kembang api


star

Minggu, 11 Oktober 2015

Cara mentelaah jurnal 1



  JURNAL 1 :


JURNAL 2 :
 

HASIL TELAAH JURNAL :
 
Nyeri musculoskeletal dan hubungannya dengan kemampuan fungsional fisik pada lanjut usia

No
Isi Jurnal
Pembahasan
1.
Latar Belakang :
Nyeri musculoskeletal yaitu nyeri yang berasal dari sistem musculoskeletal, yang terdiri dari tulang, sendi dan jaringan lunak pendukung yaitu otot, ligamen, tendo dan bursa.
  •       Menurut Taslim, 2001 Semakin seseorang bertambah usia maka seseorang akan rentan terhadap suatu penyakit karena adanya penurunan pada sistem tubuhnya. Lansia cenderung mengalami penurunan pada sistem muskuloskeletal. Penurunan pada sistem muskuloskeletal ini dapat mempengaruhi mobilitas fisik pada lansia.
  •       Menurut Martono, 2009 Gangguan pada muskuloskeletal pada umumnya memberikan gejala atau keluhan nyeri, dari tingkat ringan sampai berat. Keluhan nyeri yang timbul dapat mengganggu penderita sehingga, penderita tidak dapat bekerja atau beraktivitas dengan nyaman bahkan juga tidak dapat merasakan kenyamanan dalam hidupnya. Oleh karena itu, penanganan untuk gangguan muskuloskeletal yang pertama kali harus kita lakukan adalah mengurangi nyeri atau gejala yang ditimbulkan.
  •              Menurut analisa saya, Nyeri musculoskuletal adalah nyeri yang berasal dari sistem musculoskeletal, yang terdiri dari tulang, sendi dan jaringan lunak pendukung yaitu otot, ligamen, tendo dan bursa yang dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia, termasuk gangguan kemampuan fisiknya seperti gangguan gaya berjalan berhubungan dengan proses menua fisiologis, Berkurangnya massa otot, Perlambatan konduksi saraf, Penurunan visus / lapang pandang, dan Kerusakan proprioseptif. Yang mana disebabkan oleh nyeri yang sering terjadi pada lansia seperti fibromyalgia, gout, neuropati (diabetik, postherpetik), osteoartritis, osteoporosis dan fraktur, serta polimialgia rematik, namun nyeri tersebut dapat dikurangi dengan melakukan terapi seperti terapi senam lansia yang  merupakan suatu latihan fisik yang mempunyai pengaruh yang baik untuk meningkatkan kemampuan otot sendi, atau melakukan aktivitas fisik seperti berjalan yang dapat memberikan pengaruh yang baik bagikesehatan tubuh pada lansia salah satunya adalah melatih kemampuan otot sendi pada lansia agar tidak terjadi kekakuan sendi





2.
Metode :
Rancangan penelitian Ini menggunakan rancangan potong lintang (cross sectional) yang dilakukan di Puskesmas Mampang Jakarta Selatan pada bulan Desember 2005 sampai Januari 2006.
Kriteria inklusi studi ini adalah umur ≥60 tahun, masih aktif dan dapat berkomunikasi. Subyek yang bersedia menandatangani informed
consent diikut sertakan pada penelitian ini.
Data dikumpulkan oleh peneliti dan petugas survei dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner yang mencakup karakteristik subyek, pemeriksaan fisik meliputi
pemeriksaan otot dan sendi untuk menentukan lokasi nyeri, menanyakan adanya rasa nyeri yang masih diderita. Persepsi rasa nyeri diukur menggunakan visual analogue scale (VAS) dan kemampuan fisik dan kognitif menggunakan functional independence measure (FIM).

  •         Penelitian yang berbeda berkaitan dengan nyeri juga dilakukan oleh Halimul, 2008 Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan penelitian eksperiment dan desain one group pre test-post test. Penelitian ini melibatkan 15 lansia yang dijadikan responden sesuai dengan kriteria inklusif, ekslusi dan bersedia menjadi responden dan menandatangani surat persetujuan. Pengambilan sampel sesuai dengan syarat penelitian untuk eksperimen. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 27 Februari 2012 hingga 3Maret 2012 di Unit Rehabilitasi Sosial “Margo Mukti” Kabupaten Rembang.Alat pengumpulan data menggunakan skala nyeri VAS atau Bourbanis dan lembar observasi. Pengambilan data penelitian dilakukan dengan mengukur skala nyeri pada lansia sebelum dilakukan terapi senam lansia dan setelah dilakukan terapi senam lansia dilakukan pengukuran skala nyeri lagi selama 6 hari. Penelitian ini dilakukan selam 6 hari. Uji satistik menggunakan uji Wilcoxon. Sebelum dilakukan uji Wilcoxon dilakukan uji normalitas data menggunakan Shapiro-Wilk karena jumlah sampel kurang dari 50 responden

3.
Hasil :
Sebanyak 225 lansia berhasil dikumpulkan selama penelitian. Usia terbanyak 60 tahun, dengan rata-rata 66,5 ± 6,1 tahun dan jenis
kelamin terbanyak adalah perempuan (68,9%). Pendidikan terbanyak adalah tidak tamat SD
(22,2%), diikuti oleh tamat SD (21,8%), tamat SMP (14,2%), tamat SMA (13,8%), Perguruan
Tinggi (10,7%), dan tidak sekolah (12,4%). Status perkawinan ditemukan menikah (54,7%),
janda/duda (45,3%). Aktivitas terbanyak yang dilakukan oleh para subyek yaitu pekerjaan rumah tangga (62,7%), diikuti oleh berdagang (12,4%), dan aktivitas sosial dan guru (3,1%). Sedangkan yang mengaku tidak memiliki
aktivitas sama sekali sebesar 12,4%.

  • ·         Hasil yang diperoleh menunjukkan prevalensi nyeri pada lansia besarnya 80% dan terbanyak di lutut. Prevalensi nyeri ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang mendapatkan rasa nyeri pada lansia sebesar 65-80% kasus nyeri. Tetapi berbeda dengan studi terdahulu yang menyatakan bahwa pada musculoskeletal terbanyak adalah nyeri punggung bawah. Penelitian yang dilakukan pada lansia yang berkunjung ke tempat perawatan menunjukkan hasil yang tidak berbeda, prevalensi nyeri besarnya 71-76%.
  •          Penelitian yang berhubungan dengan nyeri sendi lutut juga dilakukan oleh Halimul, 2008  menunjukkan menunjukkan bahwa skala nyeri pada lansia dengan nyeri lutut sebelum diberikan terapi senam lansia sebanyak 13 responden (73,33%) dengan skala nyeri 1-3 (nyeri ringan), dan sebanyak 2 responden (13,33%) dengan skala nyeri 4 (nyeri sedang). Skala nyeri sesudah dilakukan terapi senam lansia sebanyak 13 responden (86,7%) skala nyeri 0 (tidak nyeri) dan sebanyak 2 lansia (13,33%) skala nyeri 1-3 (nyeri ringan). dan menunjukkan bahwa hasil uji statistik menggunakan Wilcoxon diperoleh nilai p-value 0,001 yang berarti sig < α (0,05). Nilai signifikansi 0,001 < 0,05 artinya hipotesa diterima.
  •          pemberian terapi senam lansia ini efektif mengatasi nyeri lutut pada lansia di Unit Rehabilitasi Sosial “Margo Mukti” Kabupaten Rembang.
  •          Menurut analisa saya bahwa Postur tubuh berhubungan secara bermakna dengan rasa nyeri pada lansia kronik. Dengan demikian lansia perlu dilatih supaya tubuhnya lebih lentur untuk mengatasi rasa nyeri.
4.
Kesimpulan :
Prevalensi nyeri musculoskeletal pada lansia cukup tinggi dan termasuk kategori nyeri ringan. Sebagian besar berupaya mencari
pengobatan dan jenis nyeri terbanyak terjadi pada lutut. Terdapat hubungan yang lemah
antara rasa nyeri dan beberapa aspek kemampuan fungsional fisik (aspek transfer dari tempat tidur, kursi, kursi roda, transfer ke toilet, transfer ke kamar mandi, serta
kemampuan memecahkan masalah).

  •        Nyeri musculoskeletal yaitu nyeri yang berasal dari sistem musculoskeletal, yang terdiri dari tulang, sendi dan jaringan lunak pendukung yaitu otot, ligamen, tendo dan bursa.
  •         nyeri pada lansia dapat dikurangi dengan melakukan terapi seperti terapi senam lansia yang  merupakan suatu latihan fisik yang mempunyai pengaruh yang baik untuk meningkatkan kemampuan otot sendi, atau melakukan aktivitas fisik seperti berjalan yang dapat memberikan pengaruh yang baik bagi lansia.
  •         kesehatan tubuh pada lansia salah satunya adalah melatih kemampuan otot sendi pada lansia agar tidak terjadi kekakuan sendi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar