kembang api


star

Minggu, 11 Oktober 2015

Komunikasi terapeutik pada sasaran lansia

BAB I
PENDAHULUAN

A.     LatarBelakang
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontrak dengan orang lain karena komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang seringkali salah berpikir bahwa komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya adalah proses yang kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis yang maknanya dipacu dan ditransmisikan. Untuk memperbaiki interpretasi pasien terhadap pesan, perawat harus tidak terburu-buru dan mengurangi kebisingan dan distraksi. Kalimat yang jelas dan mudah dimengerti dipakai untuk menyampaikan pesan karena arti suatu kata sering kali telah lupa atau ada kesulitan dalam mengorganisasi dan mengekspresikan pikiran. Instruksi yang berurutan dan sederhana dapat dipakai untuk mengingatkan pasien dan sering sangat membantu. (Bruner & Suddart, 2001 : 188).
Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan non verbal dari informasi dan ide. Komunikasi mengacu tidak hanya pada isi tetapi juga pada perasaan dan emosi dimana individu menyampaikan hubungan ( Potter-Perry, 301 ). Komunikasi pada lansia membutuhkan perhatian khusus. Perawat harus waspada terhadap perubahan fisik, psikologi, emosi, dan sosial yang memperngaruhi pola komunikasi. Perubahan yang berhubungan dengan umur dalam sistem auditoris dapat mengakibatkan kerusakan pada pendengaran. Perubahan pada telinga bagian dalam dan telinga mengalangi proses pendengaran pada lansia sehingga tidak toleran teradap suara. Berdasarkan hal – hal tersebut kami menulis makalah ini yang berjudul “ komunikasi terapiutik pada lansia “.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka didapat rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Apa definisi komunikasi terapeutik ?
2.      Apa manfaat komunikasi terapeutik ?
3.      Bagaimana karakteristik lansia ?
4.      Bagaimana cara pendekatan perawatan lansia dalam konteks komunikasi ?
5.      Bagaimana teknik komunikasi pada lansia ?
6.      Apa saja hambatan berkomunikasi dengan lansia ?
7.      Bagaimana teknik perawatan lansia pada reaksi penolakan ?
8.      Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi dengan lansia ?
9.     Apa fase-fase komunikasi terapeutik dengan lansia?

C.   Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui definisi komunikasi terapeutik.
2.      Untuk mengetahui manfaat komunikasi terapeutik.
3.      Untuk mengetahui karakteristik lansia.
4.      Untuk mengetahui cara pendekatan perawatan lansia dalam konteks komunikasi.
5.      Untuk mengetahui teknik komunikasi pada lansia.
6.      Untuk mengetahui hambatan berkomunikasi dengan lansia.
7.      Untuk mengetahui teknik perawatan lansia pada reaksi penolakan.
8.      Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi dengan lansia.
9.      Untuk mengetahui bagaimama fase-fase komunikasi terapeutik dengan lansia.




BAB II
PEMBAHASAN


A.             Pengertian Komunikasi Terapeutik
Indrawati (2003) mengemukakan bahwa komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
Komunikasi terapeutik adalah hubungan kerja sama yang ditandai dengan tukar menukar perilaku, perasaan, fikiran dan pengalaman dalam membina hubungan intim terapeutik (Stuart dan Sundeen).
Komunikasi dengan lansia harus memperhatikan faktor fisik, psikologi, (lingkungan dalam situasi individu harus mengaplikasikan ketrampilan komunikasi yang tepat. disamping itu juga memerlukan pemikiran penuh serta memperhatikan waktu yang tepat.

B.           Manfaat Komunikasi Terapeutik
Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Mengidentifikasi. mengungkap perasaan dan mengkaji masalah dan evaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat (Indrawati, 2003 : 50).

C.           Karakteristik Lansia
Berdasarkan usianya, organisasi kesehatan dunia (WHO) mengelompokan usia lanjut menjadi empat macam meliputi:
a)   Usia pertengahan (middle age) kelompok usia 45 samapai 59 tahun
b)   Usia lanjut (elderly) kelompok usia antara 60 samapai 70 tahun
c)   Usia lanjut usai (old) kelompok usia antara 75 sampai 90 tahun
d)   Usia tua (veryold)kelompk usia di atas 90 tahun

Meskipun batasan usia sangat beragam untuk menggolongkan lansia namun perubahan-perubahan akibat dari usai tersebut telah dapat di identifikasi, misalnya perubahan pada aspek fisik berupa perubahan neurologi dan sensorik, perubahan visual, perubahan pendengaran. Perubahan- perubahan tersebut dapat menghambat proses penerimaan dan interprestasi terhadap maksud komunikasi. Perubahan ini juga menyebabkan klien lansia mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Belum lagi perubahan kognetif yang berpengaruh pada tingkat intelegensi, kemampuan belajar, daya memori dan motivasi klien.
Perubahan emosi yang sering terlihat adalah berupa reaksi penolakan terhadap kondisi   yang terjadi. Gejala-gejala penolakan tersebut misalnya:
a)  Tidak percaya terhadap diagnose, gejala, perkembangan serta keterangan yang di  berikan  petugas kesehatan
b)  Mengubah keterangan yang di berikan sedemikian rupa, sehinga di terima keliru
c)  Menolak membicarakan perawatanya di rumah sakit
d)  Menolak ikut serta dalam perawatan dirinya secara umum khususnya tindakan yang mengikut sertakan dirinya
e) Menolak nasehat-nasehat misalnya, istirahat baring, berganti posisi tidur, terutama bila nasehat tersebut demi kenyamanan klien.

D.  Pendekatan Perawatan Lansia Dalam Konteks Komunikasi
    a. Pendekatan fisik
Mencari informasi tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian, yang dialami, peruban fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa di capai dan di kembangkan serta penyakit yang dapat di cegah progresifitasnya. Pendekatan ini relative lebih mudah di laksanakan dan di carikan solusinya karena riil dan mudah di observasi.

b.  Pendekatan psikologis
Karena pendekatan ini sifatnya absrak dan mengarah pada perubahan prilaku, maka umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk melaksanakan pendekatan ini perawat berperan sebagai konselor, advokat, supporter, interpreter terhadap sesuatu yang asing atau sebagai penampung masalah-masalah yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab bagi klien.

c. Pendekatan social
Pendekatan ini di lakukan untuk meningkatkan keterampilan berinteraksi dalam lingkungan. Mengadakan diskusi, tukar pikiran, bercerita, bermain, atau mengadakan kegiatan-kegiatan kelompok merupakan implementasi dari pendekatan ini agar klien dapat berinteraksi dengan sesama klien maupun dengan petugas kesehatan.

d.  Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa membeikan kepuasan batin dalam hubunganya dengan Tuhan atau agama yang dianutnya terutama ketika klien dalam keadaan sakit.

e. Teknik Komunikasi Pada Lansia
Untuk dapat melaksanakan komunikasi yang efektif kepada lansia, selain pemahaman yang memadai tentang karakteristik lansia, petugas kesehatan atau  perawat juga harus mempunyai teknik-teknik khusus agar komunikasi yang di lakukan dapat berlangsung secara lancar dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Beberapa teknik komunikasi yang dapat di terapkan antara lain:
1.      Teknik asertif
Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan bicara dengan menunjukan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan memperhatikan ketika pasangan bicara agar maksud komunikasi atau pembicaraan dapat di mengerti. Asertif merupakan pelaksanaan dan etika berkomunikasi. Sikap ini akan sangat membantu petugas kesehatan untuk menjaga hubungan yang terapeutik dengan klien lansia.

2.      Responsif  
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien merupakana bentuk perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat mengetahui adanya perubahan sikap atau kebiasaan klien sekecil apapun hendaknya menanyakan atau klarifikasi tentang perubahan tersebut misalnya dengan mengajukan pertanyaan ‘apa yang sedang bapak/ibu fikirkan saat ini, ‘apa yang bisa bantu…?  berespon berarti bersikap aktif tidak menunggu permintaan bantuan dari klien. Sikap aktif dari petugas kesehatan ini akan menciptakan perasaan tenang bagi klien.

3.      Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi komunikasi yang di inginkan. Ketika klien mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan di luar materi yang di inginkan, maka perawat hendaknya mengarahkan maksud pembicaraan. Upaya ini perlu di perhatikan karena umumnya klien lansia senang menceritakan hal-hal yang mungkin tidak relevan untuk kepentingan petugas kesehatan.

4.       Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik maupun psikis secara bertahap  menyebabkan emosi klien relative menjadi labil perubahan ini perlu di sikapi dengan menjaga kesetabilan emosi klien lansia, mesalnya dengan mengiyakan , senyum dan mengagukan kepala ketika lansia mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormat menghargai selama lansia berbicara. Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia tidak menjadi beban bagi keluarganya. Dengan demikaian di harapkan klien termotivasi untuk menjadi dan berkarya sesuai dengan kemampuannya. Selama memberi dukungan baik secara materiil maupun moril, petugas kesehatan jangan terkesan menggurui atau mangajari klien karena ini dapat merendahan kepercayaan klien kepada perawat atau petugas kesehatan lainnya. Ungkapan-ungkapan yang bisa memberi motivasi, meningkatkan kepercayaan diri klien tanpa terkesan menggurui atau mengajari misalnya: ‘saya yakin bapak/ibu lebih berpengalaman dari saya, untuk itu bapak/ibu dapat melaksanakanya……. dan bila diperlukan kami dapat membantu’.


5.      Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses komunikasi tidak berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan ulang dan memberi penjelasan lebih dari satu kali perlu di lakukan oleh perawat agar maksud pembicaraan kita dapat di terima dan di persepsikan sama oleh klien ‘bapak/ibu bisa menerima apa yang saya sampaikan tadi..? bisa minta tolong bapak/ibu untuk menjelaskan kembali apa yang saya sampaikan tadi…?.

6.      Sabar dan Ikhlas
Seperti diketahui sebelumnya klien lansia umumnya mengalami perubahan-perubahan yang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan perubahan ini bila tidak di sikapai dengan sabar dan ikhlas dapat menimbulkan perasaan jengkel bagi perawat sehingga komunikasi yang di lakukan tidak terapeutik, namun dapat berakibat komunikasi berlangsung emosional dan menimbulkan kerusakan hubungan antara klien dengan petugas kesehatan.

E.           Hambatan Berkomunikasi Dengan Lansia
Proses komunikasi antara petugas kesehatan dengan klien lansia akan terganggu apabila ada sikap agresif dan sikan nonasertif.
1. Sikap agresif dalam berkomunikasi biasanya di tandai dengan prilaku-prilaku di bawah ini:
a)      Berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain (lawan bicara)
b)      Meremehkan orang lain
c)      Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
d)     Menonjolkan diri sendiri
e)     Pempermalukan orang lain di depan umum, baik dalam perkataan maupun tindakan.

2. Non asertif
Tanda tanda dari non asertif ini antara lain :
a)     Menarik diri bila di ajak berbicara
b)    Merasa tidak sebaik orang lain (rendah diri)
c)     Merasa tidak berdaya
d)    Tidak berani mengungkap keyakinaan
e)     Membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya
f)     Tampil diam (pasif)
g)    Mengikuti kehendak orang lain
h)   Mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain.

         Adanya hambatan komunikasi kepada lansia merupkan hal yang wajar seiring dengan menurunya fisik dan pskis klien namun sebagai tenaga kesehatan yang professional perawat di tuntut mampu mengatasi hambatan tersebut untuk itu perlu adanya teknik atau tips-tips tertentu yang perlu di perhatikan agar komunikasi berjalan gengan efektif antara lain
a)      Selalu mulai komunikasi dengan mengecek pendengaran klien
b)      Keraskan suara anda jika perlu
c)      Dapatkan perhatian klien sebelum berbicara. Pandanglah dia agar dia dapat melihat mulut anda.
d)   Atur lingkungan sehinggga menjadi kondusif untuk komunikasi yang baik. Kurangi gangguan visual dan auditory. Pastikan adanya pencahayaan yang cukup.
e)    Ketika merawat orang tua dengan gangguan komunikasi, ingat kelemahannya. Jangan menganggap kemacetan komunikasi merupakan hasil bahwa klien tidak kooperatif.
f)     Jangan berharap untuk berkomunikasi dengan cara yang sama dengan orang yang tidak mengalami gangguan. Sebaliknya bertindaklah sebagai partner yang tugasnya memfasilitasi klien untuk mengungkapkan perasaan dan pemahamannya.
g)     Berbicara dengan pelan dan jelas saat menatap matanya gunakan kalimat  pendek dengan bahasa yang sederhana.
h)     Bantulah kata-kata anda dengan isyarat visual.
i)     Serasikan bahasa tubuh anda denagn pembicaraan anda, misalnya ketika melaporkan hasil tes yang di inginkan, pesan yang menyatakan bahwa berita tersebut adalah bagus seharusnya di buktikan dengan ekspresi, postur dan nada suara anda yang menggembirakan (misalnya denagn senyum, ceria atau tertawa secukupnya).
j)      Ringkaslah hal-hal yang paling penting dari pembicaraan tersebut.
k)     Berilah klien waktu yang banyak untuk bertanya dan menjawab pertanyaan anda.
l)      Biarkan ia membuat kesalahan jangan menegurnya secara langsung, tahan keinginan anda menyelesaikan kalimat.
m)   Jadilah pendengar yang baik walaupun keinginan sulit mendengarkanya.
n)    Arahkan ke suatu topic pada suatu saat.
o)    Jika mungkin ikutkan keluarga atau yang merawat ruangan bersama anda. Orang ini biasanya paling akrab dengan pola komunikasi klien dan dapat membantu proses komunikasi.

F.  Teknik Perawatan Lansia Pada Reaksi Penolakan
          Penolakan adalah ungkapan ketidakmampuan seseorang untuk mengakui secara sadar terhadap pikiran, keinginan, perasaan atau kebutuhan pada kejadiaan-kejadian nyata atau sesuatu yang merupakan ancaman. Penolakan merupakan reaksi ketidaksiapan lansia menerima perubahan yang terjadi pada dirinya. Perawat dalam menjamin komunikasi perlu memahami kondisi ini sehingga dapat menjalin komunikasi yang efektif, tidak menyinggung perasaan lansia yang relatif sensitif.
Ada beberapa langkah yang bisa di laksanakan untuk menghadapi klien lansia dengan reaksi penolakan, antara lain :
1)  Kenali segera reaksi penolakan klien
Membiarkan klien lansia bertingkah laku dalam tenggang waktu tertentu. Hal ini merupakan mekanisme penyesuaian diri sejauh tidak membahayakan klien, orang lain serta lingkunganya.
2)  Orientasikan klien lansia pada pelaksanan perawatan diri sendiri
Langkah tersebut bertujuan untuk mempermudah proses penerimaan klien terhadap perawatan yang akan di lakukan serta upaya untuk memandirikan klien.
3)  Libatkan keluarga atau pihak keluarga terdekat dengan tepat
Langkah ini bertujuan untuk membantu perawat atau petugas kesehatan memperoleh sumber   Z tepat

G. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi pada lansia
1.  Menunjukkan rasa hormat, seperti “bapak”, “ibu”, kecuali apabila sebelumnya pasien telah meminta anda untuk memanggil panggilan kesukaannya.
2.   Hindari menggunakan istilah yang merendahkan pasien
3.   Pertahankan kontak mata dengan pasien
4.  Pertahankan langkah yang tidak tergesa-gesa dan mendengarkan adalah kunci komunikasi efektif.
5.   Beri kesempatan pasien untuk menyampaikan perasaannya
6.   Berbicara dengan pelan, jelas, tidak harus berteriak, menggunakan bahasa dan kalimat yang sederhana.
7.   Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti pasien
8.   Hindari kata-kata medis yang tidak dimengerti pasien
9.   Menyederhanakan atau menuliskan instruksi
10. Mengenal dahulu kultur dan latar belakang budaya pasien
11. Mengurangi kebisingan saat berinteraksi, beri kenyamanan, dan beri penerangan yang cukup saat berinteraksi.
12. Gunakan sentuhan lembut dengan sentuhan ringan di tangan. Lengan, atau bahu.
13. Jangan mengabaikan pasien saat berinteraksi.

H.     Fase Komunikasi Terapeutik Dengan Lansia
1.      Fase Pra Interaksi
Dua orang perawat akan melakukan pemeriksaan dan melihat perkembangan kondisi pada pasien lansia yang bernama Ny. Ratih. Ny. Ratih menderita penyakit hipertensi yang dirawat di ruang melati Rumah Sakit dr. M. Yunus Bengkulu.

2.      Fase Orientasi
Perawat 1 dan Perawat 2 mendatangi pasien Ny. Ratih di ruang perawatan.
P1 dan P2               : Assalamu’alaikum.
Keluarga            : Wa’alaikum salam.
P1 dan P2               : Selamat pagi bapak, ibu (sambil tersenyum)
Keluarga            : Pagi juga pak....!!

Nenek sedikit kebingungan melihat kedatangan perawat.
P1 dan P2               : Pagi nek...!! Gimana kabar nek hari ini,, sehat ??
Ny. Ratih           : Pagi...!! Alhamdulillah sudah agak lumayan. Ini siapa ya...??

Nenek masih tampak kebingungan dan tampak berfikir..
P1                              : Nenek... perkenalkan saya perawat Yayan dan ini perawat Dadang

Perawat 1 dan perawat 2 mencoba melakukan pendekatan kepada nenek dan juga juga keluarganya.
P                             : Kami berdua yang bertugas untuk merawat nenek pada hari ini. nenek sudah makan belum pagi ini....??
Ny. Ratih           : Sudah...!!
P2                              : Makan nya banyak atau sedikit nek...??
Ny. Ratih           : Cuma sedikit karena saya kurang selera makan pak. Saya masih merasa agak mual...!!
P1                              :  Pagi ini obat nya sudah diminum nek...??
Ny. Ratih           : Iya sudah...!!
Ibu                     : Iya pak obat nya tadi sudah diminum semua...

Setelah bertanya kepadaa nenek, perawat mencoba menjelaskan asuhan keperawatan yang akan diberikan kepada nenek dan juga keluarganya.
P1                               : Baiklah nek, bapak dan ibu..!! Kami disini akan melakukan pemeriksaan kepada nenek. Apakah bapak, ibu bersedia...??
Bapak                : iya baiklah kalau begitu kami mohon lakukan yang terbaik buat orang  tua kami...!!
P2                              : iya pak terimakasih, kami akan mencoba melakukan yang terbaik buat orang tua bapak dan ibu. Kami juga mohon kerja samanya nanti dalam pemeriksaan.
P1                       : kalau begitu kami mau permisi sebentar untuk mempersiapkan alatnya, kurang lebih 5 menit kami akan kembali lagi.
Ibu                     : iya pak silahkan..!!
P1 dan P2               : Mari pak, buk... (sambil berjalan pergi untuk mengambil alat).
Setelah itu perawat meninggalkan kamar pasien untuk menyiapkan alat yang akan digunakan dalam tindakan yang akan diberikan.

3.      Fase Kerja
(Lima menit kemudian, perawat kembali ke kamar pasien)
P1 dan P2             : Assalmu’alaikum...
Semua              : Wa’alaikum salam...

Perawat masuk dan langsung mendekati pasien untuk melakukan tindakan.
P1                            : Permisi nek..!! maaf ya nek.. nenek tiduran saja ya... biar nenek lebih santai..
Ny. Ratih          : (langsung tiduran)

Setelah itu perawat langsung memberikan tindakan kepada nenek.
P1                            : nek.. tolong tangan kirinya sedikit diangkat ya nek...!! (perawat 1 memasang manset tensi, kemudian mengukur tekanan darah).
P2                      : cucu nenek sudah berapa kini? (perawat mencoba mengajak komunikasi pada nenek)
Ny. Ratih        : eeehm,, sudah 3 pak, sudah besar-besar semua.
P1                          :  ooh sudah berkeluarga semua??
Ny. Ratih        : yang 1 orang sudah, terus yang duanya lagi masih kuliah dan masih kuliah. Mereka cantik dan ganteng-ganteng pak.
P1                          : ya iya dong. Kayak neneknya.. (perawat dan nenek ketawa)
sambil menunggu perawat 1 mengukur tekanan darah, perawat 2 menyiapkan termometer untuk mengukur suhu nenek.
P2                          :  Nek... maaf ya... tolong nenek angkat sedikit tangan kanannya...!!
Ny. Ratih        : (mengangkat sedikit tangan kanan nya)
P2                          : (setelah nenek mengangkat tangannya, perawat langsung memasang
                              termometer).
P2                          : Nek... Langsung dijepit tangannya ya nek... dan jangan dulu dilepas
                              sebelum saya suruh ..
Ny. Ratih        : (hanya mengangguk)

Setelah beberapa menit kemudian tekanan darah dan suhu sudah selesai diukur, kemudian peralatan dilepas kembali, dan setelah itu perawat 1 dan perawat 2 melanjutkan untuk memeriksa nadi dan pernapasannya.

4.      Fase terminasi
                       setelah semua pemeriksaan sudah dilakukan, hasil pemeriksaan dicatat oleh perawat dan semua peralatan dirapikan
Bapak             : Bagaimana pak...??
P1                          : keadaannya sudah membaik dari kemaren, tapi orang tua bapak harus banyak minum air putih dan juga makan sayur-sayuran.
                         Orang tua bapak dan ibu harus banyak istirahat dan juga jangan dulu banyak pikiran, biar nenek cepat sembuh..!!

(dokter datang ke ruangan kamar pasien untuk melihat keadaan pasien)
Dokter            : Assalamu’alaikum...
Semua             : wa’alaikum salam...
Dokter            : bagaimana keadaannya pak? (dokter bertanya kepada perawat)
P2                          : alhamdulillah sudah ada perkembangan dok..
Dokter            : oh,, baik kalau begitu nanti cacatan pemeriksaannya tolong diantarkan ke meja saya ya...
P2                          : iya dok...
Dokter            : (melihat pasien dan mencoba memeriksa pasien)
                               Gimana nek kabarnya??
Ny. Ratih        : udah agak mendingan dok..
Dokter            : alhamdulillah kalau begitu, nenek harus banyak istirahat ya biar cepet sembuh.
Bapak             : gimana dok keadaan orang tua kami?
Dokter            : (berbicara pada keluarga pasien)
Alhamdulillah udah melihatkan banyak perkembangan. orang tua bapak dan ibu harus banyak beristirahat agar cepet sembuh, yang sabar ya dan jangan lupa berdoa.. Kalau begitu saya permisi dulu ya,, (sambil meninggalkan ruangan)
Semua             : iya dok,,!!
P2                          : Kalau begitu kami juga permisi dulu ya pak buk...!!
                     Nenek kami permisi dulu ya nek...
                     Nenek cepat sembuh ya nek...
                     Nanti kalau ada perlu bantuan panggil kami di ruang perawat...!!
Ibu                  : Ya pak.. terima kasih...!!
P2                          : mari pak, buk...!! mari nek....!!
Ibu                  : Ya pak...!!

Akhirnya setelah perawat berpamitan, perawat langsung pergi meninggalkan ruangan kamar Ny.N.

BAB III
PENUTUP

A.          Simpulan
 Dari pemaparan diatas, dapat kami tarik kesimpulan :
1. Komunikasi terapeutik adalah hubungan kerja sama yang ditandai dengan tukar menukar perilaku, perasaan, fikiran dan pengalaman dalam membina hubungan intim terapeutik (Stuart dan Sundeen).
2.  Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien
3.  Berdasarkan usianya, organisasi kesehatan dunia (WHO) mengelompokan usia lanjut menjadi empat macam meliputi:usia pertengahan, usia lanjut, usia lanjut usia dan usia tua.
4. Pendekatan perawatan lansia dalam konteks komunikasi ada pendekatan fisik, psikologis, social, dan spiritual
5. Teknik komunikasi pada lansia terdiri dari : teknik asertif, responsif, focus, supportif , klarifikasi, sabar dan ikhlas.
6.  Hambatan berkomunkasi dengan lansia : agresif, non-asertif.
7. Teknik perawatan lansia pada reaksi penolakan : kenali segera reaksi penolakan klien, orientasikan klien lansia pada pelaksanan perawatan diri sendiri, libatkan keluarga atau pihak keluarga terdekat dengan tepat.
8. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi pada lansia: menunjukkan rasa hormat hindari menggunakan istilah yang merendahkan pasien, pertahankan kontak mata dengan pasien dan lainnya.

B.   Saran
Bagi perawat harus memahami tentang aplikasi terapeutik pada lansia agar pemeriksaan pasien lansia di rumah sakit berjalan dengan lancar dan Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini sangat banyak sekali kesahalan. besar harapan kami kepada para pembaca untuk bisa memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini menjadi lebih sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Adelman, R.D., Greene, M.G., Ory, M.G. 2000. Communication between older patients and
            their physicians. Clin Geriatr Med ;16:1–24

Brunner & Suddarth.2001.Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8 volume 1.Jakarta : EGC

Majerovitz, S.D., Greene, M.G., Adelman, R.D., Rizzo, C. 1994. The effects of the
presence of a third person on the physician-older patient medical interview. J Am
Geriatr Soc;42:413–9

Setyohadi. I. Alwi., M. Simadibrata.,S. Setiati (editor): Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid       III, edisi IV, hal. 1425 - 1430. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam     Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Stewart, M., Meredith, L., Brown, J.B., Galajda. J. 2000. The influence of older patientphysician communication on health and health-related outcomes. Clin Geriatr Med ; 16(1) : 25-36

William, S.L., Haskard, K.B., Dimatteo, M.R. 2007. The therapeutic effects of the
physician-older patient relationship: effective communication with vulnerable older
patients. Clin Interv Aging 2(3) : 453-67

Tidak ada komentar:

Posting Komentar