BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Terapi Lingkungan (Milieu Therapy)
Terapi Lingkungan adalah tindakan
penyembuhan pasien melalui manipulasi dan modifikasi unsur-unsur yang ada pada
lingkungan dan berpengaruh positif terhadap fisik dan psikis individu serta
mendukung proses penyembuhan (Farida Kusumawati & Yudi Hartono, 2011).
Terapi
lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar terjadi perubahan
perilaku pada klien dari perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif. Perawat menggunakan semua lingkungan rumah
sakit dalam arti terapeutik.Bentuknya adalah memberi kesempatan klien untuk
tumbuh dan berubah perilaku dengan memfokuskan pada nilai terapeutik dalam
aktivitas dan interaksi.
B.
Tujuan
Terapi Lingkungan
Terapi
lingkungan merupakan salah satu bentuk terapi
kien ganguan jiwa yang dapat membantu
efektifitas pemberian asuhan keperawatan jiwa.
Schultz
& Videbeck (1998) menyebutkan bahwa
pemindahan klien dan
lingkungan yang terapeutik akan
memberikan kesempatan
untuk istirahat memulihkan diri, sewaktu untuk berfokus pada perkembangan dalam
hal kekuatan dan kesepakatan belajar, agar klien mampu mengidentifikasi alternative dan solusi
masalah.
Menurut Stuart dan Laraia (2001) terapi lingkungan mempunyai
2 tujuan utama, yaitu:
1. Mengatur batasi gangguan
perilaku dan perilaku maladaptif.
2. Mengajarkan
kememampuan psikososial.
Untuk melakukan
pembatasan terhadap perilaku yang
maladaptif, perlu
ditekanan penggunaan terapi lingkungan dengan mengembangkan empat keterampilan
psikososial. (Abroms, 1995). 4 keterampilan
tersebut yaitu:
1. Orientation
Pencapaian orientasi
dan kesadaran terhadap realita yg baik. Orientasi tersebut berhubungan dengan pemahaman klien terhadap
orang, waktu, tempat dan situasi. Sedangkan
terhadap realita dapat dikuatkan melalui
interaksi dan
hubungan dengan orang lain.
2. Assetation
Kemampuan
mengepresikan perasaan dengan tepat. Klien perlu dianjurkan mengepresikan diri
secara efektif dengan tingkah laku yang
dapat diterima masyarakat.
3. Accupation
Kemampuan
klien untuk dapat memupuk percaya diri dan berprestasi melalui ketrampilan. Hal ini dapat dilakukan
dengan memberikan aktifitas dalam bentuk yg positif dan disukai klien, misalnya melukis, main musik, merangkai bunga dan lain
sebagainya.
4. Reecreation
Kemampuan menggunakan dan
membuat aktifitas menyenangkan,
contoh
menebak kata, senam
dan jalan-jalan.
Sedangkan Menurut Stuart dan Sundeen :
1. Membantu
Individu untuk mengembangkan rasa harga diri.
2. Meningkatkan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain.
3. Membantu belajar
mempercayai orang lain.
4. Mempersiapkan
diri untuk kembali ke masyarakat.
5. Mencapai perubahan yang positif.
C.
Karakteristik
Terapi Lingkungan :
Jack Cit. Barry (1998)
menyebutkan beberapa karakteristik dari terapi
lingkungan sebagai
berikut :
1. Setiap interaksi
merupakan suatu kesempatan untuk interfensi terapeutik.
2. klien memikul
tanggung jawab terhadap
tingkah laku mereka sendiri.
3. pemecahan masalah
dicapai dengan diskus, neoisiasi dan consessus dari pada hanya menggunakan
beberapa gambaran dari para ahli.
4. komunikasi terbuka
dan langsung antar staf dan klien.
5. klien didukung untuk
berpartisifasi aktif dalam penanganan mereka sendiri dan dalam membuat
keputusan di unit tempat mereka dirawat.
6. unit tetap sering
melakukan komunikasi
dan kontak dengan
komunitas keluarga serta
jaringan sosial.
Lingkungan harus bersifat terapeutik
yaitu : mendorong terjadi proses
penyembuhan.
Menurut Florence Nightingale terapi lingkungan
harus memilki karakteristik :
1. Memberikan perhatian terhadap apa yang terjadi pada individu dan
kelompok selama 24 jam.
2. Adanya
proses pertukaran informasi.
3. Pasien
merasakan keakraban dengan lingkungan.
4. Pasien
merasa senang, nyaman, aman, dan tidak merasa takut baik dari
ancaman psikologis
maupun ancaman fisik.
5. Penekanan
pada sosialisasi dan interaksi kelompok dengan fokus komunikasi terapeutik.
6. Staf
membagi tanggung jawab bersama pasien.
7. Personal
dari lingkungan manghargai klien sebagai individu yang
memiliki
hak, kebutuhan, dan tanggung jawab.
8. Kebutuhan
fisik klien mudah terpenuhi.
D.
Aspek-Aspek
Lingkungan Fisik
Dalam
upaya menciptakan lingkungan yg terapeutik ada lima aspek yg perlu di perhatikan yaitu :
1.
Aspek
Fisik
Menciptakan
lingkungan fisik yg aman dan nyaman.
Gedung
permanen, mudah di jangkau, lengakap dengan kamar
tidur, ruang
tamu, ruang
makan, kamar
mandi dan wc. Struktur
dan tatanan dalam gedung di rancang sesuai dengan kondisi dan jenis penyakit
serta tingkat perkembangan klien. Misalnya: Ruang perawatan anak didesain dengan gambar-gambar kartun
atau idola anak-anak yg berbeda dengan ruang dewasa.
2.
Aspek
Intelektual Klien
Tingkat
intelektual klien dapat ditentukan melalui kejelasan stimulasi dari lingkungan
dan sikap perawat. Misalkan lingkungan dengan warna biru dan hijau memberikan
stimulasi ketenangan dan keteduhan. Perawat harus memberikan stimulasi
eksternal yang positif sehingga kesadaran diri klien menjadi luas dan klien
dapat menerima kondisinya.
3.
Aspek
Sosial
Dalam aspek ini perawat
mengembangkan
pola interaksi yang positif,
hubungan
psikososial yang menyenangkan
dan menguatkan ego klien. Oleh karena itu perawat perlu penggunaan teknik
komunikasi yang tepat sehingga perawat dapat menciptakan aspek ini.
4.
Aspek
Emosional
Perawat
harus menciptakan
iklim emosional yang positif dengan menunjukkan
sikap yang tulus, jujur
atau dapat dipercaya, bersikap spontan dalam memenuhi kebutuhan klien, empati, peka terhadap perasaan
dan kebutuhan klien. Misal : saya
tenang disini
5.
Aspek
Spiritual
Aspek
ini ditunjukan untuk memaksimalkan manfaat dari penggalaman, pengobatan dan perasaan
damai bagi klien. Sehingga perlu disedikan sarana ibadah seperti kitab suci dan
ahli agama.
E.
Jenis-jenis
Kegiatan Terapi Lingkungan
1. Terapi Rekreasi
Yaitu terapi yang menggunakan
kegiatan pada waktu luang, dengan tujuan pasien dapat melakukan kegiatan secara
konstruktif dan menyenangkan serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial.
Contohnya: berenang, main kartu, dan karambol.
2. Terapi
Kreasi Seni
Perawat dalam terapi ini dapat
sebagai leader atau bekerja sama denagn orang lain yang ahli dalam bidangnya
karena harus sesuai dengan bakat dan minat, serta memberikan kesempatan pada
klien untuk menyalurkan atau mengekspresikan perasaannya.
Contohnya: dance therapy atau menari dan therapy musik.
3. Terapi
Dengan Menggambar dan Melukis
Memberikan kesempatan pasien untuk
mengekspresikan tentang apa yang terjadi dengan dirinya. Dengan menggambar akan
menurunkan ketegangan dan memusatkan pikiran pada kegiatan.
4. Literatur
atau Biblio Therapy
Terapi dengan membaca seperti novel,
majalah dan buku-buku lain. Dimana pasien diharapkan untuk mendiskusikan pendapatnya
setelah membaca. Tujuannya
adalah untuk mengembangkan wawasan diri dan bagaimana mengekspresikan perasaan atau pikiran dan perilaku yang sesuai dengan norma-norma
yang ada.
5. Pet Therapy
Terapi ini bertujuan untuk
menstimulasi respon pasien yang tidak mampu mengadakan hubungan interaksi
dengan orang-orang dan pasien biasanya merasa kesepian, menyendiri, dan biasanya klien suka menggunakan objek binatang untuk
bermain.
6. Plant Therapy
Terapi ini bertujuan untuk mengajar
pasien untuk memelihara segala sesuatu atau mahluk hidup, dan membantu hubungan
yang akrab antara satu pribadi kepada pribadi lainnya.
Contohnya : memelihara
tumbuhan, mulai dari menanam dan memelihara, serta menggunakannya saat tanaman
dipetik.
F.
Macam-MacamTerapi Lingkungan
Model terapi rehabilitasi yang dapat
digunakan untuk membantu seseorang melepaskan diri dari kecanduaan dan merubah perilakunya menjadi
lebih baik.
1) Model Terapi Moral
Model ini
sangat umum dikenal oleh masyarakat serta biasanya dilakukan dengan pendekatan
agama atau moral yang menekankan tentang dosa dan kelemahan individu. Model
terapi seperti ini sangat tepat diterapkan pada lingkungan masyarakat yang
masih memegang teguh nilai-nilai keagamaan dan moralitas di tempat asalnya,
karena model ini berjalan bersamaan dengan konsep baik dan buruk yang diajarkan
oleh agama. Maka tidak mengherankan apabila model terapi moral inilah yang
menjadi landasan utama pembenaran kekuatan hukum untuk berperang melawan
penyalahgunaan narkoba.
2) Model Terapi Sosial
Model ini
memakai konsep dari program terapi komunitas, dimana adiksi terhadap
obat-obatan dipandang sebagai fenomena penyimpangan sosial (social disorder).
Tujuan dari model terapi ini adalah mengarahkan perilaku yang menyimpang
tersebut ke arah perilaku sosial yang lebih layak. Hal ini didasarkan atas
kesadaran bahwa kebanyakan pecandu narkoba hampir selalu terlibat dalam
tindakan a-sosial termasuk tindakan kriminal. Kelebihan dari model ini adalah perhatiannya
kepada perilaku adiksi pecandu narkoba yang bersangkutan, bukan pada
obat-obatan yang disalah gunakan.
Prakteknya dapat dilakukan melalui ceramah, seminar, dan terutama terapi
berkelompok (encounter group).
3) Model Terapi Psikologis
Model ini
diadaptasi dari teori psikologis Mc Lellin, dkk yang menyebutkan bahwa perilaku
adiksi obat adalah buah dari emosi yang tidak berfungsi selayaknya karena
terjadi konflik, sehingga pecandu memakai obat pilihannya untuk meringankan
atau melepaskan beban psikologis itu. Model terapi ini mementingkan penyembuhan
emosional dari pecandu narkoba yang bersangkutan, dimana jika emosinya dapat
dikendalikan maka mereka tidak akan mempunyai masalah lagi dengan obat-obatan.
Jenis dari terapi model psikologis ini biasanya banyak dilakukan pada konseling
pribadi, baik dalam pusat rehabilitasi maupun dalam terapi pribadi.
4) Model Terapi Budaya
Model ini
menyatakan bahwa perilaku adiksi obat adalah hasil sosialiasi seumur hidup
dalam lingkungan sosial atau kebudayaan tertentu. Dalam hal ini, keluarga
seperti juga lingkungan dapat dikategorikan sebagai “lingkungan sosial dan
kebudayaan tertentu”.
Dasar
pemikirannya adalah bahwa praktek penyalahgunaan narkoba oleh anggota keluarga
tertentu adalah hasil akumulasi dari semua permasalahan yang terjadi dalam
keluarga yang bersangkutan. Sehingga model ini banyak menekankan pada proses
terapi untuk kalangan anggota keluarga dari para pecandu narkoba tersebut.
G.
PERAN PERAWAT
DALAM TERAPI LINGKUNGAN
1. Sebagai teknis perawatan
·
Fungsi perawat adalah memberikan
atau memenuhi kebutuhan dari pasien, memberikan obat-obatan yang telah
ditetapkan, mengamati efek obat dan perilaku-perilaku yang menonjol atau
menyimpang serta mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul dalam terapi tersebut.
2. Sebagai leader atau pengelola
·
Perawat harus mampu mengelola
sehingga tercipta lingkungan terapeutik yang mendukung penyembuhan dan
memberikan dampak baik secara fisik maupun secara psikologis kepada pasien.
3. Pencipta lingkungan yang aman dan
nyaman
·
Perawat menciptakan dan
mempertahankan iklim atau suasana yang
akrab, menyenangkan, saling menghargai di antara sesama perawat, petugas
kesehatan, dan pasien.
·
Perawat yang menciptakan suasana
yang aman dari benda-benda atau keadaan-keadaan yang menimbulkan terjadinya
kecelakaan atau luka terhadap pasien atau perawat.
·
Pasien diminta berpartisipasi
melakukan kegiatan bagi dirinya sendiri dan orang lain seperti yang biasa
dilakukan di rumahnya. Misalnya membereskan kamar.
4. Penyelenggaraan proses sosialisasi
·
Membantu pasien belajar berinteraksi
dengan orang lain, mempercayai orang lain sehingga meningkatkan harga diri dan
berguna bagi orang lain.
·
Mendorong pasien untuk berkomunikasi
tentang ide-ide, perasaan dan perilakunya secara terbuka sesuai dengan aturan di
dalam kegiatan-kegiatan tertentu.
·
Melalui sosialisasi pasien belajar
tentang kegiatan-kegiatan atau kemampuan yang baru, dan dapat dilakukannya
sesuai dengan kemampuan dan minatnya pada waktu yang luang.
Hubungan dengan Praktek
Keperawatan :
·
Lingkungan Fisik
Proses Keperawtan
1.
Pengkajian : Klien bingung dan pelupa
Masalah : Perubahan proses fikir
Intervensi : -Kunci pintu untuk menjaga keamanan klien
Evaluasi : Keamanan klien terpelihara
2.
Pengkajian : Beban kerja staff
Masalah : Defisit perawatan diri
: mandi/hygiene dan berpakaian/berhias
Intervensi : Meningkatkan perawatan diri klien
sesuai dengan kemampuan.
Evaluasi : Penampilan proff dan hubungan
perawat dapat diperbaiki, perawatan diri klien
Contoh Tempat untuk Terapi Lingkungan
Pada Kondisi Khusus sebagai berikut:
1. Klien harga rendah diri (low self esteem)
, Depresi (depression),
Bunuh diri (suicide).
a.
Syarat lingkungan secara psikologis
harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:
-
Ruangan aman dan nyaman.
-
Terhindar dari alat-alat yang dapat digunakan untuk mencederai diri sendiri atau orang lain.
-
Alat-alat medis, obat-obatan, dan
jenis cairan medis di lemari dalam keadaan terkunci.
-
Ruangan harus ditempatkan di lantai
satu dan keseluruhan ruangan mudah dipantau oleh petugas kesehatan.
-
Tata ruangan menarik dengan cara
menempelkan poster yang cerah dan meningkatkan gairah hidup pasien.
-
Warna dinding cerah.
-
Adanya bacaan ringan, lucu, dan
memotivasi hidup.
-
Hadirkan musik ceria, tv, dan film
komedi
b.
Lingkungan sosial :
-
Komunikasi terapeutik dengan cara
semua petugas menyapa pasien sesering mungkin.
-
Memberikan penjelasan setiap akan
melakukan kegiatan keperawatan atau kegiatan medis lainnya.
-
Menerima pasien apa adanya jangan
mengejek serta merendahkan
-
Meningkatkan harga diri pasien
-
Membantu pasien dalam berinteraksi
dengan keluarganya.
-
Sertakan keluarga dalam rencana
asuhan keperawatan, jangan membiarkan pasien sendiri terlalu lama di ruangannya.
2. Pasien dengan Amuk
a.
Lingkungan fisik :
-
Ruangan aman, nyaman, dan mendapat
pencahayaan yang cukup.
-
Pasien satu kamar, satu orang, bila
sekamar lebih dari satu jangan dicampur antara yang kuat dengan yang lemah
-
Ada jendela berjeruji dengan pintu
dari besi terkunci.
-
Tersedia kebijakan dan prosedur
tertulis tentang protocol pengikatan dan pengasingan secara aman, serta
protocol pelepasan pengikatan.
b.
Lingkungan Psikososial :
- Komunikasi terapeutik, sikap bersahabat
dan perasaan empati.
- Observasi pasien tiap 15 menit.
- Jelaskan tujuan pengikatan atau pengekangan secara berulang-ulang.
- Penuhi kebutuhan fisik pasien.
- Libatkan keluarga.
Jadi perawat
dalam memenuhi kebutuhan
klien berdasarkan pada identitas masalah baik kebutuhan fisik dan emosional.
Perawat yang berperan
sebagai mothering care tidak hanya memenuhi kebutuhan klien tetapi
memfasilitasi klien agar mengembangkan kemampuan baru untuk menyesuaikan dengan
lingkungan. Dengan demikian
klien dapat memahami dan menerima situasi yang sedang dialaminya dan
termotifasi untuk mengubah prilaku maladptif menjadi prilaku adaptif.
Perawat juga membantu klein mengenal
batasan dan menerima resiko akibat prilakunya. Perawat memperlakukan
klien sebagai individu yang unik sehingga dalam memberikan asuhan keperawatan ia harus memperhatikan
kondisi dan tingkat perkembangan klien.
Sebagai perencana perawat sebelumnya
memberikan asuhan keperawatan terlebih dahulu harus melakukan pengkajian untuk
memperoleh gambaran yang
jelas tentang
kondisi klien dan situasi ruangan
yang dibutuhkan.
Sebagai
koordinator perawat harus dapat mengatur dan mengorganisasi semua kegiatan
supaya rencana yang ditetapkan dapat dilaksanakan dengan baik. Perawat harus
memberikan penjelasan kepada klien dan keluarga agar mereka dapat berperan
aktif dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Terapi lingkungan adalah segala
sesuatu yang ada di lingkungan kita, yang diciptakan untuk pengobatan termasuk
fisik dan sosial. Suatu
manipulasi ilmiah pada lingkungan yang bertujuan untuk menghasilkan perubahan
pada perilaku pasien dan untuk mngembangkan keterampilan emosional dan sosial.
Tujuan terapi lingkungan ini membantu individu untuk mengembangkan rasa harga diri, mengembangkan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, membantu belajar mempercayai orang lain, dan mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat. Komponen yang harus diperhatikan dalam terapi lingkungan adalah fisik, intelektual, sosial, emosional dan spiritual.
Tujuan terapi lingkungan ini membantu individu untuk mengembangkan rasa harga diri, mengembangkan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, membantu belajar mempercayai orang lain, dan mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat. Komponen yang harus diperhatikan dalam terapi lingkungan adalah fisik, intelektual, sosial, emosional dan spiritual.
B.
Saran
Sebagai seorang perawat yang
bertugas dalam terapi lingkungan harus dapat menilai diri tentang kesadaran
diri, kekuatan, dan kemampuan dalam hal pengetahuan
dan kebudayaan karena itu sangat membantu untuk bertoleransi terhadap perilaku-perilaku yang ditujukan oleh pasien.
diusahakan pakai daftar pustaka. supaya terpercaya
BalasHapusdiusahakan pakai daftar pustaka. supaya terpercaya
BalasHapus