karbon
monoksida. Karbon monoksida memiliki kemampuan mengikat hemoglomin lebih besar
daari pada oksigen. Dengan demikian menghilangkan oksigen yang diperlukan oleh
jaringan feriper dan oragan-organ yang bergantung pada oksigen( seperti jantung
dan otak) utnuk bertahan hidup. Terapi untuk mengatasi kedua masalah tersebut
adalah oksigen 100%, yang akan membalik kondisi dengan cepat.
Masalah paru merupakan penyebab utama kematian pada anak-anak yang
mengalami luka bakar panas atau komplikasi dalam saluran pernafaan. Maslah
pernafasan mencakup cedera inhalasi, aspirasi pada pasien ayng tidak sadar,
pneumonia bakteri, edema paru, embolus paru, insufisiensi paru pasca trauma,
dan atelektasis. Penyebab gagal nafas yang paling sering pada kelompok usia
pediatrik adalah pnemonia bakteri, yang memerlukan intubasi dalam waktu lama
dan kadang-kadang membutuhkan trakheostomi. Trakeostomi meningkatkan insidensi
keseriusan komplikasi, dan dilakukan hanya pada kasus yang ekstrim.
Komplikasi yang lebih jarang terjadi adalah dedema paru akibat kelebihan
beban cairan atau sindrom gawat panas akut(ARDS, acute respiratory disters
syndrome) yang menyertai sepsis gram negatif. Sindrom ini di akibatkan oleh
kerusakan kapiler paru dan kebocoran cairan kedalam ruang interstisial paru.
Kehilangan kemampuan mengembang dan gangguan oksigenasi merupkan akibat dari
insufisiensi paru dalam hubungannya dengan siepsis sistemik (wong,2008).
8. Penatalaksanaan
a.
Fase Akut atau Intermediet Perawatan
Luka Bakar
Pada fase
akut ini dilakukan perawatan luka umum seperti:
1)
Pembersihan Luka
Hidroterapi dengan perendaman total
dan bedside bath adalah terapi rendaman disamping tempat tidur. Selama
berendam, pasien didorong agar sedapat mungkin bergerak aktif. Hidroterapi
merupakan media yang sangat baik untuk melatih ekstremitas dan membersihkan
luka seluruh tubuh.
2)
Terapi Antibiotik Topikal
Ada tiga preparat topikal yang
sering digunakan yaitu silver sulfadiazin, silver nitrat, dan mafenide asetat.
3)
Penggantian balutan
Dalam mengganti balutan, perawat
harus menggunakan APD. Balutan atau kasa yang menempel pada luka dapat dilepas
tanpa menimbulkan sakit jika sebelumnya dibasahi dengan larutan salin atau bial
pasien dibiarkan berandam selama beberapa saat dalam bak rendaman. Pembalut
sisanya dapat dilepas dengan hati-hati memakai forseps atau tangan yang
menggunakan sarung tangan steril. Kemudian luka dibersihkan dan didebridemen
untuk menghilangkan debris, setiap preparat topikal yang tersisa, eksudat, dan
kulit yang mati. Selama penggantian balutan ini, harus dicatat mengenai warna,
bau, ukuran, dan karakteristik lain dari luka.
4)
Debridemen
Tujuannya adalah untuk menghilangkan jaringan yang terkontaminasi oleh
bakteri dan benda asing sehingga pasien dilindungi dari invasi bakteri dan
untuk menghilangkan jaringan yang sudah mati. Debridemen ada 3 yaitu:
a.
Alami : jaringan mati akan
memisahkan diri secara spontan
b.
Mekanis : penggunaan gunting bedah
dan forsep untuk memisahkan dan mengangkat jaringan mati
c.
Bedah : tindakan operasi dengan
melibatkan eksisi primer seluruh tebal kulit sampai mengupas kulit yang
terbakar
5)
Graft Pada Luka Bakar
Adalah pencacokan kulit. Selama proses penyembuhan luka akan terbentuk
jaringan granulasi. Jarinagn ini akan mengisi ruangan ditimbulkan oleh luka,
membentuk barier yang merintangi bakteri dan berfungsi sebagai dasar untk
pertumbuhan sel epitel.
6)
Dukungan Nutrisi
Nutrisi yang diberikan adalah TKTP untuk membantu mempercepat penyembuhan
luka.
Kebutuhan metabolik dan katabolisme yang tinggi pada luka bakar berat
membuat kebutuhan nutria sangat penting dan sering kali sulit dipenuhi. Diet
harus menyediaka kalori yang cukup untuk memenuhi peningkatan
kebutuhan metabolic dan protein untuk menghindari peecahan protein.
Diet tinggi protein dan tinggi kalori di anjurkan setelah resolusi
ileusparalitik. Akan tetapi, banyak anak memilki nafsu makan buruk dan tidak
mampu memenuhi kebutuhan energy hanya dengan pemberian makanan secara oral.
Sebagian besar anak dengan luka bakar ayng lebih dari 22% TSBA memerlukan
tambahan makanan melalui selang.
7)
Terapi penggantian cairan
Tujuan terapi cairan adalah mengkompensasi kehilngan air dan natrium pada
area trauma dan ruang interstitial, mengganti kekurangan natrium, mengemblikan
volume sirkulasi memberikankan perfusi yang adekuat dan meningkatkan fungsi
ginjal.
Penggantian cairan diperlukan selama 24 jam pertama karena perpindahan
cairan tengah terjadi. Banyak formul yang digunakan untuk menghitung kebutuhan
ini,dan formula yang dipakai bergantung pada pilihan praktisi.
j.
Fase Rehabilitasi
Fase ini difokuskan pada perubahan citra diri dan gaya hidup yang dapat
terjadi. Kesembuhan luka, dukungan psikososial dan pemulihan aktifitas
fungsional tetap menjadi prioritas. Fokus perhatian terus berlanjut pada
pemeliharaan keseimbangan cairan dan elekrolit serta perbaikan status nutrisi.
Pembedahan rekonstruksi pada bagian anggota tubuh dan fungsinya yang terganggu
mungkin diperlukan. Untuk perawatan lanjutan dapat bekerjasama dengan
fisioterapi agar dapat melatih rentang gerak (Smeltzer, 2001, 1918)
.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Aktifitas/istirahat:
Tanda:
Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit;
gangguan massa otot, perubahan tonus.
2. Sirkulasi:
Tanda
(dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal pada
ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi,
kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri);
disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
3. Integritas ego:
Gejala:
masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda:
ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
4. Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak
ada selama fase darurat; warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin,
mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan
mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya
pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik
gastrik.
5. Makanan/cairan:
Tanda:
oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
6. Neurosensori:
Gejala: area
batas; kesemutan.
Tanda:
perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada
cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal;
kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur
membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
7. Nyeri/kenyamanan:
Gejala:
Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif
untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan
sedang derajat kedua sangat nyeri; sementara respon pada luka bakar ketebalan
derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga
tidak nyeri.
8. Pernafasan:
Gejala:
terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi).
Tanda:
serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan
sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan
torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau
stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal);
bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan
nafas dalam (ronkhi).
9. Keamanan:
Tanda:
a.
Kulit umum: destruksi jaringan dalam
mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus
mikrovaskuler pada beberapa luka.
b.
Area kulit tak terbakar mungkin
dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantungsehubungan dengan kehilangan
cairan/status syok.
c.
Cedera api: terdapat area cedera
campuran dalam sehubunagn dengan variase intensitas panas yang dihasilkan
bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah;
lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
d.
Cedera kimia: tampak luka bervariasi
sesuai agen penyebab.
e.
Kulit mungkin coklat kekuningan
dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jaringan parut tebal. Cedera secara
umum lebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat
berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
f.
Cedera listrik: cedera kutaneus
eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi
dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan
aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan
pakaian terbakar.
g.
Adanya fraktur/dislokasi (jatuh,
kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok
listrik).
10. Pemeriksaan diagnostik:
a)
LED: mengkaji hemokonsentrasi.
b)
Elektrolit serum mendeteksi
ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa
kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium
dapat menyebabkan henti jantung.
c)
Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar
X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi asap.
d)
BUN dan kreatinin mengkaji fungsi
ginjal.
e)
Urinalisis menunjukkan mioglobin dan
hemokromogen menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
f)
Bronkoskopi membantu memastikan
cedera inhalasi asap.
g)
Koagulasi memeriksa faktor-faktor
pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar masif.
h)
Kadar karbon monoksida serum
meningkat pada cedera inhalasi asap.
B. Diagnosa Keperawatan
1)
Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan cedera panas
2)
Resiko perubahan perfusi jaringan
berhubungan dengan luka bakar sirkumferensial
3)
Nyeri berhubungan dengan cedera
jaringan dan saraf serta dampak emosional cedera
4)
Resiko tinggi infeksi berhubungan
dengan pertahanan primer tidak adekuat; kerusakan perlinduingan kulit; jaringan
traumatic dan pertahanan sekunder tidak adekuat; penurunan Hb, penekanan
respons inflamasi
5)
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan katabolisme dam metabolism,
kehilangan selera makan.
C. Intervensi
Diagnosa
|
Rencana Keperawatan
|
||
Tujuan Dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
|
Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan cedera panas
|
Tujuan:
pasien menunjukkan tanda-tanda penyembuhan luka
Kriteria
hasil: luka sembuh tanpa tanda-tanda kerusakan atau inflamasi
|
1. Cukur rambut sampai kira-kira 5 cm
dari tepi luka dan area sekitar luka dengan segera
2. Bersihkan luka dan kulit sekiarnya
dengan seksama dan angkat debris jaringan yang mengalami devitalisasi
3. Jaga pasien untuk tidak menggaruk
dan mengorek luka
4. Pertahankan perawatan luka
5. Diet tinggi kalori dan protein
6. Pantau tanda dan gejala infeksi
pada luka
7. Balut jari-jari tangan dan kaki
secara terpisah
|
1. Untuk menghilangkan reservoir
untuk infeksi
2. Untuk menurunkan resiko infeksi
dan untuk meningkatkan proses penyembuhan luka
3. Untuk mempertahankan proses
penyembuhan luka
4. Untuk menghindari kerusakan
jaringan yang sedang berepitelisasi dan bergranulasi
5. Untuk memenuhi kebutuhan protein
dan kalori yang meningkat dikarenakan peningkatan metabolisme dan
katabolisme.
6. Untuk mematikan pengenalan dan
terapi yang tepat
7. Untuk mencegah perlekatan jaringan
akibat kontak yang lama
|
Resiko
perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan luka bakar sirkumferensial
|
Tujuan:
pasien mempertahankan sirkulasi yang optimal ke daerah distal pada
ekstremitas yang terbakar
Kriteria
hasil: perfusi distal yang adekuat pada ekstremitas yang terbakar dapat
dipertahankan
|
1. Pantau dengan cermat tanda dan
gejala kompresi sirkulasi yang berhubungan dengan edema
2. Kaji denyut nadi yang melemah
dengan Doppler dan pengisian kapiler yang memanjang
3. Tinggikan ekstremitas lebih tinggi
dari jantung
4. Hindari balutan restriksi pada
ekstremitas yang cedera
|
1. Untuk memastikan perfusi sirkulasi
yang adekuat
2. Untuk mengetahui adanya penurunan
perfusi distal
3. Untuk mencegah penurunan sirkulasi
ekstremitas
4. Untuk mencegah penurunan sirkulasi
ke ekstremitas
|
Nyeri
berhubungan dengan cedera jaringan dan saraf serta dampak emosional cedera
|
Tujuan:
pasien mengalami penuurunan nyeri sampai tingkat yang dapat diterima anak
Kriteria
hasil: anak menunjukkan pengurangan nyeri sampai tingkat yang dapat diterima
anak
|
1. Beri posisi ekstensi
2.Implementasikan latihan fisik aktif dan pasif
3. Redakan iritasi
|
1. Untuk meminimalkan nyeri akibat
latihan fisik yang dilakukan untuk mendapatkam kembali posisi ekstensi
2. Untuk meminimalkan pembentukan
kontraktur
3. Untuk mencegah peningkatan nyeri
|
Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat; kerusakan
perlinduingan kulit; jaringan traumatic dan pertahanan sekunder tidak
adekuat; penurunan Hb, penekanan respons inflamasi
|
Tujuan:
pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi luka
Kriteria
hasil:
1. Kemugkinan
sumber infeksi dihilangkan
2. Luka
menunjukkan tanda-tanda infeksi minimal atau tidak ada tanda-tanda infeksi
|
1. Pertahankan teknik cuci tangan
yang seksama oleh tim medis dan pengunjung
2. Lakukan pengangkatan krusta dan
lepuhan
3. Oleskan preparat antimikroba
topical dan pasang balutan pada luka sesuai indikasi
4. Kaji data dasar dan lakukan
serangkaian biakan luka
5. Pantau dengan cermat apakah ada
tanda-tanda sepsis dan infeksi (disorientasi, takipnea, suhu di atas 39,5°C,
hipotermia, distensi abdomen atau ileus intestinal, perubahan pada penampilan
luka
|
1
. Untuk
meminimalkan pajanan terhadap agen infeksius
2. Untuk mengeliminasi reservoir bagi
organism
3. Untuk mengendalikan proliferasi
bakteri
4. Untuk memastikan adanya
peningkatan atau penuruan flora luka
|
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
katabolisme dam metabolism, kehilangan selera makan
|
Tujuan:
pasien mendapat nutrisi yang optimum
Kriteria
hasil: pasien mengkonsumsi nutrisi dengan jumlah yang memadai dan
mempertahankan berat badan sebelum mengalami luka bakar
|
1. Sediakan makanan tinggi kalori dan
protein
2. Sediakan makanan yang disukai
pasien
3. Berikan makanan dan lingkungan
yang menarik
4. Temani anak saat makan
5. Berikan pemberian makanan enteral
tambahan sesuai program
6. Timbang berat badan per minggu
7. Catat dengan akurat asupan dan
haluaran
8. Pantau diare atau konstipasi dan
lakukan terapi segera
|
1. Untuk menghindari pemecahan
protein dan memenuhi kebutuhan kalori yang meningkat
2. Untuk menstimulasi selera makan
3. Untuk mendorong napsu makan
4. Untuk menciptakan suasana makan
seperti di rumah
5. Untuk memenuhi kebutuhan yang
telah diperhitungkan
6. Untuk memantau status nutrisi
7. Untuk mengevaluasi kecukupan
asupan makanan
8. Untuk menghindariintoleransi
makanan
|
D. Evaluasi
Keefektifan
intervensi keperawatan ditentukan oleh pengkajian dan evaluasi perawatan yang kontinu berdasarkan pada pedoman pangamatan
berikut:
a.
Amati perilaku anak selama seluruh
aspek perawatan; dengarkan isyarat verbal, gunakan catatan pengkajian nyeri
untuk mengevaluasi keefektifan analgesia.
b.
Amati luka bakar dan kondisi umum
anak.
c.
Amati perilaku makan anak dan jumlah
makanan yang dikonsumsi, timbang berat badan setiap hari jika diindikasikan.
d.
Inspeksi luka bakar untuk mendeteksi
tanda-tanda infeksi, ukur tanda-tanda vital, amati apakaha ada komplikasi
pernapasan, perdarahan lambung, perubahan kadar hemoglobin, dan tanda-tanda
neorulogik.
e.
Amati apakan ada tanda-tanda
penyembuhan, pembentukan jaringan parut, dan kontraktur, kaji keefektifan
terapi fisik dan alat bantu.
f.
Amati perilaku anak dan keluarga,
wawancara anak dan keluarga mengenai perasaan dan kekhawatiran mereka.
BAB III
PENUTUP
D. Kesimpulan
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau hilangnya jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik, dan radiasi. Luka bakar merupakan salah satu jenis trauma yang
mempunyai angka morbiditas dan mortalitas tinggi yang memerlukan
penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok ) sampai fase lanjut.
Pada kasus luka bakar ini harus diperhatikan berbagai aspek, karena pada
kasus luka bakar memerlukan biaya yang sangat besar, perlu perawatan yang lama,
perlu operasi berulang kali, bahkan meskipun sembuh bisa menimbulkan kecacatan
yang menetap, sehingga penanganan luka bakar sebaiknya dikelola oleh tim trauma
yang terdiri dari tim spesialis bedah ( bedah plastik, bedah toraks, bedah anak
), intensitas, spesialis penyakit dalam (khususnya hematologi,
gastroenterologi, ginjal dan hipertensi), ahli gizi, rehabilitasi medik,
psikiatri, dan psikolog, namun celakanya seringkali menimpa orang-orang yang
tidak mampu.
E. Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari tentu banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu penulis sangat
mengharapkan dukungan yang berupa kritik dan masukan yang membangun agar
kedepan lebih baik. Dan semoga melalui makalah seminar ini mahasiswa dapat
lebih mengetahui dan mengerti tentang bagaimana cara merawat pasien terutama
anak-anak yang mengalami luka bakar secara benar dan tepat, serta memiliki
skill yang baik sehingga kelak dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
kepada masyaraka
DAFTAR PUSTAKA
Wong, Donna
L,dkk. 2008. buku ajar keperawatan pediatric vol.2. Jakarta:EGC
Behrman,
Richard E,dkk. 1999. Ilmu kesehatan anak nelson. Jakarta:EGC.
Smeltzer,
Suzanne,dkk.2002. buku ajar keperawatan medical bedah. Jakarta:EGC.
Suriadi
& Yuliani, (2001) Asuhan Keperawatan pada Anak, jakarta: CV.
Sagung Seto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar