BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak adalah
sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai dengan tahap
perkembangan, bukan ordes mini, juga bukan merupakan harta atau kekayaan orang
tua yang dapat dinilai secara sosial ekonomi, melainkan masa depan bangsa yang
berhak atas pelayanan kesehatan secara individual. Anak membutuhkan lingkungan
yang dapat memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar
mandiri. Anak sebagai orang atau manusia yang mempunyai pikiran, sikap,
perasaan dan minat yang berbeda dengan orang dewasa dengan segala keterbatasan.
Bagi anak
bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja, kesenangannya dan
merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bermain tidak sekedar mengisi
waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta
kasih, dll. Bermain adalah unsur yang penting untuk perkembangan anak baik
fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan sosial.
Beberapa
ahli mengatakan bahwa bermain pada anak merupakan sarana untuk belajar. Bermain
dan belajar untuk anak merupakan suatu kesatuan dan suatu proses yang terus
menerus terjadi dalam kehidupannya. Bermain merupakan tahap awal dari proses
belajar pada anak yang dialami hampir semua orang. Melalui kegiatan bermain
yang menyenangkan, seorang anak berusaha untuk menyelidiki dan mendapatkan
pengalaman yang banyak. Baik pengalaman dengan dirinya sendiri, orang lain
maupun dengan lingkungan di sekitarnya. Melalui bermain anak dapat
mengorganisasikan berbagai pengalaman dan kemampuan kognitifnya dalam upaya
menyusun kembali gagasan yang cemerlang. Bermain adalah pekerjaan anak. Dalam
bermain anak mempraktekkan secara kontinu proses hidup yang rumit dan penuh
stress,komunikasi, dan mencapai hubungan yang memuaskan dengan orang lain. Di
situlah mereka belajar tentang diri mereka sendiri dan dunia mereka, misalnya
bagaimana menghadapi lingkungan objek, waktu, ruang, struktur, dan dan orang di
dalamnya. Stressor pada anak usia awal ( toddler & pra sekolah) pada reaksi
emosional ditunjukan dengan menangis, marah dan berduka sebagai bentuk yang
sehat dalam mengatasi stress karena hospitalisasi. Seorang anak
mempersepsikan sakit sebagai suatu hukuman untuk perilaku buruk, hal ini
terjadi karena anak masih mempunyai keterbatasan tentang dunia di sekitar
mereka. Anak mempuyai kesulitan dalam pemahaman mengapa mereka sakit, tidak
biasa bermain dengan temannya, mengapa mereka terluka dan
nyeri sehingga membuat mereka harus pergi ke rumah sakit dan harus mengalami
hospitalisasi. Reaksi anak tentang hukuman yang diterimanya dapat bersifat
passive, cooperative, membantu atau anak mencoba menghindar dari orang tua,
anak menjadi marah.
Dengan ini,
untuk mengurangi dampak hospitalisasi terhadap anak kita bermaksud untuk
melaksanakan terapi bermain yang bertujuan untuk membantu anak terhindar dari
stress, stressor dan dampak hospitalisasi yang mengancam pertumbuhan dan
perkembangan anak.