kembang api


star

Rabu, 04 November 2015

TERAPI LINGKUNGAN



BAB II
PEMBAHASAN

A.                Pengertian Terapi Lingkungan (Milieu Therapy)
            Terapi Lingkungan adalah tindakan penyembuhan pasien melalui manipulasi dan modifikasi unsur-unsur yang ada pada lingkungan dan berpengaruh positif terhadap fisik dan psikis individu serta mendukung proses penyembuhan (Farida Kusumawati & Yudi Hartono, 2011).
Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar terjadi perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif.        Perawat menggunakan semua lingkungan rumah sakit dalam arti terapeutik.Bentuknya adalah memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan berubah perilaku dengan memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.


 
B.                 Tujuan Terapi Lingkungan
            Terapi lingkungan merupakan salah satu bentuk terapi kien ganguan jiwa yang dapat membantu efektifitas pemberian asuhan keperawatan jiwa.
            Schultz & Videbeck (1998) menyebutkan bahwa pemindahan klien dan lingkungan yang terapeutik akan memberikan kesempatan untuk istirahat memulihkan diri, sewaktu untuk berfokus pada perkembangan dalam hal kekuatan dan kesepakatan belajar, agar klien mampu mengidentifikasi alternative dan solusi masalah.
            Menurut Stuart dan Laraia (2001) terapi lingkungan mempunyai 2 tujuan utama, yaitu:
1.      Mengatur batasi gangguan perilaku dan perilaku maladaptif.
2.      Mengajarkan kememampuan psikososial.
Untuk melakukan pembatasan terhadap perilaku yang maladaptif, perlu ditekanan penggunaan terapi lingkungan dengan mengembangkan empat keterampilan psikososial. (Abroms, 1995). 4 keterampilan tersebut yaitu:
1.      Orientation
Pencapaian orientasi dan kesadaran terhadap realita yg baik. Orientasi tersebut berhubungan dengan pemahaman klien terhadap orang, waktu, tempat dan situasi. Sedangkan terhadap realita dapat dikuatkan melalui interaksi dan hubungan dengan orang lain.
2.      Assetation
Kemampuan mengepresikan perasaan dengan tepat. Klien perlu dianjurkan mengepresikan diri secara efektif dengan tingkah laku yang dapat diterima masyarakat.
3.      Accupation
Kemampuan klien untuk dapat memupuk percaya diri dan berprestasi melalui ketrampilan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan aktifitas dalam bentuk yg positif dan disukai klien, misalnya melukis, main musik, merangkai bunga dan lain sebagainya.
4.      Reecreation
Kemampuan menggunakan dan membuat aktifitas menyenangkan, contoh menebak kata, senam dan jalan-jalan.
Sedangkan Menurut Stuart dan Sundeen  :
1.      Membantu Individu untuk mengembangkan rasa harga diri.
2.      Meningkatkan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain.
3.      Membantu belajar mempercayai orang lain.
4.      Mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat.
5.      Mencapai perubahan yang positif.

C.                Karakteristik Terapi Lingkungan :
            Jack Cit. Barry (1998) menyebutkan beberapa karakteristik dari terapi
lingkungan sebagai berikut :
1. Setiap interaksi merupakan suatu kesempatan untuk interfensi terapeutik.
2. klien memikul tanggung jawab terhadap tingkah laku mereka sendiri.
3. pemecahan masalah dicapai dengan diskus, neoisiasi dan consessus dari pada hanya menggunakan beberapa gambaran dari para ahli.
4. komunikasi terbuka dan langsung antar staf dan klien.
5. klien didukung untuk berpartisifasi aktif dalam penanganan mereka sendiri dan dalam membuat keputusan di unit tempat mereka dirawat.
6. unit tetap sering melakukan komunikasi dan kontak dengan komunitas keluarga serta jaringan sosial.
Lingkungan harus bersifat terapeutik yaitu : mendorong terjadi proses penyembuhan.
Menurut Florence Nightingale terapi lingkungan harus memilki karakteristik :
1. Memberikan perhatian terhadap apa yang terjadi pada individu dan kelompok selama 24 jam.
2. Adanya proses pertukaran informasi.
3. Pasien merasakan keakraban dengan lingkungan.
4. Pasien merasa senang, nyaman, aman, dan tidak merasa takut baik dari
ancaman psikologis maupun ancaman fisik.
5. Penekanan pada sosialisasi dan interaksi kelompok dengan fokus komunikasi terapeutik.
6. Staf membagi tanggung jawab bersama pasien.
7. Personal dari lingkungan manghargai klien sebagai individu yang
memiliki hak, kebutuhan, dan tanggung jawab.
8.   Kebutuhan fisik klien mudah terpenuhi.

D.                Aspek-Aspek Lingkungan Fisik
            Dalam upaya menciptakan lingkungan yg terapeutik ada lima aspek yg perlu di perhatikan yaitu :
1.      Aspek Fisik
Menciptakan lingkungan fisik yg aman dan nyaman. Gedung permanen, mudah di jangkau, lengakap dengan kamar tidur, ruang tamu, ruang makan, kamar mandi dan wc. Struktur dan tatanan dalam gedung di rancang sesuai dengan kondisi dan jenis penyakit serta tingkat perkembangan klien. Misalnya: Ruang perawatan anak didesain dengan gambar-gambar kartun atau idola anak-anak yg berbeda dengan ruang dewasa.
2.      Aspek Intelektual Klien
Tingkat intelektual klien dapat ditentukan melalui kejelasan stimulasi dari lingkungan dan sikap perawat. Misalkan lingkungan dengan warna biru dan hijau memberikan stimulasi ketenangan dan keteduhan. Perawat harus memberikan stimulasi eksternal yang positif sehingga kesadaran diri klien menjadi luas dan klien dapat menerima kondisinya.
3.      Aspek Sosial
Dalam aspek ini perawat mengembangkan pola interaksi yang positif, hubungan psikososial yang menyenangkan dan menguatkan ego klien. Oleh karena itu perawat perlu penggunaan teknik komunikasi yang tepat sehingga perawat dapat menciptakan aspek ini.
4.      Aspek Emosional
Perawat harus menciptakan iklim emosional yang positif dengan menunjukkan sikap yang tulus, jujur atau dapat dipercaya, bersikap spontan dalam memenuhi kebutuhan klien, empati, peka terhadap perasaan dan kebutuhan klien. Misal : saya tenang disini
5.      Aspek Spiritual
Aspek ini ditunjukan untuk memaksimalkan manfaat dari penggalaman, pengobatan dan perasaan damai bagi klien. Sehingga perlu disedikan sarana ibadah seperti kitab suci dan ahli agama.

E.                 Jenis-jenis Kegiatan Terapi Lingkungan
1. Terapi Rekreasi
Yaitu terapi yang menggunakan kegiatan pada waktu luang, dengan tujuan pasien dapat melakukan kegiatan secara konstruktif dan menyenangkan serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial. Contohnya: berenang, main kartu, dan karambol.
2. Terapi Kreasi Seni
Perawat dalam terapi ini dapat sebagai leader atau bekerja sama denagn orang lain yang ahli dalam bidangnya karena harus sesuai dengan bakat dan minat, serta memberikan kesempatan pada klien untuk menyalurkan atau mengekspresikan perasaannya.
Contohnya: dance therapy atau menari dan therapy musik.
3. Terapi Dengan Menggambar dan Melukis
Memberikan kesempatan pasien untuk mengekspresikan tentang apa yang terjadi dengan dirinya. Dengan menggambar akan menurunkan ketegangan dan memusatkan pikiran pada kegiatan.
4. Literatur atau Biblio Therapy
Terapi dengan membaca seperti novel, majalah dan buku-buku lain. Dimana pasien diharapkan untuk mendiskusikan pendapatnya setelah membaca. Tujuannya adalah untuk mengembangkan wawasan diri dan bagaimana mengekspresikan perasaan atau pikiran dan perilaku yang sesuai dengan norma-norma yang ada.
5. Pet Therapy
Terapi ini bertujuan untuk menstimulasi respon pasien yang tidak mampu mengadakan hubungan interaksi dengan orang-orang dan pasien biasanya merasa kesepian, menyendiri, dan biasanya klien suka menggunakan objek binatang untuk bermain.
6. Plant Therapy
Terapi ini bertujuan untuk mengajar pasien untuk memelihara segala sesuatu atau mahluk hidup, dan membantu hubungan yang akrab antara satu pribadi kepada pribadi lainnya.
Contohnya : memelihara tumbuhan, mulai dari menanam dan memelihara, serta menggunakannya saat tanaman dipetik.

F.                 Macam-MacamTerapi Lingkungan
            Model terapi rehabilitasi yang dapat digunakan untuk membantu seseorang melepaskan diri dari  kecanduaan dan merubah perilakunya menjadi lebih baik.

1)      Model Terapi Moral
Model ini sangat umum dikenal oleh masyarakat serta biasanya dilakukan dengan pendekatan agama atau moral yang menekankan tentang dosa dan kelemahan individu. Model terapi seperti ini sangat tepat diterapkan pada lingkungan masyarakat yang masih memegang teguh nilai-nilai keagamaan dan moralitas di tempat asalnya, karena model ini berjalan bersamaan dengan konsep baik dan buruk yang diajarkan oleh agama. Maka tidak mengherankan apabila model terapi moral inilah yang menjadi landasan utama pembenaran kekuatan hukum untuk berperang melawan penyalahgunaan narkoba.


2)      Model Terapi Sosial
Model ini memakai konsep dari program terapi komunitas, dimana adiksi terhadap obat-obatan dipandang sebagai fenomena penyimpangan sosial (social disorder). Tujuan dari model terapi ini adalah mengarahkan perilaku yang menyimpang tersebut ke arah perilaku sosial yang lebih layak. Hal ini didasarkan atas kesadaran bahwa kebanyakan pecandu narkoba hampir selalu terlibat dalam tindakan a-sosial termasuk tindakan kriminal. Kelebihan dari model ini adalah perhatiannya kepada perilaku adiksi pecandu narkoba yang bersangkutan, bukan pada obat-obatan yang disalah gunakan. Prakteknya dapat dilakukan melalui ceramah, seminar, dan terutama terapi berkelompok (encounter group).


3)      Model Terapi Psikologis
Model ini diadaptasi dari teori psikologis Mc Lellin, dkk yang menyebutkan bahwa perilaku adiksi obat adalah buah dari emosi yang tidak berfungsi selayaknya karena terjadi konflik, sehingga pecandu memakai obat pilihannya untuk meringankan atau melepaskan beban psikologis itu. Model terapi ini mementingkan penyembuhan emosional dari pecandu narkoba yang bersangkutan, dimana jika emosinya dapat dikendalikan maka mereka tidak akan mempunyai masalah lagi dengan obat-obatan. Jenis dari terapi model psikologis ini biasanya banyak dilakukan pada konseling pribadi, baik dalam pusat rehabilitasi maupun dalam terapi pribadi.


4)      Model Terapi Budaya
Model ini menyatakan bahwa perilaku adiksi obat adalah hasil sosialiasi seumur hidup dalam lingkungan sosial atau kebudayaan tertentu. Dalam hal ini, keluarga seperti juga lingkungan dapat dikategorikan sebagai “lingkungan sosial dan kebudayaan tertentu”.
Dasar pemikirannya adalah bahwa praktek penyalahgunaan narkoba oleh anggota keluarga tertentu adalah hasil akumulasi dari semua permasalahan yang terjadi dalam keluarga yang bersangkutan. Sehingga model ini banyak menekankan pada proses terapi untuk kalangan anggota keluarga dari para pecandu narkoba tersebut.

G.                PERAN PERAWAT DALAM TERAPI LINGKUNGAN
1.      Sebagai teknis perawatan
·         Fungsi perawat adalah memberikan atau memenuhi kebutuhan dari pasien, memberikan obat-obatan yang telah ditetapkan, mengamati efek obat dan perilaku-perilaku yang menonjol atau menyimpang serta mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul dalam terapi tersebut.
2.      Sebagai leader atau pengelola
·         Perawat harus mampu mengelola sehingga tercipta lingkungan terapeutik yang mendukung penyembuhan dan memberikan dampak baik secara fisik maupun secara psikologis kepada pasien.
3.      Pencipta lingkungan yang aman dan nyaman
·         Perawat menciptakan dan mempertahankan iklim atau suasana yang akrab, menyenangkan, saling menghargai di antara sesama perawat, petugas kesehatan, dan pasien.
·         Perawat yang menciptakan suasana yang aman dari benda-benda atau keadaan-keadaan yang menimbulkan terjadinya kecelakaan atau luka terhadap pasien atau perawat.
·         Pasien diminta berpartisipasi melakukan kegiatan bagi dirinya sendiri dan orang lain seperti yang biasa dilakukan di rumahnya. Misalnya membereskan kamar.
4.      Penyelenggaraan proses sosialisasi
·         Membantu pasien belajar berinteraksi dengan orang lain, mempercayai orang lain sehingga meningkatkan harga diri dan berguna bagi orang lain.
·         Mendorong pasien untuk berkomunikasi tentang ide-ide, perasaan dan perilakunya secara terbuka sesuai dengan aturan di dalam kegiatan-kegiatan tertentu.
·         Melalui sosialisasi pasien belajar tentang kegiatan-kegiatan atau kemampuan yang baru, dan dapat dilakukannya sesuai dengan kemampuan dan minatnya pada waktu yang luang.

Hubungan dengan Praktek Keperawatan :
·         Lingkungan Fisik
Proses Keperawtan
1.      Pengkajian       : Klien bingung dan pelupa
Masalah           : Perubahan proses fikir
Intervensi        : -Kunci pintu untuk menjaga keamanan klien
Evaluasi           : Keamanan klien terpelihara

2.      Pengkajian       : Beban kerja staff
Masalah           : Defisit perawatan diri
                        : mandi/hygiene dan berpakaian/berhias
Intervensi        : Meningkatkan perawatan diri klien sesuai dengan                             kemampuan.
Evaluasi           : Penampilan proff dan hubungan perawat dapat                                 diperbaiki, perawatan diri klien



Contoh Tempat untuk Terapi Lingkungan Pada Kondisi Khusus sebagai berikut:
1.      Klien harga rendah diri (low self esteem) , Depresi (depression), Bunuh diri (suicide).
a.       Syarat lingkungan secara psikologis harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:
-          Ruangan aman dan nyaman.
-          Terhindar dari alat-alat yang dapat digunakan untuk mencederai diri sendiri atau orang lain.
-          Alat-alat medis, obat-obatan, dan jenis cairan medis di lemari dalam keadaan terkunci.
-          Ruangan harus ditempatkan di lantai satu dan keseluruhan ruangan mudah dipantau oleh petugas kesehatan.
-          Tata ruangan menarik dengan cara menempelkan poster yang cerah dan meningkatkan gairah hidup pasien.
-          Warna dinding cerah.
-          Adanya bacaan ringan, lucu, dan memotivasi hidup.
-          Hadirkan musik ceria, tv, dan film komedi
b.      Lingkungan sosial :
-          Komunikasi terapeutik dengan cara semua petugas menyapa pasien sesering mungkin.
-          Memberikan penjelasan setiap akan melakukan kegiatan keperawatan atau kegiatan medis lainnya.
-          Menerima pasien apa adanya jangan mengejek serta merendahkan
-          Meningkatkan harga diri pasien
-          Membantu pasien dalam berinteraksi dengan keluarganya.
-          Sertakan keluarga dalam rencana asuhan keperawatan, jangan membiarkan pasien sendiri terlalu lama di ruangannya.


2.      Pasien dengan Amuk
a.       Lingkungan fisik :
-          Ruangan aman, nyaman, dan mendapat pencahayaan yang cukup.
-          Pasien satu kamar, satu orang, bila sekamar lebih dari satu jangan dicampur antara yang kuat dengan yang lemah
-          Ada jendela berjeruji dengan pintu dari besi terkunci.
-          Tersedia kebijakan dan prosedur tertulis tentang protocol pengikatan dan pengasingan secara aman, serta protocol pelepasan pengikatan.
b.      Lingkungan Psikososial :
-  Komunikasi terapeutik, sikap bersahabat dan perasaan empati.
-     Observasi pasien tiap 15 menit.
-     Jelaskan tujuan pengikatan atau pengekangan secara berulang-ulang.
-     Penuhi kebutuhan fisik pasien.
-     Libatkan keluarga.

            Jadi perawat dalam memenuhi kebutuhan klien berdasarkan pada identitas masalah baik kebutuhan fisik dan emosional. Perawat yang berperan sebagai mothering care tidak hanya memenuhi kebutuhan klien tetapi memfasilitasi klien agar mengembangkan kemampuan baru untuk menyesuaikan dengan lingkungan.             Dengan demikian klien dapat memahami dan menerima situasi yang sedang dialaminya dan termotifasi  untuk mengubah prilaku maladptif menjadi prilaku adaptif.
            Perawat juga membantu klein mengenal batasan dan menerima resiko akibat prilakunya. Perawat memperlakukan klien sebagai individu yang unik sehingga dalam memberikan asuhan keperawatan ia harus memperhatikan kondisi dan tingkat perkembangan klien.
            Sebagai perencana perawat sebelumnya memberikan asuhan keperawatan terlebih dahulu harus melakukan pengkajian untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang kondisi klien dan situasi ruangan yang dibutuhkan.
            Sebagai koordinator perawat harus dapat mengatur dan mengorganisasi semua kegiatan supaya rencana yang ditetapkan dapat dilaksanakan dengan baik. Perawat harus memberikan penjelasan kepada klien dan keluarga agar mereka dapat berperan aktif dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.


BAB III
PENUTUP


A.                Kesimpulan
            Terapi lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di lingkungan kita, yang diciptakan untuk pengobatan termasuk fisik dan sosial. Suatu manipulasi ilmiah pada lingkungan yang bertujuan untuk menghasilkan perubahan pada perilaku pasien dan untuk mngembangkan keterampilan emosional dan sosial.
            Tujuan terapi lingkungan ini membantu individu untuk mengembangkan rasa harga diri, mengembangkan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, membantu belajar mempercayai orang lain, dan mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat. Komponen yang harus diperhatikan dalam terapi lingkungan adalah fisik, intelektual, sosial, emosional dan spiritual.

B.                 Saran
            Sebagai seorang perawat yang bertugas dalam terapi lingkungan harus dapat menilai diri tentang kesadaran diri, kekuatan, dan kemampuan dalam hal pengetahuan dan kebudayaan karena itu sangat membantu untuk bertoleransi terhadap perilaku-perilaku yang ditujukan oleh pasien.















2 komentar:

  1. diusahakan pakai daftar pustaka. supaya terpercaya

    BalasHapus
  2. diusahakan pakai daftar pustaka. supaya terpercaya

    BalasHapus