kembang api


star

Rabu, 04 November 2015

Konsep terapi bermain dalam keperawatan jiwa



BAB  I
PENDAHULUAN


A.    Latar  Belakang
Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangan, bukan ordes mini, juga bukan merupakan harta atau kekayaan orang tua yang dapat dinilai secara sosial ekonomi, melainkan masa depan bangsa yang berhak atas pelayanan kesehatan secara individual. Anak membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri. Anak sebagai orang atau manusia yang mempunyai pikiran, sikap, perasaan dan minat yang berbeda dengan orang dewasa dengan segala keterbatasan.
Bagi anak bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja, kesenangannya dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih, dll. Bermain adalah unsur yang penting untuk perkembangan anak baik fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan sosial.
Beberapa ahli mengatakan bahwa bermain pada anak merupakan sarana untuk belajar. Bermain dan belajar untuk anak merupakan suatu kesatuan dan suatu proses yang terus menerus terjadi dalam kehidupannya. Bermain merupakan tahap awal dari proses belajar pada anak yang dialami hampir semua orang. Melalui kegiatan bermain yang menyenangkan, seorang anak berusaha untuk menyelidiki dan mendapatkan pengalaman yang banyak. Baik pengalaman dengan dirinya sendiri, orang lain maupun dengan lingkungan di sekitarnya. Melalui bermain anak dapat mengorganisasikan berbagai pengalaman dan kemampuan kognitifnya dalam upaya menyusun kembali gagasan yang cemerlang. Bermain adalah pekerjaan anak. Dalam bermain anak mempraktekkan secara kontinu proses hidup yang rumit dan penuh stress,komunikasi, dan mencapai hubungan yang memuaskan dengan orang lain. Di situlah mereka belajar tentang diri mereka sendiri dan dunia mereka, misalnya bagaimana menghadapi lingkungan objek, waktu, ruang, struktur, dan dan orang di dalamnya. Stressor pada anak usia awal ( toddler & pra sekolah) pada reaksi emosional ditunjukan dengan menangis, marah dan berduka sebagai bentuk yang sehat dalam mengatasi stress karena hospitalisasi. Seorang anak  mempersepsikan sakit sebagai suatu hukuman untuk perilaku buruk, hal ini terjadi karena anak masih mempunyai keterbatasan tentang dunia di sekitar mereka. Anak mempuyai kesulitan dalam pemahaman mengapa mereka sakit, tidak biasa bermain dengan temannya, mengapa mereka terluka dan nyeri sehingga membuat mereka harus pergi ke rumah sakit dan harus mengalami hospitalisasi. Reaksi anak tentang hukuman yang diterimanya dapat bersifat passive, cooperative, membantu atau anak mencoba menghindar dari orang tua, anak menjadi marah.
Dengan ini, untuk mengurangi dampak hospitalisasi terhadap anak kita bermaksud untuk melaksanakan terapi bermain yang bertujuan untuk membantu anak terhindar dari stress, stressor dan dampak hospitalisasi yang mengancam pertumbuhan dan perkembangan anak.




B.     Tujuan  Penulisan
Terapi Bermain
A.    Tujuan Umum
1.      Merangsang perkembangan sensorik, intelektual, sosial, kreatifitas, kesadaran  
diri, moral, dan bermain dengan terapi.
            B.   Tujuan Khusus
1.  Meningkatkan kemampuan dan kreatifitas.
2. Meningkatkan keterampilan anak.
3. Mengidentifikasi anak terhadap keterampilan tertentu.
4. Memberikan kesenangan dan kepuasan.
C.   Manfaat Terapi Bermain
1. Untuk anak-anak sebagai salah satu terapi pengobatan dan menghilangkan  
kejenuhan terhadap suasana rumah sakit.
2.      Sebagai sarana orang tua untuk    mengetahui suasana hati anak saat bermain.





BAB  II
TINJAUAN TEORI



A.       Definisi.
Bermain adalah satu kegiatan menyenangkan bagi anak yang dilakukan setiap hari secara sukarela untuk memperoleh kepuasan dan merupakan media yang baik bagi anak-anak untuk belajar komunikasi, mengenal lingkungan, dan untuk meningkatkan kesejahteraan mental dan sosial anak.
Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh kesenangan.  Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan sosial.

B.     Tujuan Terapi Bermain.
1.      Dapat melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal,
2.      Dapat mengekspresikan keinginan, perasaan, dan fantasi,
3.      Dapat mengembangkan kreativitas melalui pengalaman bermain yang tepat,
4.      Agar anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit.



C.    Fungsi Terapi bermain
Fungsi bermain adalah merangsang perkembangan sensorik-motorik, perkembangan intelektual, sosial, kreatifitas, kesadaran diri, moral dan bermain sebagai terapi.
1.      Perkembangan sensorik-motorik merupakan komponen terbesar yang digunakan anak  dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan pengobatan. Perkembangan intelektual anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu yang ada dilingkungan sekitar.
2.      Perkembangan sosial anak akan memberi dan menerima serta mengembangkan hubungan sesuai dengan belajar memecahkan masalah dan hubungan sulit.
3.      Perkembangan kreatifitas anak belajar merealisasikan diri.
4.      Perkembangan kesadaran diri, anak belajar mengenal kemampuan dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain.
5.      Perkembangan moral, anak akan belajar mengenai nilai dan moral dan etika belajar membedakan mana yang benar dan mana yang salah serta belajar bertanggung jawab atas segala tindakan yang telah dilakukan.
6.      Bermain sebagai terapi, anak akan mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya dan relaksasi melalui kesenangannya bermain.


D.     Faktor Yang Mempengaruhi Aktifitas Bermain.
1.   Tahap perkembangan
2.      Jenis kelamin anak
3.      Status kesehatan anak
4.      Lingkungan yang tidak mendukung
5.      Alat dan jenis permainan yang cocok atau sesuai dengan anak


E.      Prinsip-Prinsip Dalam Aktifitas Bermain.

1.      Perlu energi ekstra
2.      Waktu yang cukup
3.      Alat permainan
4.      Ruang untuk bermain
5.      Pengetahuan cara bermain
6.      Teman bermain


F.         Klasifikasi Bermain
1.      Berdasarkan isi permainan :
                        a.       Sosial Affective Play
                        b.      Sense of Pleasure Play
                        c.       Skill Play
                        d.      Games atau Permainan
                        e.       Unoccupied Behaviour
           

G.    Proses bermain
No
Tahap
Waktu
Kegiatan
Media
1.
Pembukaan
5 menit
·         Memberikan salam
·         Menjelaskan proses bermain
-
2.
Pelaksanaan
20 menit
·         Menanyakan apakah anak pernah mewarnai gambar dan suka melakukannya
·         Menjelaskan aturan bermain.
·         Membagikan kertas bergambar, pensil warna
·         Membimbing anak mewarnai gambar
kertas bergambar, pensil warna
3.
Penutup
5 menit
·         Evaluasi
·         Memberi reinforcement positif
·         Memberi salam penutup
-




H.    Jenis Permainan Yang Cocok
1.      Dramatic Play

      Pada permainan ini anak memainkan peran sebagai orang lain.
      Contoh: Anak  memerankan sebagai ayah atau ibu.
2.      Skill Play
      Pada permainan ini akan meningkatkan keterampilan anak khususnya motorik kasar
      dan halus. Contoh : Bermain bongkar pasang.
3.      Assosiative Play
       Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan yang lain,
       tetapi tidak terorganisir. Tidak ada pemimpin yang memimpin permainan dan tujuan
       yang tidak jelas. Contoh: anak-anak bernyanyi sesuai selera masing-masing. 
4.      Cooperative Play
      Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas tetapi tujuan dan pimpinan
      permainan jelas. Contoh : anak-anak bernyanyi bersama-sama dengan satu orang
      menjadi pemimpin.


I.       Tahap kerja terapi bermain
1.      Stimulasi Sosial
      Anak bermain bersama teman-temannya, tetapi tidak ada tujuan. Contoh: bermain
      pasir bersama-sama.
2.      Stimulasi Keterampilan
      Mengetahui kemampuan keterampilan yang ada pada anak sehingga dapat
      mengetahui bakat anak. Contoh: Menggambar, bernyanyi, menari.
3.      Stimulasi Kerjasama
      Anak mampu bekerjasama dalam permainan. Contoh: anak-anak bermain menyusun
      puzzle, bermain bola.


BAB  III
PENUTUP



A.    KESIMPULAN
Bermain tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak, karena bagi anak bermain sama saja bekerja bagi orang dewasa. Bermain pada anak mempunyai fungsi yaitu untuk perkembangan sensorik, motorik, intelektual, sosial, kreatifitas, kesadaran diri, moral sekaligus terapi anak saat sakit.
            Tujuan bermain adalah melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal, mengekspresikan dan mengalihkan keinginan fantasi. Dan idenya mengembangkan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah dan membantu anak untuk beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan di rawat di Rumah Sakit.



B.      SARAN
                         Terapi bermain dapat menjadi obat bagi anak-anak yang sakit. Jadi sebaiknya di
             RS juga disediakan fasilitas bermain bagi anak-anak yang di rawat di rumah sakit.
             Mensosialisasikan terapi bermain pada orang tua sehingga orang tua dapat menerapkan
             terapi di rumah dan di rumah sakit.
http://bcp.crwdcntrl.net/map/c=3825/tp=DTSC/tpid=1EE70445E79C0256A1665A78020F93CEhttp://p.univide.com/t.gif?pid=6&pidt=0&pdid=1EE70445E79C0256A1665A78020F93CE










DAFTAR PUSTAKA


Soetjiningsih. (2003). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.

Staf Pengajar IKA FKUI. (2004). Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Vol. 3. Jakarta : FKUI.






.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar